Identifikasi Masalah Pembatasan Masalah Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitan. Waktu dan Tempat Penelitian Metode Penelitian

pengembangan terhadap kinerja guru merupakan eksplorasi bersama apa yang diperlukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerjanya dan mengembangkan keterampilan dan kompetensinya, dan bagaimana pimpinan kepala sekolah dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kinerja guru di sekolah maka dibutuhkan sebuah program pembinaan yang terencana dengan baik, sehingga diharapkan dengan pembinaan tersebut kinerja guru juga akan meningkat. Oleh karena itu dalam upaya peningkatan kinerja guru disekolah maka dibutuhkan peran kepala sekolah dalam memimpin membuat sebuah program pembinaan yang terencana dengan baik, sehingga diharapkan dengan pembinaan tersebut kinerja guru juga akan meningkat. SMK Islamiyah merupakan lembaga pendidikan yang ada di daerah Ciputat, sebagai sebuah lembaga pendidikan pasti memerlukan tenaga-tenaga profesional yang memiliki kinerja yang baik dalam memajukan sekolah tersebut, Oleh karena itu, program pembinaan kinerja guru merupakan sebuah keharusan yang harus dilaksanakan. Dalam kenyataan yang ada dilapangan, masih ada beberapa hal yang menjadi persolan yang ditemui dalam pelaksnaan pembinaan kinerja guru, seperti.Belum mampu mengelola kelas dengan baik, dan tingkat kesejahteraan yang kurang dan faktor lainnya Dengan latar belakang masalah diatas sebagai penulis merasa perlu untuk membahas masalah itu lebih lanjut sebagai penelitian dengan judul “Pembinaan Kinerja Guru Oleh Kepala Sekolah di SMK Islamiyah Ciputat ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah, sebagai berikut : 1. Program pembinaan guru yang belum berjalan dengan baik 2. Kurangnya Pengawasan kepala sekolah terhadap kinerja guru di sekolah 3. Kinerja guru di sekolah yang masih kurang

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup pembahasan dan keterbatasan waktu penelitian, serta agar pembahasan tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka penulis membatasi masalah pada beberapa poin yaitu : 1. Perlunya pembinaan guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan 2. Masih rendahnya kinerja guru di sekolah

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang ada,maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana pembinaan kinerja guru di sekolah?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitan penulisian skripsi ini adalah untuk menjelaskan bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan terhadap kinerja guru di sekolah.

F. Manfaat Penelitan.

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a. Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pembinaan kinerja guru. b. Bagi sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan untuk melaksanakan pembinaan kinerja guru. c. Para pembaca, sebagai bahan rujukan dalam mengelola pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pembinaan kinerja guru oleh kepala sekolah. 8 BAB II KAJIAN TEORI

A. Kinerja Guru 1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Secara etimologis kinerjaperpormance berasal dari kata “to perform” yang berarti menampilkan atau melaksanakan, sedang kata “perpormance” berarti The act of performing; execution. Dari pengertian tersebut disimpulkan bahwa kinerja atau perpormance berarti tindakan menampilkan atau melaksanakan kegiatan. 1 Kinerja merupakan hasil dari suatu proses. Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. 2 Dari beberapa pengertian di atas, bahwa kinerja dapat diartikan merupakan hasil dari suatu proses. Kinerja sangat berkaitan erat dengan hasil pekerjaan yang dihasilkan oleh seorang individu atau kelompok dalam mencapai tujuan organisasi, oleh karena itu setiap individu yang bertugas dan bekerja dalam sebuah organisasi 1 Uhar Saputra, Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama, 2010, Cet. 1, hal. 144 2 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 8, hal. 136 tentu diharapkan dapat menunjukan kinerja yang baik dan memuaskan demi mendukung jalanya roda organisasi. Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yaitu: a. Tujuan, penentuan tujuan akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. b. Ukuran, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab dibutuhkan ukuran apakah personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu ukuran kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting. c. Penilaian, penilaian kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian tujuan tujuan kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel senatiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. 3 Kinerja merupakan sebuah hasil atau prestasi yang telah dicapai oleh seorang pekerja, dari hasil pekerjaan yang sesuai dengan tugas dan kewajibannya yang telah ditentukan dan diberikan kepadanya. Ketercapaian sebuah kinerja merupakan perbandingan antara hasil kerja yang telah dilaksanakan dengan standar kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Standar kinerja perlu dirumuskan sebagai tolok ukur dalam mengadakan perbandingan antara apa yang telah dilakukan dengan yang diharapkan, kaitannya dengan pekerjaan atau jabatan yang telah dipercayakan kepada seseorang. Keterampilan diperlukan dalam kinerja karena keterampilan merupakan aktivitas yang muncul dari seseorang akibat suatu proses dari pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan teknis. Kinerja guru adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya yang meliputi menyusun program 3 .Yaslis Ilyas, Kinerja, Teori, Penilaian, dan Penelitian, Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, 2002, Cet. 3, hal. 65 pembelajaran, pelaksanaan pembelajaraan, pelaksanaan pembelajaraan, pelaksanaan evaluasi dan analisis evaluasi. 4 Kinerja guru merupakan faktor yang paling menentukan kualitas pembelajaran. Kinerja guru merupakan hasil kerja nyata yang telah dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang telah diberikan sesuai dengan apa yang harus dikerjakan. Dengan demikian, apa bila ingin melakukan sebauah peningkatan dalam mutu pendidikan, kualitas kinerja guru perlu mendapat perhatian utama. Ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggung jawabnya melaksankan tugas, amanah, profesi yang diembannya, serta rasa tanggung jawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat dalam kepatuhan dan loyalitasnya didalam menjalankan tugas dan kewajibannya di dalam maupun di luar kelas. Dalam prakteknya keberhasilan guru dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dibutuhkan sebuah standar kinerja yang akan menjadikan acuan apakah seorang guru telah berhasil melaksanakan tugas sesuai dengan keawajibannya, bahwa standar kinerja guru berhubungan dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: a. Bekerja dengan siswa secara individual. b. Persiapan dan perencanaan pembelajaran. c. Pendayagunaan media pembelajaraan d. Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar. e. Kepemimpinan yang aktif dari guru. 5 Dari beberapa pengertian tentang kinerja diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan bahwa kinerja guru merupakan bentuk nyata dari sebuah hasil kerja yang telah ditunjukkan oleh seorang guru dalam mencapai kerja yang optimal guna mencapai apa yang seharusnya dia kerjakan sesuai dengan kewajiban dan tugas yang diembannya sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan. Oleh karena itu kinerja seorang guru akan sangat berpengaruh dalam jalannya proses pendidikan di 4 Imam Wahyudi, Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif fan Kreatif dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012, h. 128 5 Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, peningkatan dan penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, hal. 14 sekolah, sebagai peran utama dalam kegiatan belajar mengajar kemampuan seorang guru diharapakan dapat maksimal, tetapi kemampuan seorang guru tidak akan maksimal dikeluarkan apa bila guru tersebut tidak mempunyai kinerja yang baik. Kinerja guru adalah hasil kerja nyata secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2. Macam-macam Kinerja Guru

