Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang Masalah

Stres dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stres tidak hanya dapat berdampak positif tetapi juga dapat berdampak negatif. Jika stres tersebut berdampak negatif pada orang yang sehari-hari berhubungan langsung dengan masyarakat dan bekerja dengan menggunakan senjata seperti polisi, maka hal itu dapat mengakibatkan sesuatu yang buruk terjadi, seperti salah satunya penyalahgunaan senjata api. Selama ini banyak ditemukan perilaku anggota polisi yang menyimpang dari aturan yang dapat menimbulkan antipati dan menurunkan citra polisi, antara lain yaitu diberitakan mengenai penembakan terhadap Wakapoltabes Semarang yang dilakukan oleh anak buahnya Hermanto, 2007. Sedangkan kasus lainnya diberitakan bahwa seorang polisi menembak istrinya karena konflik rumah tangga Rusli, 2011. Di sepanjang tahun 2005 sampai tahun 2008 banyak sekali kasus penyalahgunaan senjata api di lingkungan kepolisian yang dilatarbelakangi oleh stres. Hal serupa juga dibenarkan oleh pensiunan Jenderal polisi yang pernah bekerja sebagai direktur bagian pengamanan kepolisian Komunikasi personal, 10 Juni 2011. Ia membenarkan bahwa terdapat perilaku-perilaku yang menyimpang pada anggota kepolisian 2 terutama dalam hal penyalahgunaan wewenang. Tindakan-tindakan seperti penyalahgunaan wewenang, pungutan liar, asusila, narkoba miras dan kasus penembakan serta bunuh diri merupakan gambaran fenomena perilaku polisi yang mengalami stres. Penelitian yang pernah dilakukan mengenai stres kerja dengan sampel polisi mendapatkan hasil penelitian bahwa derajat stres kerja polisi secara keseluruhan berada pada tingkat menengah Jayanegara, 2007. Selan itu, direktur utama ACLU American Civil Liberties Union, Ira Glasser dalam Amaranto, 2003 juga menyatakan bahwa polisi adalah pekerjaan yang mencakup banyak aspek, sulit, berbahaya, dan stressfull. He, Zhao, dan Archbold dalam Magdalena, 2008 menyebutkan bahwa secara umum, petugas polisi menempati posisi dimana ia mengalami interaksi yang langsung dan sering dengan publik dan dihadapkan pada elemen-elemen masyarakat yang paling mengancam, antisosial dan tidak dapat dipercaya. Mereka ini adalah orang-orang yang melanggar hukum dan melakukan tindakan yang membahayakan orang lain. Misalnya saja pembunuh, teroris atau massa yang mengamuk. Kontak langsung dan sering dengan publik membuat polisi rentan terhadap efek negatif dari stres. Howard juga menuliskan bahwa pekerjaan sebagai polisi juga dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang stresful karena petugas polisi tidak memiliki kontrol atas penugasan yang diberikan kepadanya dan sulitnya pelaku kejahatan yang dihadapi. Howard,dkk, 2004, dalam Magdalena, 2008. 3 Sebagai studi pendahuluan, peneliti melakukan wawancara dengan 4 sumber penting di kepolisian, yaitu Kabag psikologi di Polda Metro Jaya, Kabag polisi Lantas bagian Laka kecelakaan lalu lintas Jakarta Timur, staff polisi bagian Reksa pemeriksaan bagian lalu lintas Jakarta Timur dan mantan direktur kepolisian bagian pengamanan kepolisian. Dari wawancara peneliti dengan Kabag Psikologi, Nurcahyo, ia membenarkan bahwa memang terdapat perilaku- perilaku menyimpang dari polisi yang mungkin diakibatkan oleh stres misalnya yaitu melakukan penyalahgunaan senjata api dan melakukan perilaku menyimpang seperti mencuri, disersi lari dari tugas atau memukul. Ia berpendapat pekerjaan yang paling stresful adalah polisi yang bekerja di lapangan yaitu polisi lalu lintas dibandingkan dengan yang bekerja di kantor Komunikasi