BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Jenis kecacatan yang terjadi pada produk pakan ternak ayam crumble adalah butiran belang, butiran basah dan butiran hancur.
2. Faktor-faktor yang menyebabkan kecacatan produk adalah manusia, metode, mesin dan material.
3. Usulan perbaikan kualitas produk dengan melakukan perbaikan terhadap semua sumber dari produk cacat yaitu, dari faktor manusia melakukan
beberapa perbaikan terhadap kinerja dari manusiaoperator, faktor metode dengan melakukan perusahaan membuat jadwal produksi yang tepat untuk
setiap jenis produknya, agar tidak terjadi jadwal yang tidak teratur dan mengganggu proses produksi dengan hanya berpatokan pada kejar target,
faktor mesin dengan melakukan beberapa perbaikan terhadap mesin agar bekerja optimal, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan dapat
dicegah, dan faktor material dengan melakukan perbaikan berupa pemeriksaan setiap kadar bahan baku sudah sesuai standar atau belum,
sebelum dilakukan proses pencampuran antar bahan maupun sebelum masuk proses produksi, agar produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi
perusahaan. Sedangkan dari control melakukan hasil-hasil peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan,
prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada
pemilik atau penanggung jawab proses. 4. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh pada tahap define, CTQ yang
menjadi potensial produk pakan ternak ayam adalah butiran belang, butiran basah dan butiran hancur. Tahap measure diperoleh hasil rata-rata nilai sigma
dari periode agustus 2014-juli 2015 adalah 3,98 dengan jumlah cacat 2319, dari hasil peta kontrol atribut peta P diperoleh jumlah kecacatan masih
dalam batas kendali. Tahap analyze diperoleh hasil pareto diagram jenis kecacatan yang harus dianalisis lebih lanjut adalah butiran hancur dan butiran
belang, dari hasil scatter diagram diperoleh nilai korelasi antara butiran hancur vs jumlah cacat sebesar 0,4123, sedangkan nilai korelasi antara
butiran belang vs jumlah cacat sebesar 0,332. Dari hasil FMEA diperoleh nilai RPN tertinggi yaitu penyebab kegagalan proses penggilingan tidak halus
sebesar 175 dengan kategori low-moderate, sedangkan hasil fuzzy FMEA diperoleh nilai FRPN tertinggi yaitu penyebab kegagalan proses penggilingan
tidak halus dan mesin penyaringan tidak bekerja optimal sebesar 783,860 dan 712,362 yang termasuk kategori high-very high. Tahap improve diberikan
usulan perbaikan terhadap faktor manusia, material, mesin dan metode. Sedangkan pada tahap control dilakukan pengendalian terhadap usulan
Universitas Sumatera Utara
perbaikan yang telah dilakukan agar tidak terjadi lagi kegagalan proses yang menyebabkan produk perlu dilakukan aktivitas rework.
7.2. Saran