Macam kinerja guru dapat dilihat dari berbagai peran dan tugas yang dimiliki oleh guru di sekolah. Kinerja guru yang baik akan terlihat dari keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. Oleh karena itu kinerja guru berdasarkan tugas dan tanggung jawabnya dapat dibagi menjadi dua yaitu. a. Guru sebagai pendidik dan pengajar Kinerja guru sebagai pendidik dan pengajar meliputi, mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi. Kegiatan ini merupakan inti dari pelaksanaan tugas yang diemban guru di sekolah, kinerja guru yang baik dapat dilihat dari sejauh mana kemampuan guru itu merencanakan, melaksanakan, menilai, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran dikelas. Guru yang memiliki kinerja yang baik akan terlihat dari kemampuan melaksanakan kegiatan tersebut.Ditamabah dengan kemampuan memahami materi dan menguasai berbagai metode pembelajaran. b. Guru sebagai administrator Seorang guru harus berperan dan melaksanakan semua administrasi sekolah yang berkaitan dengan pendidikan dan pembelajaran, selain itu juga berperan sebagai berikut. 1. Pengambil inisiatif, pengarah dan penilai pendidikan. 2. Seorang pakar dalam bidangnya, yaitu menguasai bahan yang harus diajarkan 3. Penegak disiplin, yaitu guru harus menjaga agar siswa melaksanakan disiplin 4. Pelaksanan administrasi pendidikan, yaitu guru bertanggung jawab agar pendidikan dapat berlangsung dengan baik. 6 Kinerja guru di atas harus dijalankan oleh seluruh guru di sekolah. Kinerja guru yang baik akan terlihat dari sejauh mana guru tersebut dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya dengan baik. Selain itu dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya tersebut maka perlu didukung oleh seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi . Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. 7 Kompetensi merupakan kemampuan seseorang baik kualitatif maupun kuantitatif. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan ” 8 . Jadi kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang yang bertugas mendidik agar mempunyai kepribadian yang luhur dan keterampilan sebagaimana tujuan dari pendidikan. Oleh karena itu kompetensi guru menjadi tuntutan dasar bagi seorang guru. Menurut Gordon ada enam aspek atau ranah yang terkandung dalam kompetensi, yaitu: a. Pengetahuan knowledge, yaitu kesadaran dalam bidang kognitif. 6 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulifikasi, dan Kompotensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 27-28 7 Jejen Musfah, Peningkatan Kompotensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik, Jakrta: Kencana, 2011, Cet. 1, hal.27 8 UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen b. Pemahaman understanding, yaitu kedalaman kognitif dan efektif yang dimiliki individu. c. Kemampuan Skill, sesuatu yang dimiliki individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebanakan kepadanya. d. Nilai value, suatu standar perilaku yang tealah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. e. Sikap attitude, perasaan senang-tidak senang, suka-tidak suka atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. f. Minat interest, yaitu kecendrungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. 9 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, kompetensi guru adalah kecakapan, kemampuan dan keterampilan yang dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugas mendidik siswa. Dengan demikian kompetensi guru adalah hasil penggabungan dari kemampuan-kemampuan , dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam menjalankan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru yang terdapat di atas, mengindikasikan bahwa seorang guru yang profesional di bidang pendidikan bukanlah hal yang mudah dijalani oleh sembarang orang. Kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus dimiliki apabila guru itu ingin disebut sebagai seorang guru yang profesional, dalam mencapai itu semua bukanlah hal yang mudah, seorang guru untuk dalam memperoleh itu semua memerlukan waktu lama, dan biaya yang tidak sedikit. Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyatakan bahwa : kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompotensi guru sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social dan kompotensi professional. 10 Mengacu pada pengertian 9 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulifikasi, dan Kompotensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 100 10 UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen kompetensi di atas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat diartikan sebagai gambaran tentang apa yang dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga akan menghasilkan hasil yang baik. Guru diharapakan dapat menjalankan tugasnya secara professional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut. Karena itu, guna harus selalu belajar dengan tekun di sela-sela menjalankan tugasnya. Guru dapat dikatakan kompoten menurut UU apabila seorang guru itu telah dapat menguasai keempat kompetensi itu dengan baik. Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompotensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru adalah faktor penting yang akan menentukan kemampuan seorang guru dalam menjalankan tugasnya, guru yang memliki kompetensi yang baik akan berpengaruh besar terhadap proses belajar mengajar. Dengan kemampuan yang dimilikinya seorang guru harus dapat memperlihatkan sikap dan kemampuannya bahwa dia memang seorang guru yang professional dalam menjalankan pendidikan.

3. Peran dan Tugas Guru.

Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Dengan demikian guru diharapkan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan pendidikan. Peran dan fungsi guru berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah. Diantara peran dan fungsi guru tersebut adalah sebagai berikut. a. Sebagai pendidik dan pengajar; Untuk dapat melaksanakan tugasnya guru diharapakan memiliki kemampuan pengetahuan diberbagai bidang pendidikan, khusunya dalam bidang belajar mengajar. Guru diharapkan dapat peka terhadap perkembangan teknologi dan inovasi yang terus bergulir di dunia pendidikan, hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan guru dalam melaksanakan belajar mengajar. b. Sebagai anggota masyarakat; bahwa setiap guru harus pandai bergaul dengan masyarakat. Guru juga harus memiliki kemampuan ilmu yang berhubungan dengan berhubungan dengan orang lain, guru merupakan panutan bukan hanya di sekolah, tetapi juga di tengah masyarakat. Oleh sebab itu kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain akan memberikan manfaat yang besar. c. Sebagai pemimpin; bahwa setiap guru adalah pemimpin, yang harus memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi sekolah. d. Sebagai administrator; bahwa setiap guru akan dihadapkan pada berbagai tugas administrasi yang harus dikerjakan di sekolah, serta memahami strategi dan manajemen pendidikan. e. Sebagai pengelola pembelajaran; bahwa setiap guru harus dan mampu dan menguasai berbagai metode pembelajaran dan memahami situasi belajar- mengajar di dalam maupun di luar kelas. 11 Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran dan tugas guru bukan hanya satu yaitu sebagai pengelola pembelajaran didalam kelas, melainkan juga masih mempunyai beberapa tugas yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan berkomitmen yang tinggi. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa. 11 E. Mulyasa, Standar Kompotensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 1, h. 19. Selain itu tugas dan peran guru tidak hanya sebatas melaksanakan kegiatan pembelajaran di dalam kelas, melainkan juga lebih dari sekedar itu saja. Menurut Pidarta, peranan gurupendidik, antara lain: a. Sebagai maanjer pendidikan atau pengorganisasian kurikulum. b. Sebagai fasilitator pendidikan. c. Pelaksana pendidikan. d. Pembimbing dan supervisor. e. Penegak disiplin f. Menjadi model perilaku yang akan ditiru siswa. g. Sebagai konselor. h. Menjadi penilai. i. Petugas tata usaha tentang administrasi kelas yang di ajarnya j. Menjadi komunikator dengan orang tua siswa dengan masyarakat. k. Sebagai pengajar untuk meningkatkan profesi secara berkelanjutan. l. Menjadi anggota organisasi profesi pendidikan. 12 Dengan melihat tugas dan peran guru, ternyata tidak hanya sekedar mengajar di kelas, tetapi lebih dari itu. Tetapi sebagai guru profesional tugas dan peran guru tidak menjadi sebuah beban, tetapi menjadi sebuah kewajiban yang harus dijalankan. Apa bila seluruh tugas dan peran guru dijalankan dengan baik, maka akan berdampak peningkatan kualitas pendidikan, khususnya di sekolah.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Kinerja seorang guru tidak akan timbul begitu saja, selain membutuhkan waktu dan proses yang panjang untuk dapat mencapai kinerja yang sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban, juga ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang guru. Faktor ini bisa terdapat dari dalam dirinya sendiri faktor internal, maupun faktor yang berasal dari lingkungan sekitarnya faktor eksternal. 12 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulifikasi, dan Kompotensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 26 Menurut Anwar Prabu Mangkunegara “faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah faktor kemampuan ability dan faktor motivasi motivision. 1. Faktor kemampuan Secara psikologi, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi IQ dan keampuan reality knowledge + skill. Artinya guru yang memiliki IQ di atas rata-rata IQ 110-120 ditambah dengan memiliki latar belakang pendidikan yang memadai untuk jabatannya sebagai pendidik dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. 2. Faktor motivasi Motivasi diartikan suatu sikap altitude pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja situation dilingkungan organisasi Selain itu Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru adalah : a. Kepribadian dan dedikasi b. Pengembangan profesi c. Kemampuan mengajar d. Komunikasi e. Hubungan dengan masyarakat f. Kedisplinan g. Kesejahteraan h. Iklim kerja 13 Penjelasan faktor-faktor diatas sebagai berikut:

a. Kepribadian dan Dedikasi

Setipa guru memiliki pribadi masing-masing sesuai dengan ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dari lainnya. Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik, artinya seluruh sikap dan perbuatan seorang merupakan suatu gambaran dari 13 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, Bandung: Refika Aditama, 2012, Cet. 2, hal. 24-47 kepribadian orang itu, dengan kata lain baik tidaknya citra seorang ditentukan oleh kepribadiannya.Bagi seorang guru, masalah kepribadian merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan melaksanakan tugas dan pendidik. Kepribadian dapat menentukan apakah guru menjadi pendidik dan Pembina yang baik ataukah akan menjadi penghancur bagi hari depan siswa, kepribadian adalah unsur yang menetukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan. 14 Guru yang memiliki kepribadian dan dedikasi yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya, akan menunjukan semua kemampuannya dalam menjalankan tugasnya yaitu membimbing dan mendidik anak didiknya dengan baik Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukan kinerja yang memuaskan, guru yang memiliki kepribadian dan dedikasi yang baik, dalam hal ini adalah memiliki kesadaran bahwa dia memiliki kewajiban untuk terus dapat meningkatkan kemampuannya dengan terus belajar dan melatihnya, sehingga akan berpengaruh terhadap kinerjanya yang akan meningkat.

