Komponen keputusan Proses Pembuatan Keputusan

16

5.1.2. Komponen keputusan

Martin Starr 18 menyebutkan unsur-unsur atau komponen-komponen keputusan yang berlaku secara umum adalah sebagai berikut: 1. Tujuan harus ditegaskan dalam pengambilan keputusan 2. Identifikasi alternatif, untuk mencapai tujuan tersebut kiranmya perlu dibuat beberapa altenatif, yang nantinya perlu dipilih salah satu yang dianggap paling tepat. 3. Faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya faktor yang semacam ini juga harus diperhitungkan Uncontrollable events. Keberhasilan pemilihan alternatif tersebut baru dapat diketahui setelah keputusan ini dilaksanakan. Waktu yang akan datang tidak akan diketahui dengan pasti. Inilah yang dikatakan dengan uncontrollable events. 4. Dibutuhkan sarana untuk mengukur hasil yang dicapai. Masing-masing alternatif perlu di sertai akibat positif dan negatifnya, termasuk sudah diperhitungkan didalamnya uncontrollable events-nya.

5.1.3. Proses Pembuatan Keputusan

Menurut Herbert A. Simon 19 seperti yang dikutip oleh M.Iqbal Hasan proses pembuatan keputusan terdiri atas tiga fase keputusan yaitu sebagai berikut: 18 Martin K. Starr.” Mangement Science, An Introduction”, dalam Ibnu Syamsi, Pengambilan Keputusan, Jakarta, Bina Aksara, 1989,hal 15-16. 19 M. Iqbal Hasan, M.M., Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002, hal.24. Universitas Sumatera Utara 17 1. Fase Intelegensia Merupakan fase penelusuran informasi untuk keadaan yang memungkinkan dalam rangka pengambilan keputusan. Jadi merupakan pengamatan lingkungan dalam pengambilan keputusan. Data dan informasi diperoleh, diproses dan diuji untuk mencari bukti-bukti yang dapat diidentifikasikan, baik yang permasalahan pokok peluang untuk memecahkannya. 2. Fase Desain Merupakan fase pencarian atau penemuan, pengembangan serta analisis kemungkinan-kemungkinan suatu tindakan. Jadi merupakan kegiatan perancangan dalam pengambilan keputusan. Fase ini terdiri atas sebagai berikut: a Identifikasi masalah Merupakan langkah pencarian perbedaan antara situasi yang terjadi dengan situasi yang ingin dicapai. b Formulasi masalah Merupakan langkah dimana masalah di pertajam sehingga kegiatan desain dan pengembangan sesuai dengan permasalah yang sebenarnya. Cara yang dilakukan dalam formulasi permasalahan sebagai berikut:  Menentukan batasan-batasan permasalahan  Menguji perubahan-perubahan yang dapat menyebabkan permasalahan dapat dipecahkan.  Merinci masalah pokok kedalam sub-sub masalah. Universitas Sumatera Utara 18 3. Fase pemilihan Merupakan fase seleksi alternatif atau tindakan yang dilakukan dari alternatif-alternatif tersebut. Alternatif yang dipilih kemudian diputuskan dan dilaksanakan. Jadi merupakan kegiatan memilih tindakan atau alternatif-alternatif tertentu dari bermacam-macam kemungkinan yang dapat ditempuh. Pembuatan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Proses ini untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah itu terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir sistematis. Dalam dunia manajemen atau dalam kehidupan organisasi, baik swasta maupun pemerintah, proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam barbagai diskusi. Suatu aturan kunci dalam pembuatan keputusan ialah “sekali kerangka yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat” Brinckloe,et al.,1977 20 . Dan sekali keputusan dibuat sesuatu mulai terjadi. Dengan kata lain, keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya gerakan dan perubahan Hill, et al.,1979 21 . Jadi, aturan ini menegaskan bahwa harus ada tindakan yang dibuat kalau sudah tiba 20 Brinckloe, William D., dan Coughlin, Mary T.”Managing Organization”, dalam Salusu, Pengambilan Keputusan StrategikUntuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,1996, hal.48. 21 Percy, Hill.” Making Decisions”, dalam Salusu, Pengambilan Keputusan StrategikUntuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,1996, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara 19 saatnya dan tindakan itu tidak dapat ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak, sebenarnya ia bukan keputusan, tetapi lebih tepat dikatakan suatu hasrat, niat yang baik Drucker, 1967: Hoy,1978 22 . Untuk suksesnya pembuatan keputusan ini maka “sepuluh hukum” hubungan kemanusiaan Siagian,1988 23 hendaknya menjadi acuan dari setiap pembuatan keputusan yaitu: 1. Harus ada sinkronisasi antara anggota organisasi tersebut. 2. Harus ada suasana dan iklim kerja yang menggembirakan 3. Interaksi antara atasan dan bawahan hendaknya memadu informalitas dengan formalitas 4. Manusia tidak boleh diperlakukan seperti mesin 5. Kemampuan bawahan harus dikembangkan terus hingga titik yang optimum. 6. Pekerjaan dalam organisasi hendaknya bersifat menantang. 7. Hendaknya ada pengakuan dan penghargaan terhadap mereka yang berprestasi. 8. Kemudahan-kemudahan dalam pekerjaan hendaknya diusahakan untuk memungkinkan setiap orang melaksanakan tugasnya dengan baik. 22 Peter, Drucker.” Eksekutif Yang Efektif”, dalam Salusu, Pengambilan Keputusan StrategikUntuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,1996, Loc.Cit. 23 Sondang Siagian.” Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan”, dalam Salusu, Pengambilan Keputusan StrategikUntuk Organisasi Publik dan Organisasi Nonprofit, Jakarta, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia,1996, Loc.Cit. Universitas Sumatera Utara 20 9. Sehubungan dengan penempatan, hendaknya di gunakan prinsip the right man on the right place. 10. Tingkat kesejahteraan hendaknya juga diperhatikan antara lain dengan pemberian balas jasa yang setimpal.

5.1.4. Teknik Pembuatan Keputusan