personal, 14 Juni 2011. Berdasarkan data anggota bermasalah yang diperoleh dari Direktorat Lantas Polda Metro Jaya bagian psikologi tahun 2010 diketahui bahwa terdapat 13 anggota yang bermasalah sejak 19 Januari 2010 – 13 November 2010. Perilaku bermasalah mereka antara lain adalah pencurian, disersi lari dari tugas, sering absen dinas, penyalahgunaan senjata api dan pemukulan. Beberapa dari anggota bermasalah tersebut berhubungan dengan psikis antara lain depresi, permasalahan dengan rumah tangga, jenuh, dan permasalahan keuangan. Nurcahyo mengatakan bahwa pekerjaan sebagai polisi lalu lintas merupakan sandaran terdepan kepolisian yang bekerja di lapangan dan diamati oleh masyarakat secara langsung. Hal ini menyebabkan banyak aspek pekerjaan sebagai stressor antara lain beban kerja yang banyak, personil yang belum cukup memadai, dan kondisi fisik di lapangan Komunikasi Personal, 14 Juni 2011. 4 Polisi peka terhadap variasi yang luas dari tekanan pekerjaan atau penyebab stres. Penyebab stres ini dapat dikelompokkan dalam kategori yang berikut: 1 di luar departemen polisi, yang meliputi keputusan pengadilan yang tak menguntungkan, ketiadaan dukungan masyarakat, dan potensi kekerasan warga bahkan ketika berhadapan dengan penyelidikan lalu-lintas rutin atau pertengkaran rumah tangga; 2 sumber internal, yang meliputi gaji rendah, kemajuan karir yang terbatas, pengembangan atau perangsang profesional yang kecil, dan ketiadaan dukungan administratif; dan 3 penyebab stres yang berasal pada peran polisi itu sendiri, termasuk perputaran shift, kerja administratif yang berlebihan. Eisenberg, 1975; Stratton, 1978, dalam Murtiningrum, 2005. Menurut Seyle 1976, Munandar, 2006, stres adalah keadaan didalam karateristik mahluk hidup dengan sindrom adaptasi umum. Dengan kata lain, adalah respon non spesifik dari tubuh terhadap permintaan yang dibuat untuk itu. Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi secara optimal, atau yang menyebabkan seseorang jatuh sakit, tidak saja datang dari satu macam pembangkit stres, tetapi datang dari beberapa macam pembangkit stres, dan sebagian besar adalah dari waktu manusia bekerja, karena lingkungan pekerjaan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesehatan pekerja Ferdy, 2010. Dalam profesi sebagai polisi, lingkungan kerja mereka memiliki kemungkinan tinggi mengalami hal-hal yang menakutkan, mengejutkan atau mengakibatkan trauma psikologis sehingga dapat menimbulkan terjadinya stres dan terjadi perubahan dalam kepribadian seseorang dari pengalaman yang dialaminya. 5 Faktor-faktor penyebab stres dalam pekerjaan sangatlah banyak. Pada polisi, stresor yang dapat mempengaruhi stres mereka dapat dikarenakan oleh banyak faktor, baik karena faktor kondisi pekerjaan ataupun faktor organisasi. Indri, 2010. Diantara stresor-stresor yang ada, beban kerja adalah salah satu faktor yang merupakan stresor stres kerja pada polisi lalu lintas. Beban kerja merupakan salah satu yang mengakibatkan stres pada polisi. Kompleksitas tugas polisi menyebabkan hampir tidak ada waktu santai karena kasus datang susul menyusul dan polisi harus melayani masyarakat yang jumlahnya pasti lebih besar dari jumlah anggota polisi itu sendiri. Hal itu juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu polisi lalu lintas di wilayah Jakarta Timur yang bekerja di bagian Reksa. Ia mengatakan bahwa ia dan teman sekerjanya merasakan stres saat bekerja. Hal yang paling membuatnya stres adalah saat ia harus mencari dan menetapkan pelaku dari suatu kejadian, banyaknya kasus yang harus ditangani dan kekurangan