b. Pengembangan Profesi

Profesi adalah pekerjaan yang dalam pelaksanaan tugasnya memerlukan atau menuntut kahlian expertise, menggunakan tehknik-tehknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian ini diperoleh dari lembaga pendidikan yang khusus diperuntukan untuk itu dengan kurikulum yang dapat dipertanggungjwabkan. 15 Profesi bukan sekedar pekerjaan, tetapi vokasi khusus yang memiliki expertise yaitu keahlian yang diperoleh dari pendidikan dan latihan, responsibility adalah tanggung jawab, dan corporatness yang dapat diartikan sebagai rasa kesejawatan. 16 Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru. 14 Fachrudidin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakrta: Gaung Persada, 2009, Cet. 1, hal. 40 15 Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Pustaka Setia, 2012, Cet. 1, hal.16 16 Hj. Rugaiyah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011, Cet. 1, hal. 5 Pengembangan profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmu. Pengembangan profesi yang dilakukan terhadap guru diharapkan dapat membantu guru dalam menjadi guru yan professional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang diinginkan, Pengembangan profesi guru yang dilakukan secara berkala, akan mempercepat guru dalam mencapai predikat guru professional yang akan berimplikasi langsung terhadap kinerja yang akan meningkat.

c. Kemampuan Mengajar

Menurut Sardiman 2004, guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program pembelajaran. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasa mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, meragamkan media, bertanya, member penguatan dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi teori belajar dan pembelajaran yang kondusif. 17 Dalam proses belajar mengajar guru merupakan pemeran utama dalam proses tersebut, kemampuan guru dalam menguasai materi yang didukung dengan cara menyampaikan terhadap anak didik menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan, akan berdampak langsung terhadap minat siswa dalam mengikuti pelajaran, maupun juga terhadap penguasaan materi yang telah disampaikan. Guru bertugas memberikan pelajaran di dalam sekolah kelas.Dalam menjalankan tugasnya dalam proses pembelajaran, maka seorang guru harus mampu menguasai materi yang akan disampaikan dan ditambah dengan metode-metode yang dapat membuat anak didik memahaminya. Berkaitan dengan kompetensi dalam kemampuan mengajar, ada sepuluh kompotensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu: 17 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulifikasi, dan Kompotensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal.103 1. kemampuan menguasai bahan pelajaran yang disampaikan, 2. kemampuan mengelola belajar mengajar, 3. kemampuan mengelola kelas, 4. kemampuan menggunakan mediasumber belajar 5. kemampuan menguasai landasan-landasan pendidikan 6. kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar, 7. kemampuan menilai prestasi siswa untuk kependidikan mengajar, 8. kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan, 9. kemampuan mengenal dan menyelenggarakan admistrasi pendidikan, 10. kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guna keperluan mengajar 18 . Kemampuan dalam mengajar guru yang baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan dalam mencapai tujuan pembelajaran akan dapat menimbulkan efek yang besar bagi siswa, seperti tingkat partisipasi dalam KBM, kenaikan nilai akademik, pemaham siswa, dan lainnya. Dengan demikian maka kemampuan dalam mengajar guru harus terus ditingkatkan, karena kemampuan guru yang meningkat tidak hanya meningkatkan kinerja guru pribadi, tetapi juga memberikan manfaat yang besar bagi siswa.

d. Komunikasi

Pemeliharaan hubungan dengan para karyawan memerlukan proses komunikasi yang efektif, organisasi harus dapat terus menerus melakukan komunikasi, dengan komunikasi berbagai hal yang menyangkut kehidupan organisasi disampaikan oleh satu pihak kepihak lainnya. 19 Komunikasi yang efektif adalah penting bagi sebuah organisasi, dalam sekolah kemampuan komunikasi diantara anggota organisasi sangatlah penting. Guru dalam 18 Piet. A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan, Dalam Rangka Program Inservice Education, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, hal. 5 19 Sondang P. Siagian, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 307 proses pelaksanaan tugasnya perlu memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, dan guru dengan personil lainnya disekolah. Komunikasi yang baik diantara para komponen di sekolah akan berdampak langsung terhadap kinerja guru itu sendiri, komunikasi yang baik akan menyebabkan atmosfir kerja yang kondusif, hal ini akan berpengaruh terhadap pekerjaan yang diembannya. Menurut Gilbert Hight seorang guru yang dapat mengajar dengan baik bukan lantaran dia menguasai ilmu yang mengajar, melainkan karena ia memiliki seni mengajar yang ditunjukkan ketika dia mengajar, salah satu seni yang dimaksud adalah seni berkomunikasi dengan siswa ketika mengajar. 20 Dengan demikian kemampuan guru dalam proses pembelajaran komunikasi yang dipakai guru dalam penyampaian materi yang diajarkan dengan cara berkomunikasi yang relevan akan memperbesar bagi siswa dalam pemahaman dan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik. Terbinanya hubungan komunikasi yang baik di dalam lingkungan sekolah, merupakan adalah sebuah keharusan, dengan terciptanya komunikasi yang baik diantara anggota masyarakat di sekolah akan berimplikasi langsung terhadap terciptanya suasana dan kultur kerja yang mendukung kinerja guru dan kemampuan guru dalam berkomunikasi dalam proses pembelajran akan mempermudah siswa dalam memhami pembelajaran. Oleh karena itu pembinaan komunikasi harus dilakukan dengan baik, karena komunikasi memiliki banyak dampak besar terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri.

e. Hubungan dengan Masyarakat

Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, hal ini pun tidak berbeda dengan masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dengan sekolah. Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan yang 20 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulifikasi, dan Kompotensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal.114 menyediakan berbagai program untuk dapat mendidik, mebimbing dan melatih para siswa, disini peran masyarakat adalah sebagai pengguna jasa pendidikan itu sendiri. Menurut Pidarta bahwa suatu sekolah tidak dibenarkan untuk mengisolasi diri dari masyarakat, sekolah tidak boleh menjadi sekolah yang tertutup terhadap masyarakat, sekolah tidak bisa melaksnakan keputusan sendiri tanpa mendengarkan aspirasi-aspirasi dari masyarakat. 21 Hubungan sekolah dengan masyarakat adalah suatu proses komunikasi yang terjadi mengenai pemberian inforamasi tentang dunia pendidikan, khususnya kegiatan pendidikan di sekolah, serta komunikasi ini bertujuan meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya peingkatan dan pengembangan sekolah. Tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangkan kegiatan hubungan sekolah dan masyarakat adalah sebagai berikut: a. Peningkatan pemahaman tentang tujuan serta sasaran yang ingin direalisasikan sekolah. b. Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta aspirasi masyarakat terhadap sekolah. c. Peningkatan usaha orang tua siswa dan guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik, serta meningkatkan kuantitas serta kualitas bantuan oarnag tua siswa dalam kegiatan pendidikan si sekolah. d. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran serta mereka dalam memajukan pendidikan di sekolah dalam era pembangunan. e. Terpeliharanya kepercayaan masyarkat terhadap sekolah serta apa yang dilakukan oleh sekolah. f. Pertanggungjawaban sekolah atas harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah. 21 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, Bandung: Refika Aditama, 2012, Cet. 2, hal. 35 g. Dukungan serta bantuan dari masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan meningkatkan program sekolah. 22 Dengan demikian melihat hal tersebut maka padasarnya harapan yang ditanamkan masyarkat kepada sekolah sangatlah besar, hal ini sebenarnya dapat dimanfaatkan pihak sekolah untuk dapat mendayagunakan keikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan, khususnya di sekolah dapat diwujudkan dalam keikutsertaan masyarakat ikut aktif dalam kegiatan sekolah, penentuan kebijakan, pemberian saran dan mengevaluasinya. Keikutsertaan masyarakat dalam proses menilai sekolah dan guru dalam menjalankan tugasnya, akan menciptakan kondisi kerja kearah yang lebih baik yang akan berpengaruh terhadap kinerja guru itu sendiri. Keikutsetaan masyarakat di sekolah dapat diwujudkan dalam bentuk keikut sertaan orang tua dalam organisasi komite sekolah. Hubungan masyarakat dengan sekolah sangat bermanfaat bagi peningkatan kinerja guru, hal ini dikarenakan adanya peningkatan aktivitas-aktivitas bersama, komunikasi yang berkelanjutan serta saling memberikan saran serta krtik yang membangun, setiap aktivitas guru akan diketahui oleh masyarakat sehingga guru akan berupaya terus menerus menampilkan kinerja yang lebih baik.

