Gambaran perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke

92 Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar, faktor ini bisa berasal dari keluarga, sosial budaya, nilai dan norma. Hubungan keluarga antara family caregiver dengan penderita paska stroke merupakan faktor yang paling kuat membentuk perilaku baik pada family caregiver , menurut David Reiss 1981 dalam Friedman 1998 bahwa keluarga memiliki struktur nilai, norma dan budaya yang mempengaruhi segala tindakan yang akan dilakukan oleh keluarga itu sendiri, sebagian besar sebanyak 50 family caregiver atau 64,1 adalah anak, 15 family caregiver atau 19 adalah istri, 9 family caregiver atau 11,5 adalah suami dan 4 family caregiver atau 5,1 adalah sanak saudara. Sedangkan skor peritem yang terdapat dalam kuesioner perilaku yang memiliki persentase paling tinggi adalah perawatan kulit dengan kategori baik sebesar 67,9 dan yang memiliki persentase paling rendah adalah kebutuhan buang air besar dan kecil yaitu 39,7. Tingginya perilaku family caregiver dalam perawatan kulit dapat disebabkan karena perawatan kulit merupakan salah satu perawatan yang paling dasar dalam merawat penderita paska stroke, pada umumnya perawatan kulit sudah sering dilakukan, dapat dilakukan dimana saja dan pada siapa saja, selain itu perawatan kulit tidak membutuhkan tehnik khusus seperti memijat, mengelap, memberikan bedak dan menjaga kulit agar tetap kering dan bersih Leigh, 2005. 93 Kurangnya perilaku family caregiver dalam membantu kebutuhan buang air besar dan kecil dapat disebabkan karena kebutuhan buang air besar dan kecil pada penderita paska stroke berbeda dengan kebutuhan buang air besar dan kecil pada orang normal umumnya, adanya keterbatasan seperti kelemahan dan kelumpuhan seringkali membuat penderita paska stroke membutuhkan bantuan family caregiver dalam buang air kecil dan besar, sehingga dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan serta kecermatan untuk mengawasi adanya perubahan atau komplikasi yang mungkin terjadi. Selain itu, adanya adat istiadat dan tatakrama yang terdapat didalam masyarakat yang menganggap bahwa kebutuhan buang air besar dan kecil merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan privacy sehingga hanya orang-orang terdekat saja yang dapat melakukannya. D. Hubungan Tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke Hasil pengolahan data menggunakan perhitungan korelasi Spearman rank dengan bantuan Sofware statistik menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke dirumah. Selain itu, hasil nilai koefisien korelasi didapatkan hasil 0,589 hal ini menunjukan bahwa terdapat 94 hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sri Parwati 2010 mengenai “Hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan tindakan perawatan penderita paska stroke” yang menyimpulkan bahwa pengetahuan keluarga tentang perawatan penderita paska stroke berhubungan dengan tindakan perawatan penderita pasca stroke. Selain itu, hasil penelitian ini juga sesuai dengan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tri 2008 mengenai Hubungan antara Pengetahuan Keluarga tentang Penyakit Stroke dengan Kesiapan keluarga menerima kembali penderita Stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang yang menunjukan bahwa pengetahuan keluarga yang tinggi tentang penyakit stroke dapat meningkatkan kesiapan keluarga dalam menerima kembali penderita stroke di rumah. Sesuai dengan teori Green 1980 dalam Notoatmodjo 2007 yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang mendasari perubahan perilaku seseorang. Pengetahuan responden yang baik dapat dijadikan sebagai dasar dalam pembentukan perilaku responden dalam merawat penderita paska stroke dirumah karena pengetahuan merupakan domain terendah dalam pembentukan perilaku seseorang. Perubahan perilaku terjadi karena adanya perubahan pengetahuan. Peningkatan pengetahuan disertai peningkatan kepercayaan diri dapat melahirkan perubahan 95 perilaku kearah positif berupa adanya perbaikan Nursalam,2008. Oleh karena itu, pengetahuan family caregiver yang baik akan mempengaruhi perilaku family caregiver dalam merawat penderita paska stroke. Selain itu menurut Rodgers 1974 dalam Notoatmodjo 2007 perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng long lasting .

E. Keterbatasan penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Belum ada instrumen pengumpulan data yang baku dalam penelitian ini, kecuali Barthel index yang digunakan untuk menskrining penderita paska stroke. Instrumen dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan literatur yang didapatkan mengenai perawatan penderita paska stroke. Pada variabel perilaku peneliti menggunakan instrument berupa kuesioner dimana perilaku sebaiknya dapat dilakukan selain menggunakan kuisioner yaitu dengan observasi. 2. Selama pendataan tidak adanya sumber informasi yang jelas mengenai jumlah penderita paska stroke sehingga peneliti mendata sendiri ke rumah-rumah warga. 3. Selama proses pengumpulan data ada beberapa kendala yang dialami peneliti, ada beberapa responden disaat dilakukan 96 pengambilan data tidak memiliki banyak waktu sehingga jawaban yang diberikan cenderung sekedarnya saja. Hal ini bisa menyebabkan bias informasi. 97

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan responden mengenai perawatan penderita paska stroke sebagian besar adalah baik. Dari 78 reponden terdapat 45 responden 57,7 berpengetahuan baik, sebanyak 30 responden 38,5 berpengetahuan cukup, dan sebanyak 3 responden 3,8 berpengetahuan kurang. Pengetahuan berdasarkan jawaban benar dengan skor paling tinggi adalah mengenai definisi stroke tentang pengertian yaitu 87,2, sedangkan item pengetahuan dengan skor paling rendah adalah latihan fisik tentang perubahan posisi yaitu 69,2. b. Perilaku responden dalam merawat penderita paska stroke sebagian besar adalah baik. Dari 78 responden terdapat 56 reponden 71,8 yang memiliki perilaku baik, sebanyak 21 responden 26,9 memiliki perilaku yang cukup dan 1 responden 1,3 yang memiliki perilaku kurang dalam merawat penderita paska stroke dirumah. Perilaku dengan skor kategori baik paling tinggi yaitu perawatan kulit dengan kategori baik sebesar 67,9 dan yang memiliki persentase kategori baik paling