anggaran dalam melakukan tugas di lapangan. Sehubungan dengan beban kerja yang diembannya, ia juga mengatakan diperkirakan pada tahun 2010-2011 terdapat 38-40 kasus tabrak lari oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Banyak kasus yang harus ditangani rata-rata setiap harinya adalah 6 buah kasus. Kepala bidang penerangan umum Polri tahun 2005, Komisaris besar Zainuri Lubis menyatakan bahwa para petugas polisi khususnya yang bertugas di 6 lapangan diduga mempunyai pekerjaan yang mempunyai derajat stres yang lebih tinggi Daryanto, 2005. Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti terhadap kepala polisi lalu lintas bagian Laka di wilayah Jakarta Timur yaitu AKP Purwito diketahui bahwa terdapat stres pada polisi, terutama pada polisi yang bekerja di lapangan dibandingkan polisi yang bekerja dikantor. Hal-hal yang menjadi penyebab stres pada polisi yang bekerja dibagian Laka adalah beban tugas yang berat, sulitnya mencari pelaku dari suatu kejadian, dan sulitnya mengatur lalu lintas terutama saat banjir Komunikasi Personal, 7 Juni 2011. Hal lain yang dapat menjadi sumber stres pada polisi adalah konflik peran. Dimana konflik peran ini mengenai harapan-harapan dari seseorang untuk aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan peran yang mereka jalankan. Harapan yang diinginkan akan mengakibatkan tekanan pada pemegang peranan untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik antara satu dengan yang lain. Hal ini dapat mengarah pada konflik peran, dimana pelaksanaan kegiatan atau kerja dengan satu tekanan dapat menyulitkan hal yang lain dengan tekanan yang menyertainya. Pinto Jayanegara melakukan wawancara dengan salah satu perwira tinggi Polri tanggal 7 Mei 2007, ia mengatakan bahwa penyebab stres yang dialami anggota polisi di Indonesia salah satunya yang berhubungan dengan konflik peran ini adalah keharusan melaksanakan perintah atasan yang seringkali tidak mudah untuk dilaksanakan karena bertentangan antara dia sebagai polisi dan dia sebagai 7 manusia. Hal itu juga diutarakan oleh pensiunan jenderal polisi yaitu pada tingkat jabatan yang lebih tinggi misalnya kolonel, diduga terdapat konflik peran dan batin. Ketika masih menjalani profesi sebagai polisi, ia sendiri mengalami pertentangan antara tuntutan tugas dengan hati nuraninya Komunikasi personal, 10 Juni 2011. Berhubungan dengan konflik peran yang dikaitkan dengan keluarga, AKP Purwito mengatakan bahwa dalam hubungan dengan masalah keluarga, dikatakan tidak begitu menjadi hal yang menimbulkan stres pada polisi Komunikasi Personal, 14 Juni 2011. Demikian pula halnya dengan konflik peran, pengembangan karir dan iklim organisasi juga merupakan pembangkit stres potensial. Dalam hal ini pengembangan karir mencakup ketidakpastian pekerjaan, promosi berlebih dan promosi yang kurang. Kepuasan dan ketidakpastian kerja berkaitan dengan penilaian dari struktur dan iklim organisasi. Faktor stres yang ditemui terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlibat atau berperan serta dalam organisasi. Studi empiris mengenai stres polisi menemukan bahwa sepanjang 13 tahun pertama pengabdian, stres meningkat sebab petugas baru tak percaya pada kemampuan mereka sendiri, harus melaksanakan sejumlah pekerjaan administrasi besar, dan merasa suatu gap antara pelatihan akademi formal dan keterampilan yang nyata diperlukan untuk menjadi efektif di jalanan. Stres berkurang ketika petugas menjadi lebih nyaman dengan tuntutan pekerjaan mereka dan promosi keuntungan dan ranking di departemen itu. Violanti, 1983, dalam Yusuf, 2009. 