f. Kedisiplinan

Disiplin kerja berhubungan erat dengan kepatuhan dalam menerapkan peraturan sekolah. Disiplin kerja guru yang tidak baik akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku guru dalam menjalankan tugasnya di sekolah sehingga hal ini akan berakibat menurunkan kinerja guru dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Bejo Siswanto menjelaskan displin ialah sikap menghormati, mengahargai, patuh dan taat terhadap peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis 22 E. Mulyasa, Standar Kompotensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, Cet. 1, h. 178. serta sanggup mejalankan dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apa bila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. 23 Dalam bahasa Inggris, disciple memiliki arti penganut, pengikut, atau murid. Sementara dalam bahasa latin, diciplina berarti latihan atau pendidikan, pengembangan tabiat, dan kesopanan. Dalam konteks keguruan, disiplin mengarah pada kegiatan yang mendidik guru untuk patuh terhadap aturan-aturan sekolah. 24 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah ketaatan terhadap peraturan yang berlaku, pada aturan-aturan yang dibuat yang dilakukan dengan secara sadar dan kesaediaan dalam mentaatinya. Kedisplinan sangatlah erat hubungannya dengan kemampuan kinerja guru di sekolah, disiplin guru akan membangun kinerja guru yang baik, pemahaman guru terhadap displin yang terdapat di sekolah erat kaitannya dengan pemahaman guru terhadap tugas dan tanggung jawab yang diembannya dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Oleh karena itu disiplin yang baik yang ditunjukan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, sehingga hal ini berpengaruh terhadap kelancaran kerja dan memberikan sebuah perubahan terhadap kinerja yang ditunjukan oleh guru. Dengan demikian penegakan disiplin guru harus terus menerus ditingkatkan, dengan disiplin yang baik diharapakan adanya perbaikan terhadap kinerja guru, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru itu sendiri.

g. Kesejahteraan

Faktor kesejahteraan adalah salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja guru, hal ini karena orang akan bekerja dengan optimal apabila pekerjaannya dapat menyediakan kesejahteraan hidupnya. Sebaliknya, orang yang tidak mendapatkan kesejahteraan akan berpengaruh terhadap kinerjanya yang kurang optimal. Guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya secara optimal apabila didalam menjalankan 23 Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Nusantara Consulting, 2011, hal. 128 24 Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, peningkatan dan penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, hal. 110 tugasnya dia mempunyai masalah dengan kesejahteraannya dirumah. Hal ini akan berakibat dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan tersebut tidak berjalan dengan baik. Flippo menjelaskan bahwa kompensasi merupakan fungsi balas jasa yang layak kepada pekerja atas kontribusi mereka terhadap tujuan organisasi. Pengertian layak artinya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup primer dan sekunder. 25 Dalam Undang- Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, pada pasal 14 ayat 1a dinyatakan bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru berhak memperoleh pengahasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan social. Selanjutnya, pada pasal 15 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan minimum tersebut meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tamabahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan berdasarkan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. 26 Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya guru dituntut untuk dapat menjalankannya dengan professional dan sungguh-sungguh, tapi apa jadinya apa bila dalam menajalnkan tugasnya tersebut tidak didukung oleh tingkat kesejahteraan yang baik. Hal ini menyebabkan terjadinya fenomena adanya guru yang harus mencari tambahan lain diluar tugasnya di sekolah, baik itu harus mengajar disekolah lain ataupun pekerjaan lainnya. Dalam Undang-undang diatas disebutkan guru berhak memperoleh meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dengan begitu maka ini merupakan tugas pemetintah dalam melaksanakan amanat tersebut, untuk mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional. 25 Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Nusantara Consulting, 2011, hal. 270 26 Undang- Undang No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Banyak kalangan berpendapat bahwa pemberian gaji yang layak akan mempengaruhi terhadap tingkat kinerja dari guru. Adiningsih dalam Muhlisin mengemukan bahwa dunia guru masih tereslingkung dua masalah yang memiliki mutual korelasi yang pemecahannya memerlukan kearifan dan kebajiksanaan beberapa pihak terutama pengambil kebijakan, yaitu 1 profesi keguruan kurang menjamin kesejahteraan karena rendah gajinya, 2 Profesionalisme guru masih rendah. 27 Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam usaha mengoptimalkan kinerja guru, langakah yang dapat ditempuh oleh pemerintah adalah upaya dalam meningkatkan kesejahteraan guru, selain itu dapat juga diberikan berbagai insentif kepada guru sesaui dengan tugas yang dilaksanakannya. Berbagai program peningkatan kinerja yang telah dibuat dalam upaya tersebut, tidak akan dapat berjalan dengan optimal apabila maslah krusial tentang kesejahteraan guru belum dapat diatasi.

h. Iklim Kerja

Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari banyak unsur yang dapat membentuk satu kesatuan utuh. Organisasi sekolah memiliki unsur-unsur yang saling berkaitan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Iklim sekolah akan memberi pengaruh pada perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah, hal ini dikarenakan bahwa lingkungan atau iklim sekolah yang baik akan mendukung guru dalam menjalankan tugasnya dengan baik. MenurutTaguiri dan Litwin yang mengartikan iklim organisasi adalah suatu kualitas lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggotanya, mempengaruhi perilakunya, dan dapat dideskripsikan dengan nilai-nilai karakteristik organisasi. 28 Dalam setiap organisasi keadaan iklim kerja yang baik akan sangat berpengaruh terhadap hasil kerja dari anggota organisasi itu sendiri, keadaan hubungan kerja yang 27 Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, peningkatan dan penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, hal. 48 28 Hendyat Soetop, Perilaku Organisasi Teori dan Praktik Di Bidang Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010, Cet. 1, hal. 141 harmonis dan kondusif antar pimpinan dan pegawainya atau pegawai dengan pegawai lainnnya akan menciptakan sebuah suasana kerja yang baik bagi tumbunnya kerja sama dan berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pendidikan. Kemampuan sekolah, khususnya kepala sekolah sebagai pemimpin dalam menciptakan iklim kerja yang positif. Dengan terciptanya suasana kerja yang positif yang ditandai dengan hubungan yang baik diantara para anggota organisasi di sekolah dapat menimbulkan suasana kerja sama yang tinggi, dalam setiap masalah ataupun kesulitan yang dihadapi maka semuanya akan diatasi dengan kerja sama musyawarah sehingga akan dapat mengatasinya secara bersama-sama. Selain itu yang terpenting adalah terciptanya suasana kerja yang harmonis, damai dan memberikan suasan tentram, yang akan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru itu sendiri. Sebaliknya apa bila di sekolah yang tercipta adalah iklim yang negative hal ini akan berdampak buruk terhadap organisasi sekolah. Setiap individu memiliki rasa iri hati, egois, individualisitis, tidak perduli sekitar, iklim negative semacam ini akan dapat menimbulkan penurunan terhadap kinerja guru, dikarenakan guru merasa bahwa iklim kerja yang ada tidak lagi dapat mendukung dia dalam bekerja. Menurut Steers bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi iklim kerja sama disekolah adalah: a. Struktur tugas, b. Imbalan dan hukuman yang diberikan, c. Sentralisasi dan hukuman yang diberikan, d. Tekanan pada prestasi, e. Tekanan pada latihan dan pengembangan, f. Keamanan dan resiko pelaksanaan tugas, g. Keterbukaan dan ketertutupan individu, h. Status dalam organisasi i. Pengakuan dan umpan balik, j. Kompotensi dan fleksibilitas dalam hubungan pencapaian tujuan organisasi secara fleksibel dan kreatif. 29 Dengan demikian iklim kerja yang kondusif di tempat kerja merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi dari kinerja guru. Keadaan kerja yang kondusif dan nyaman akan memberikan sebuah dampak terhadap suasana kerja itu sendiri yang pada akhirnya dapat menimbulkan sebuah peningkatan terhadap kinerja guru di sekolah.

