d. Photogenia Teknik Foto
Foto ini diambil dengan pencahayaan normal. Speed atau kecepatan rana yang digunakan pun diatas 1150 karena fotografer
mengambil foto ini dalam keadaan berlari. Sedangkan untuk angel atau sudut pandang, digunakan teknik eye level atau sejajar dengan mata
fotografer. Karena menggunakan speed yang tinggi, objek dalam foto ini pun
terlihat membeku freezing padahal dalam kenyataannya, mereka sedang berlari. Hal itu terlihat dari debu sisa abu vulkanik di kaki-kaki mereka.
Bukaan rana yang digunakan oleh fotografer adalah bukaan luas karena tidak ada objek atau gambar lain yang dibuat buram. Penulis melihat
bahwa dengan menggunakan teknik bukaan luas, fotografer ingin memperlihatkan bagaimana kondisi kepanikan pada saat itu dengan tidak
menghilangkan latar belakang yang ada.
e. Aestheticism Komposisi
Setelah diamati, komposisi dalam foto ini terlihat menarik walaupun pada kenyataannya fotografer tidak memikirkan komposisi
karena sedang terburu-buru. Menurut penulis, dalam foto ini dituntut keprofesionalan
seorang fotografer,
apakah dia
tetap ingin
menyelamatkan diri sendiri tanpa mengabadikan moment tersebut atau tetap mengambil gambar untuk disampaikan kepada masyarakat apa yang
sedang terjadi pada saat itu dengan tidak mengabaikan keselamatannya sendiri.
f. Syntax
Tanpa adanya caption pada foto IV ini, pesan yang ingin disampaikan oleh fotografer dapat diterima oleh masyarakat. Penulis
melihat bahwa fotografer ingin menunjukkan kepanikan yang terjadi saat wedus gembel kembali menerjang kawasan lereng Gunung Merapi. Objek
yang berlari serta debu yang berada pada kaki-kaki tim penyelamat sudah menjelaskan hal tersebut. Selain itu walaupun sudah hancur dan tidak
layak huni lagi, rumah-rumah yang menjadi latar belakang foto masih terancam serangan wedus gembel.
Setelah dijelaskan dalam beberapa tahap, makna konotasi dalam foto ini yaitu mengenai kesigapan dan tanggungjawab. Melihat kerja keras tim penyelamat yang
dibantu masyarakat setempat dalam proses evakuasi, kesigapan dan rasa tanggungjawab sangat diperlukan. Tim penyelamat beserta masyarakat setempat
harus memiliki kesigapan dalam menghadapi sesuatu yang tidak terduga. Seperti wedus gembel yang kembali menerjang lereng Gunung Merapi secara tiba-tiba.
Apabila tidak sigap, keselamatan mereka tidak akan terjamin. Selain kesigapan, rasa tanggungjawab juga diperlihatkan oleh tim penyelamat dan masyarakat lereng
Gunung Merapi. Mereka tetap menjalankan tugasnya tanpa mendahulukan keselamatan diri sendiri walaupun bencana susulan sewaktu-waktu akan datang.
3. Mitos
Letusan Gunung Merapi yang terjadi tahun 2010 lalu ini memunculkan banyak mitos dikalangan masyarakat setempat. Mitos selalu