8 Namun, berhadapan dengan suatu stresor tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis. Faktor kunci dari stres adalah persepsi seseorang dan penilaian terhadap situasi dan kemampuannya untuk menghadapi atau mengambil manfaat dari situasi yang dihadapi Diana, 1991, dalam Widyasari, 2011. Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh individu mempersepsi suatu peristiwa. Penilaian kognitif individu dalam stres di tentukan oleh individunya sendiri, sejauhmana ia melihat situasinya sebagai penuh stres. Sehubungan dengan ini, ciri individu salah satunya tipe kepribadian dapat berpengaruh dalam menimbulkan stres. Pada penelitian ini tipe kepribadian yang peneliti pilih untuk di analisis adalah tipe kepribadian Big Five. Hal lain yang dapat mempengaruhi stres kerja pada polisi yaitu adalah umur dan masa kerja. Nurcahyo membenarkan bahwa umur memiliki pengaruh dalam stres, karena dari umur tersebut berhubungan dengan kematangan seseorang secara psikologis maupun fisik. Sedangkan masa kerja pada polisi dihubungkan dengan adaptasi dengan pekerjaan dan kenaikan jabatan karir dalam pekerjaannya.Selain itu, pada polisi lalu lintas hal yang dimungkinkan menjadi stresor bagi pekerja adalah perbedaan penempatan kerja di bagian lalu lintas, karena dari komunikasi personal yang didapat oleh peneliti, terdapat sub divisi dalam DitLantas, beberapa diantaranya yaitu Bin Operasional, Pamwal Pengamanan dan Pengawalan, PJR Patroli Jalan Raya dan Gatur Penjagaan dan Pengaturan. Masing-masing dari subdivisi tersebut memiliki perbedaan baik dari tempat mereka bertugas maupun jam kerja mereka. 9 Kemungkinan besar beban dan tuntutan tugas serta tuntutan di luar tugas melebihi kemampuan yang dimiliki para anggota, kondisi ini akan memberikan dampak pada munculnya stres kerja yang berkepanjangan. Stres yang berkepanjangan ini dapat mengubah perilaku anggota menjadi perilaku yang tidak diterima di lingkungan tugas maupun di luar lingkungan tugas. Hubungan antar sesama anggota menjadi kurang harmonis, penuh kecurigaan yang dapat menimbulkan kemarahan serta perilaku agresi, seperti yang telah ditunjukkan oleh beberapa anggota Polri Sumantri, 2011. Dampak stres pada polisi dijelaskan oleh Morash dan Haar Morash, Haar Kwak, 2006 dimana petugas polisi yang mengalami tingkat stres kerja yang tinggi mengalami masalah psikologis dan fisik yang tinggi. Pada umumnya, mereka mengalami kesehatan yang buruk, sering absen dari pekerjaan, mengalami burnout, dan tidak puas terhadap pekerjaan mereka, dan karena lemahnya komitmen organisasi yang dimiliki maka mungkin petugas polisi tidak seutuhnya melibatkan diri dalam pekerjaan atau mereka mungkin akan berhenti dari pekerjaannya lebih awal. Sedangkan Arnold 1986, dalam Adypato, 2011 menyebutkan bahwa ada empat konsekuensi yang dapat terjadi akibat stres kerja yang dialami oleh individu, yaitu terganggunya kesehatan fisik, kesehatan psikologis, performa, serta mempengaruhi individu dalam pengambilan keputusan. Oleh karena itu, berdasarkan berbagai penelitian tentang stres pada polisi pada umumnya dan khususnya stres pada polisi lalu lintas di Indonesia yang 10 dikemukakan di atas, peneliti melihat bahwa penting dilakukan penelitian untuk mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi stres kerja pada polisi lalu lintas dan juga melihat faktor mana yang paling berpengaruh besar terhadap stres kerja pada polisi lalu lintas. Karena itu peneliti melakukan penelitian “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja pada Polisi Lalu Lintas.”

1.2. Perumusan Masalah