5. Penilaian Kinerja Guru

Kinerja adalah hasil kerja yang di tunjukan oleh seseorang dalam menjalankan tugas yang diembannya, tetapi untuk dapat mengetahui apakah kinerja yang telah dikerjakan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh sebuah organisasi maka dibutuhkan sebuah penilaian terhadap hasil kerja yang telah di lakukan.Penilain kinerja PK adalah proses menilai hasil kerja personel dalam suatu organisasi melalui instrument penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja merupakan suatu evaluasi terhadap penampilan kerja personel dengan membandingkannya dengan standar baku penampilan. 30 Penilaian kinerja pada dasarnya adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh organisasi untuk menilai apakah karyawan pegawai telah bekerja sesuai dengan apa yang harus dikerjakan olehnya, dengan adanya penilaian ini akan dapat membantu organisasi dalam menentukan langkah selanjutnya dalam pembuatan sebuah programkebijakan yang lebih baik lagi terhadap sumber daya manusia yang ada dalam organisasi, yang akan berimplikasi terhadapa kemajuan pegawai bahkan organisasi itu sendiri. Sasaran yang menjadi objek penilain kinerja adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan sebuah standar tertentu yang tlah ditetapkan sebelumnya. Menurut Leon C. Mengginson, penilaian prestasi kerja perpormance 29 Ibid., h. 46-47 30 Yaslis Ilyas, Kinerja, Teori, Penilaian, dan Penelitian, Depok: Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKMUI, 2002, Cet. 3, hal. 87 appraisal adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. 31 Kinerja guru pada dasarnya merupakan proses membandingkan antara kinerja aktual dengan kinerja ideal untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Bagi para guru penilaian kinerja merupakan sebuah masukan yang sangat berarti bagi dirinya sendiri dan sekolah. Dengan melihat hasil penilaian yang telah dilakukan maka akan terlihat seluruh aspek yang menjadi kelebihan ataupun kekurangannya. Dengan melihat hasil ini diharapkan seorang guru akan termotivasi untuk dapat memperbaiki hasil yang dianggap kurang dan mempertahankan apa yang telah dinilai baik, sedangakan bagi sekolah hasil penilaian akan membantu dalam hal pembuatan program pembinaan yang berkesinambungan dalam mengelola tenaga guru, yang akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan sekolah. Secara umum, penilaian kinerja guru memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut. a. Untuk menilai kemampuan guru dalam menerapkan semua kompotensi dan keterampilan yang diperlukan pada program pembelajaraan, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolahmadrasah. Dengan demikian, profil kinerja guru sebagai gambaran kekuatan dan kelemahan guru akan teridentifiaksi dan dimaknai sebagai analisis kebutuhan atau audit keterampilan untuk setiap guru, yang dapat dipergunakan sebagai basis untuk merencanakan penialain kinerja guru. b. Untuk menghitung angaka kredit yang diperoleh guru atas kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau pelaksanaan tugas tamabahan yang relevan dengan fungsi sekolahmadrasah yang dilakukan setiap tahun sebagai 31 Anwar Prabu mangkunegara, Evaluasi kinerja SDM, Bandung: Refika Aditama, 2006, Cet. 2, hal. 10 bagian dari proses pengembangan karier dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.Dirjen PMPTK, 2010:3 32 Penilaian kinerja guru sebaiknya dilakukan secara berkala oleh kepala sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kinerja guru akan terus terpantau, apakah ada penurunan atau peningkatan. Hasil penilaian ini dapat dijadikan acuan bagi kepala sekolah dalam menyusun sebuah program pembinaan yang cocok diterapkan di sekolahnya.

B. Pembinaan Kinerja Guru

Guru merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sehingga kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya akan sangat berpengaruh terhadap jalannya pendidikan di sekolah. Dengan berkembangnya ilmu pengatuhan dan teknologi yang begitu pesat belakangan ini, maka dibutuhkan sebuah program pembinaan guna mengoptimalkan kinerja guru. Pembinaan merupakan hal yang wajib dilakukan baik oleh pemerintah, organisasi keguruan, sekolah maupun diri pribadi guru itu sendiri.

1. Pengertian Pembinaan Kinerja Guru

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pembinaan berarti proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik 33 . Pengertian tersebut, mengindikasikan bahwa pembinaan dilakukan untuk memperbaiki kinerja kearah yang lebih baik lagi agar terjadi suatu peningkatkan dalam bekerja. Pembinaan juga diharapkan dapat membantu seseorang memecahkan masalah dan kesulitan yang mungkin akan di hadapi didalam menggunakan cara-cara baru untuk melaksanakan tugasnya agar berjalan dengan efektif dan efisien untuk 32 Ibid,. hal. 26 33 Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta:Balai Pustaka, 2007, Cet. 3, hal 152 mendapatkan hasil yang optimal. Pembinaan adalah usaha peningkatan kualitas bagi tenaga pendidikan. Pembinaan atau pengembangan adalah upaya sekolah untuk peningkatan dan perbaikan yang diberikan kepada guru guna memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja. 34 Kegiatan pembinaan sumber daya tenaga kependidikan berkaiatan pula dengan kegiatan pelatihan dan pengembangan. Latihan dan pengembangan merupakan kenyataan yang harus dilakukan, karena merupakan kebutuhan dalam suatu organisasilembaga. Dengan memberikan bimbingan kepada tenaga pendidikan maupun karyawan dalam memahami setiap kegiatan kerja yang dilakasanakan. Hal ini bertujuan untuk membuat tenaga pendidikan maupun karyawan menjadi lebih menaruh minat dan terlatih terhadap bidang kerjanya. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan guru, yaitu: a. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk temaga structural, fungsional, maupun teknis b. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan kemampuan professional dan untuk teknis pelaksanaan tugas harian sesuai dengan posisi masing-masing. c. Dilaksanakan untuk mendorong meningkatnya kontribusi setiap individu terhadap organisasi pendidikan. d. Dirintis dan diarahkan untuk mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki jabatanposisi. e. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan, pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan-kegiatan remedial, pemeliharaan motivasi kerja, dan ketahanan organisasi. 34 H.E.Mulyasa, Manajemen dan Kepempinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2011, hal. 65 f. Pengembangan yang menyangkut jenjang karier sebaiknya disesuaikan dengan kategorisasi masing-masing jenis tenaga kependidikan itu sendiri. 35 Pembinaan guru dilakukan berdasarkan kebutuhan intitusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Sehingga dalam pelaksanaan pembinaan kepala sekolah tidak hanya harus bertindak sendiri, tetapi juga harus dapat melibatkan seluruh aspek yang ada di sekolah untuk bersama-sama dalam pelaksanaan pembinaan itu sendiri. Secara umum tujuan pembinaan terhadap guru dan tenaga kependidikan itu adalah dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kompetensi guru dalam memecahkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran yang berdampak pada peningkatan mutu hasil belajar siswa. 36 Pembinaan guru merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak sekolah khsususnya kepala sekolah, guna meningkatkan kemampuan guru dalam menghadapi perubahan ilmu pegetahuan yang semakin pesat. Sedangakan pelaksnaan program pembinaan kinerja guru \diharapakan dapat memperoleh hal-hal sebagai berikut : a. Proses kinerja akan lebih baik. b. Mengurangi jam kinerja secara lebih baik. c. Memastikan bahwa guru benar-benar terlatih dan dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik. d. Memastikan adanya penangan dan pengaturan kinerja secara lebih matang. e. Memastikan pekerjaan yang diharapkan masyrakat hasilnya lebih memuaskan. 35 Udin S dan Cicih Sutarsih, Pengembangan Profesi Guru SD, Bandung:UPI PRESS, 2007, Cet. 1, hal. 100 36 Surdarwan danim dan H. Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2012, Cet. 3, hal. 30 f. Memastikan hasil kerja dengan baik. 37 Tujuan pembinaan tidak akan tercapai, apa bila program pembinaan yang dilaksanakan tidak dilaksanakan secara berkesinambungan. Hal ini karena dalam pelaksanaan pembinaan diperlukan waktu dan usaha yang sangat panjang, dan tidak mudah. Oleh karena itu dalam pelaksanaan pembinaan kepala sekolah harus mampu menerapakannya dengan baik. Sedangkan bagi guru, tidak boleh hanya mengandalkan sebuah program pembinaan yang diadakan sekolah guna meningkatkan kemampuannya. Tapi yang terpenting adalah bagaimana guru itu berusaha sendiri dalam meningkatkan kemampuan dan kinerjanya.

2. Strategi Pembinaan Kinerja Guru.

Usaha dalam meningkatkan kinerja guru di sekolah tidak bisa dilaksanakan dengan sembarangan, dibutuhkan sebuah strategi yang matang dan berkelanjutan guna mencapainya. Strategi merupakan rencana jangka panjang yang dikembangkan secara detail dalam bentuk taktik yang bersifat operasional disertai target dan langkah-langkah secara terukur 38 . Dari sini dapat dilihat bahwa strategi meruapakan sebuah usaha untuk mencapai tujuan dengan sebuah program jangka panjang yang telah disusun dengan baik. Dalam mencapai sebuah tujuan khusunya dalam usaha peningkatan kinerja guru di sekolah, bukan lah hal yang bersifat pendek, artinya dibutuhkan usaha yang cukup panjang dan berliku untuk mencapainya. Di sinilah peran kepala sekolah dibutuhkan, sebagai pemimpin di sekolah, kepala sekolah diharapkan dapat membuat sebuah program pembinaan yang baik dan sesuai dengan perkembangan dan tantangan yang akan dihadapi. 37 Imam Wahyudi, Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif fan Kreatif dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012, h. 134 38 Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT Rosdakarya, 2011, ha 217 Konsep Castetter dalam pengembangan Sumber Daya Manusia PSDM dapat dijadikan bahan pembanding, dalam pengembangan tenaga pendidikan harus dapat diidentifikasikan ke dalam strategi umum dan strategi khusus. Dalam strategi umum, pengembangan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang jelas, dalam dunia pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan professional. Selanjutnya adalah perlu ditingkatkannya kerja sama antara dunia pendidikan dengan perusahaan, terutama dalam memanfaatkan untuk laboratorium praktik dan objek studi. Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan pengelolaan tenaga kependidikan, yang berkaitan dengan kesejahteraan, pendidikan prajabatan calon tenaga pendidikan, rekrutmen dan penempatan. 39 Dengan melihat itu semua maka ada beberapa cara yang digunakan kepala sekolah dalam membina kinerja guru yaitu : a Pembinaan Disiplin Pembinaan disiplin terhadap guru merupakan sebuah dorongan kepada guru untuk dapat mentaati segaala peraturan yang ada dengan tanggung jawab. Tujuan disiplin yaitu agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dalam suasana tenang, dan kondusif sehingga segala kegiatan dan pekerjaan yang ada akan sesuai dengan apa yang diharapkan Dalam hal penegakan disiplin kepala sekolah harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membantu tenaga kependidikan mengambangkan pola perilakunya. b. Membanntu tenaga kependidikan meningkatkan standar perilakunya. 39 Imam Wahyudi, Pengembangan Pendidikan Strategi Inovatif fan Kreatif dalam Mengelola Pendidikan Secara Komprehensif, Jakarta:Prestasi Pustaka, 2012, h. 29-30 c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat. 40 Disiplin kerja dilingkungan sekolah memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pelaksanaan kegiatan kerja guru di sekolah. Depdikbud menyatakan tujuan disiplin dibagi menjadi dua bagian, yaitu : 1. Tujuan umum adalah agar terlaksananya kurikulum secara baik yang menunjang peningkatan mutu pendidikan. 2. Tujuan khusus yaitu : a agar kepala sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang menggairahkan bagi seluruh peserta sekolah, b agar guru dapat melaksanakan proses belaajr mengajar seoptimal mungkin dengan semua sumber yang ada di sekolah dan di luar sekolah, c Agar terciptanya kerja sama yang erat antara sekolah dengan orang tua dan sekolah dengan masyarakat untuk mengemban tugas pendidikan. 41 Pembinaan Disiplin kerja berawal dari pembuatan peraturan yang dilandasi oleh tujuan sekolah. Selanjutnya, peraturan tersebut disosialisasikan kepada guru. Setelah proses sosialisasi selesai, dilakukan upaya pengawasan pelaksanaan peraturan. Hasil pengawasan diperiksa untuk melihat adakah kesesuaian antara peraturan dan realitas di lapangan. Ada beberapa macam cara yang biasa dilakukan oleh seorang pemimpin dalam melakukan pembinaan disiplin yaitu: a. Disiplin Preventif Adalah tindakan yang mendorong para karyawan untuk taat kepada tindakan yang mendorong karyawan untuk taat kepada berbagai aturan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dalam hal ini tujuan disiplin preventif ini adalah bagaimana sebuah organisasi menetapkan aturan, sikap, dan apa yang harus dilakukan oleh seorang pekerja guna mencegah terjadinya sebuah pelanggaran yang dapat dilakukan oleh seorang pegawai. b. Disiplin Korektif 40 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 8, hal. 141. 41 Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, Bandung: Refika Aditama, 2012, Cet. 2, hal. 41 Jika ada karyawan yang melakukan sebuah pelanggaran atas ketentuan- ketentuan yang berlaku atau gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya dikenakan sanksi disipliner. Berat dan ringannya sebuah hukuman tergantung kepada seberapa besar bobot pelanggaran yang telah terjadi c. Disiplin Positif Disiplin positif ialah pembinaan mental karayawan yang kinerjannya tidak memuaskan. Tujuannya adalah membantu karyawan untuk memperbaiki diri, bukan pemberian sanksi. Pandangan ini didasarkan karyawan pada umunya bersedia bertanggung jawab atas pekerjaannya. d. Disiplin Progresif Disiplin ini menititik beratkan kepada intervensi yang dilakukan oleh manajemen pimpinan terhadap seorang pegawai yang mempunyai kinerja yang tidak memuaskan, sebelumnya dirinya sendiri diberikan sanksi atau bahakan diberhentikan. Tujuannya adalah memberikan kesempatan karyawan tersebut sebuah kesempatan untuk dapat memperbaiki kinerjanya sebelum sanksi atau pemberhentian di berikan kepadanya. a. Disiplin Tanpa Hukuman Disiplin tanapa hukuman diberikan dengan tujuan untuk memperoleh penerimaan karyawan terhadap aturan, dengan mengurangi sifat punitive menghukum. Dengan cara memberikan cuti selam beberapa hari kepada karyawan untuk memberikan waktu untuk berfikir untuk bersedia atau tidak dalam mematuhi aturan-aturan yang berlaku. 42 b Pemberian Motivasi Ada banyak kejadian yang sering ditemui seputar pegawai di dalam sebuah organisasi, yaitu seseorang yang pegawai yang memiliki kemampuan yang memadai dan berkualitas, akan tetapi pelaksanaan dalam bekerja dia memiliki kinerja yang rendah dibandingkan dengan pegawai lainnya. Hal ini bukan disebabkan karena 42 Darsono dan Tjatjuk Siswandoko, Manajemen Sumber Daya Manusia Abad 21, Jakarta: Nusantara Consulting, 2011, hal. 131-134 mereka tidak mampu dalam bekerja sesuai dengan standar kinerja yang telah ditetapkan, melainkan karena mereka tidak mempunyai keinginan untuk melakukannya. Kondisi seperti itu disebabkan oleh rendahnya gairah kerja yang berdampak pada penurunan kinerja. Oleh karena itu, penanganan yang paling tepat ialah melalui peningkatan motivasi kinerja. Motivasi merupakan proses psikologi yang membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada pencapaian tujuan atau goal-director behavior. Manajer perlu memahami proses psikologis ini apabila mereka ingin berhasil membina pekerja menuju pada penyelesaian sasaran organisasi. 43 Dalam teori X dan Y yang dikembangkan oleh MC Gregor, membagi sifat manusia menjadi dua yaitu, Sifat manusia menurut teori X memiliki ciri, malas belajar dan atau bekerja pasif, mau bekerja kalau diperintah, diancam, atau dipaksa, senang menghidar dari tanggung jawab, tidak berambisi dan cukup menjadi anak buah saja dan tidak mempunyai kemampuan untuk mandiri, sedangkan teori Y sifat manusia itu rajin belajar dan atau bekerja aktif, bkerja adalah bermain shingga menyenangkan, bekerja atas kesadaraan sendiri, kurang senang diawasi dan kreatif dalam memecahkan masalah, bertanggung jawab, berambisi dan mampu mengendalikan dirinya sendiri mencapai tujuan organisasinya mandiri 44 . Dalam sebuah organisasi khsusunya sekolah, setiap staf dan guru memiliki karakteristik sifat yang berbeda-beda, maka dalam hal ini seorang pemimpin harus dapat mengambil cara yang berbeda dalam memberikan motivasi, tergantung sifat dari guru itu sendiri. Apabila para tenaga kependidikan memiliki motivasi yang positif, maka akan memperlihatkan minat, mempunyai perhatian, dan ingin ikut serta dalam tugas atau kegiatan. Dengan kata lain, seorang tenaga kependidikan akan melakukan semua pekerjaanya dengan baik apabila ada faktor pendorongnya motivasi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan salah satu faktor dalam usaha sekolah dalam 43 Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo, 2007, hal. 378 44 Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik dan Riset Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2008, hal. 255 meningkatkan kinerja gurunya, dengan melaksnakan motivasi yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapakan bahwa guru akan termotivasi dan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik, terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan untuk memotivasi guru agar mau dan mampu meningkatkan kinerjanya, diantaranya: a. Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik, dan menyenangkan. b. Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan mereka bekerja. Tujuan kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut. c. Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiapa pekerjaannya. d. Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan. e. Manfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu tenaga kependidikan. f. Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual tenaga kependidikan, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap mereka terhadap pekerjaannya. g. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan jalan memperhatikan kondisi fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukan bahwa pemimpin memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap tenaga kependidikan pernah memperoleh kepuasaan dan penghargaan. 45 Motivasi datang dari dalam diri manusia itu sendiri, dengan demikian seorang pemimpin organisasi harus dapat menciptakan sebuah kondisi dimana pekerja dapat termotivasi oleh dirinya sendiri.Menurut Jhon Baldoni, 2005:5 motivasi merupakan proses aktif yang didorong oleh serangkaian tindakan yang dapat dikelompokan dalam tiga kelompok yaitu : 45 Ibid., hal. 88 1. Energize memberi daya, adalah apa yang dilakukan pemimpin ketika mereka memberikan contoh, melakukan komunikasi dengan jelas, dan memberi tantangan dengan tepat. 2. Encourage mendorong, adalah apa yang dilakukan pemimpin untuk mendukung proses motivasi melalui pemberdayaan, coaching dan pengakuan. 3. Exhort mendesak, adalah bagaimana pemimpin menciptkan pengalaman berdasarkan pengorbanan dan inspirasi yang mempersiapkan dasar bagi motivasi untuk tubuh dengan subur. 46 c Penghargaan Pemberiaan penghargaan yang diberikan oleh sekolah terhadap guru terhadap hasil kerja yang telah dilaksanakannya akan sangat berdampak terhadap peningkatan kinerja guru itu sendiri. Melalui penghargaan ini tenaga kependidikan dirangsang untuk meningkatkan kinerja yang positif. Penghargaan harus didasari atas prestasi kerja yang ditunjukan oleh seorang guru itu sendiri, sehingga akan mendorong guru atau pegawai lainnya juga akan terdorong untuk meningkatkan lagi kinerja mereka. Randal S. Schuler dan Susan E. Jackson dalam sinambela 2012:133-134 mengemukakan enam dasar untuk memberikan dorongan melalui penghargaan. 1. Jangan memberikan penghargaan kepada setiap orang dengan cara yang sama. 2. Akuilah bahwa kegagalan memberikan tanggapan juga mempunyai konsekuensi yang bersifat mendorng. 3. Beritahu kepada pegawai apa yang harus mereka lakukan untuk medapatkan penghargaan. 4. Beritahukan kepada pegawai hal-hal yang keliru mereka lakukan 5. Jangan hukum siapapun didepan orang lain. 6. Bersikap Adil 47 46 Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo, 2007, hal. 385-389 47 Barnawi dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional Instrumen Pembinaan, peningkatan dan penilaian, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012, hal. 97-98 Pemberiaan penghargaan yang dilakukan secara tepat kepada guru diharapkan dapat meningkatkan kinerja guru itu sendiri, mereka akan merasa bahwa tugas dan pekerjaan yang telah dilakukan telah dihargai. Selain itu dengan adanya apresiasi yang diberikan oleh pihak sekolah atas hasil kerja yang telah ditunjukan maka akan dapat menimbulkan semangat baru yang akan berdampak bagi peningkatan kinerja guru itu sendiri d Pelatihan Pelatihan memiliki pengaruh yang besar terhadap peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Dengan diberikannya pelatihan kepada guru akan memberikan guru sebuah pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang baru yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Menurut Randal S. Schuler, Susan E. Jackson dalam Sinambela, sasaran pelatihan bagi pegawai adalah menguasai pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang ditekankan pada program pelatihan serta menerapkannya pada kegiatan sehari- hari. 48 Pendidikan, pelatihan dan pengembangan merupakan proses yang harus ditempuh oleh guru pada saat menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diorganisasikan secara beragam dan berspektrum luas dengan tujuan untuk meningkatkan kompotensi, keterampilan, sikap, pemahaman, dan performansi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan dimasa yang akan datang. 49 Pelatihan dan pengembangan yang dilakukan sekolah dalam rangka peningaktan kinerja guru merupakan sebuah inventasi yang sangat penting bagi sekolah, terutama dalam hal tersedianya sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang baik sehingga akan berpengaruh terhadap jalannya organisasi sekolah tersebut. Alasan esensial lain diperlukannya pembinaan dan pengembangan guru adalah karakterisktik tugas yang terus berkembang seirama dengan perkembangan Ipteks, 48 Ibid,. hal. 80 49 Sudarwan Danim dan H. Khairil, Profesi Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2012, Cet. 3, hal. 31 disamping reformasi internal pendidikan itu sendiri 50 . Perkembangan IPTEK akan terus berkembang sehingga hal ini harus mendorong pihak sekolah atau pihak yang terkait dalam menyusun sebuah program pelatihan yang dapat mengimbangi perkembangan zaman. Dalam pembinaan dan pengembangan ada beberapa strategi yang umumnya dipakai dalam pelatihan dan pendidikan yaitu: 1. In- house training Adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah atau tempat lain yang yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi ini dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa dalam meningkatkan kemampuan dan kompotensi tidak harus dilakukan secara eksternal, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang memilki kompotensi yang belum dimiliki oleh guru lain. Dengan kata lain guru yang belum mengusai kemampuankompotensi yang baik, akan dibantu oleh guru lain yang memiliki kompotensi yang sudah baik sebagai pelatih dan membimbing secara langsung disekolah. 2. Pemberdayaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP MGMP adalah upaya peningkatan profesionalan guru melalui cara bermusayawarah yang dilakukan ditingkat gugus. Di gugus ini, para guru berkumpul secara berkala untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan profesi dan tugas-tugas mengajar mereka. Dalam kegiatan ini diupayakan kegiatan pengayaan penguasaan bidang studi , mendiskusikan metode baru dalam pelaksanaan pengajaran. 3. Pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus Pelatihan jenis ini diselenggarakan di lembaga-lembaga pelatihan yang diberi wewenang, dimana program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah, lanjut dan tinggi. Pelatihan khusus spesialisasi disediakan 50 Ibid,. hal. 31 berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan adanya perkembangan khusus baru dalam keilmuan tertentu. 4. Studi Lanjut Perkembangn ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dengan pesat sehingga mendorong guru untuk tidak berdiam diri saja melainkan wajib meningkatkan pengatahuan yang telah dimilikinya. Untuk itu, sekolah harus mendorong dan member kesempatan pada guru-gurunya untuk mengambil kuliah lanjut magister untuk menambah wawasan akademik ataupunprofesionalnya. 5. Pemberdayaan Organisasi Profesi Guru di Indonesia sudah dihimpun dalam suatu organisasi yang bernama Persatuan Guru Rpublik Indonesia PGRI. Sebagai suatu asosiasi perlu melaksanakan training profesi untuk meningkatkan kualitas anggota dan pengakuan masyarakat maupun pemerintah. Pelaksanaan training dapat dilaksanakan oleh pmerintah yaitu departemen terkait untuk meningkatkan kemampuan dan kinerja, tetapi juga oleh asosiasi profesi porfesi untuk pertumbuhan jabatan dan efektifitas profesi dan organisasi. 51 e Pengawasan Kinerja Guru Hal yang terakhir yang harus dilakukan oleh sekolah, dalam hal ini kepala sekolah adalah sebuah program pengawasan yang di lakukan terhadap guru dalam mengawasi hasil kinerjanya. Pengawasan supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu pada guru dan pegawai sekolah dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. 52 Pengawasan bertujuan untuk melihat sejauhmana hasil kinerja yang telah dilaksanakan setelah proses pembinaan yang telah dilakukan, apakah ada sebuah perubahan yang mengarah kearah positif atau sebaliknya. Peningkatan mutu akan dapat dipenuhi, jika pembinaan yang dilakukan dibarengi dengan sebuah program yang berkulitas dan konsisten dalam pelaksanaannya, 51 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kulifikasi, dan Kompotensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hal. 174-176 52 Ibid., h 289 kemudian dibutuhkan perlu penerapan pengawsan yang insentif, agar semua pelaksanaan program dan kegiatan dapat memenuhi standar dan pencapaian yang terukur. 53 Dalam pelaksanaan pengawasan, kepala sekolah harus memperhatikan prinsip- prinsip berikut : 1. Hubungan konsultatif, kolegial dan bukan hirarkhis. 2. Dilaksanakan secara demokratis. 3. Berpusat pada tenaag kependidikan 4. Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga pendidikan 5. merupaakn bantuan profesional 54 Pelaksanaan pengawasan harus dilakukan dengan baik, hal ini dikarenakan dengan pengawsan yang baik diharapkan dapat mencegah agar guru tidak melakukan sebuah penyimpangan dalam melaksanakn tugas dan kewajibannya. Selain itu dalam pelaksanaannya pengawasan harus dapat menciptkan kesan bahwa guru tidak sedang diawasi dan merasa terbebani dalam melaksanakan pekerjaan, melainkan harus dapat menciptakan kesan bahwa pengawasan yang dilakukan dapat membantu dan meningkatkan kinerja guru tersebut.

3. Kepala Sekolah Sebagai Pembina Kinerja Guru

Usaha dalam meningkatkan kualitas kinerja guru di sekolah merupakan sebuah keharusan. Kinerja guru harus terus dibina guna menghadapi perkembangan pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dengan pesat. Dalam pelaksanaan pembinaan tersebut merupakan tanggung jawab dari pemerintah, organisasi keguruan, kepala sekolah dan yang terpenting adalah guru itu sendiri. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolah merupakan garda paling depan dalam pelaksanaan pembinaan kinerja guru di sekolah itu sendiri. 53 H. Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2011, hal. 193 54 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. 8, hal. 113 Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam sekolah. Sebagai seorang pemimpin dipundaknyalah keberhasilan sekolah ditentukan. Kepala sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar dalam hal menggerakan seluruh komponen-komponen yang ada di sekolah dalam hal memajukan mutu pendidikan di sekolah. Maka dalam hal ini peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru merupakan hal yang vital, karena kepala sekolah harus dapat membuat sebuah program pembinaan yang baik dan mendukung ketercapaian peningkatan kinerja guru itu sendiri. Kepala sekolah mempunyai tugas dalam pengelolaan kegiatan pendidikan yang berada di sekolah guna mencapai tujuan pendidikan. Maka untuk mencapai itu semua seorang kepala sekolah harus dapat menggali dan mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah guna mencapai tujuan sekolah. Fungsi kepala sekolah utamanya adalah dalam hal pelaksanaan pengelolaan sumber daya sekolah khususnya guru sebagai tulang punggung utama disekolah, pengelolaan sumber daya yang baik akan berdampak langsung kepada pencapaian tujuan sekolah itu sendiri. Kepala sekolah juga perlu memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dengan baik, yang diwujudkan dengan penyusunan program, mengorganisasikan personalia, memberdayakan guru dan tenaga pendidikan, serta mendayagunakan sumber daya sekolah secara unggul. 55 Dengan demikian pembinaan guru merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksnakan oleh kepala sekolah guna meningkatkan kinerja guru itu sendiri, yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan kinerja sekolah secara keseluruhan. Pengembangan guru dan staf merupakan pekerjaan yang harus dilakukan kepala sekolah dalam manajemen personalia pendidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan guru dan staf secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal 56 . Dengan demikian pembuatan sebuah program yang terencana dengan baik 55 Sudarman dan H.Khairil, Profesi Kependidikan Bandung: Alfabeta, 2012, Cet. 3 hal. 80 56 H.E.Mulyasa, Manajemen dan Kepempinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2011,hal 63 merupakan sebuah hal yang utama dalam hal pencapaian tujuan sekolah. Dari sekian banyak program yang dibuat, program peningkatan kinerja guru merupakan sebuah program yang terpenting yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah, guru merupakan elemen penggerak utama dalam kegiatan sekolah, maka untuk mencapai sebuah tujuan sekolah peningkatan kinerja guru merupakan suatu keharusan. Guna melaksanakan pembinaan kinerja guru di sekolah, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan dalam mengelola guru dan tenaga kependidikan yang meliputi : a. Menginventarisasi karakteristik guru dan tenaga kependidikan yang efektif. b. Memanfaatkan dan memelihara guru dan tenaga kependidikan. c. Memfasilitasi pengembangan profesionalisme guru dan tenaga kependidikan. d. Membina hubungan kerja yang harmonis. e. Memelihara dokumentasi personel sekolah atau mengelola administrasi personel sekolah. f. Mengelola konflik. g. Memiliki apresiasi, empati, dan simpati terhadap guru dan tenaga kependidikan. 57 Sekolah selalu menuntu bagi guru agar mampu melaksanakan tugas yang diembannya dengan optimal, serta dituntut untuk dapat bekerja lebih baik lagi.Tapi guru sebagai seorang manusia juga membutuhkan pengembangan dan peningkatan dirinya. Disinilah peran kepala sekolah dalam menyusun sebuah program pembinaan yang bertujuan untuk memperbaiki, menjaga dan meningkatkan kinerja guru. Peranan guru dalam menentukan keberhasilan suatu sekolah sangatlah dominan. Hal ini menyebabkan kepala sekolah harus betul-betul memahami bagaimana cara 57 Sudarman dan H.Khairil, Profesi Kependidikan Bandung: Alfabeta, 2012, Cet. 3 hal. 91 mengelola guru. Dalam pelaksanaan pembinaan guru, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab untuk dapat mengarahkan pembinaan untuk : a. Mencapai tujuan sekolah. b. Membantu anggota individu untuk memperoleh kedudukan dan standar penampilan kerja kelompok. c. Memaksimalkan pengembangan karier anggota. d. Mempersatukan reconcile antara tujuan individu-individu dengan tujuan organisasi. 58 Tugas kepala sekolah dalam melaksanakan pembinaan tidalah mudah, selain bertujuan untuk mencapai tujuan sekolah, tetapi juga harus memperhatikan tujuan pribadi dari staf fan guru itu sendiri. Peran kepala sekolah adalah harus dapat menyatukan semua kepentingan pribadi yang ada untuk mencapai tujuan sekolah itu sendiri. Pembinaan bertujuan meningkatkan dan mengembangakan kemampuan guru yang ada supaya lebih baik lagi, dalam hal ini ada beberapa indikator keberhasilan kepala sekolah dalam proses pembinaan guru yaitu : a. Sekolah menciptakan hubungan kerja kesewatan dianatara semua guru, staf dengan seluruh warga sekolah. b. Terdapat program pengembangan profesionalitas guru dan staf. c. Terdapat asesmen mengenai kekuatan dan kekurangan setiap guru dan staf, terutama berkaitan dengan kompetensi dan keterampilan tentang pelaksanaan pembelajaran. d. Terdapat database mengenai profil guru dan staf mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan kompetensi professional. e. Kesempatan yang tersedia untuk pengembangan kapasitas professional. 58 wahjosumido, Kepemimpinan Kepala Sekolah Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2010, cet. 7, hal. 273 f. Guru aktif mengikuti dan memanfaatkan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, dan kegiatan organisasi lainnya untuk pengembangan diri. g. Guru aktif secara mandiri dalam berbagai kegiatan pengembangan professional penataran, pelatihan, seminar, dan pengadaan buku referensi pribadi. h. Guru aktif menulis karya ilmiah KTI untuk mengkomunikasikan pengalaman dan pemikirannya, baik melalui artikel, makalah, maupun laporan penelitian, khususnya penelitian tindakan kelas. 59 Pembinaan kinerja guru di sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah sebagai pemimpin. Kepala sekolah wajib memiliki kemampuan dalam pembuatan program pembinaan dan stategi yang akan digunakan. Strategi dalam pembinaan seperti yang dibahas di atas, harus dijalankan dengan baik, hal ini bertujuan agar jalannya pembinaan yang ada dapat berjalan dengan baik. Tetapi dalam pelaksanaannya kepala sekolah tidak boleh bergerak sendiri, melainkan juga harus dapat menggerakan seluruh komponen pendukung dunia pendidikan baik pihak eksternal. Seperti pemerintah, organisasi keguruan, perguruan tinggi dan lainnya. Sedangkan yang terpenting adalah kemampuan kepala sekolah mengajak seluruh aspek internal yang berada di sekolah untuk bersama-sama ikut serta jalannya program pembinaan tersebut. 59 H.E.Mulyasa, Manajemen dan Kepempinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2011,hal 68-69 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat yang dijadikan penulis objek penelitian adalah SMK Islamiyah Ciputat Tangerang Selatan, yang berlokasi di Jl Kihajar Dewantara ciputat, Tangerang Selatan. Adapun waktu yang penulis gunakan untuk melakukan penelitian yaitu pada bulan Januari 2014 sampai Februari 2014.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif deskritif analisis yaitu suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada kesimpulan. 1

C. Teknik Pengambilan Data