7
BAB II KAJIAN TEORITIK
A. Tinjauan Tentang Pondok Pesantren
1.
Pengertian Pondok Pesantren
Pondok pesantren merupakan dua istilah yang menunjukkan satu pengertian. Pesantren menurut pengertian dasarnya adalah tempat belajar
para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok mungkin berasal dari
Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel. Di Jawa termasuk Sunda dan Madura umumnya digunakan istilah pondok dan pesantren,
sedang di Aceh dikenal dengan Istilah dayah atau rangkang atau meunasah, sedangkan di Minangkabau disebut surau.
1
Sedangkan istilah pesantren secara etimologis berarti pe-santrian yang berarti tempat santri, Pondok pesantren adalah suatu lembaga keagamaan
yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam. Pesantren berarti tempat para santri.
2
Poerwadarminta mengartikan pesantren sebagai asrama dan tempat murid- murid belajar mengaji.
3
Louis Malûf mendefinisikan kata pondok sebagai khôn yaitu setiap tempat singgah besar yang disediakan untuk menginap
para turis dan orang-orang yang berekreasi.
4
Pondok juga bermakna rumah sementara waktu seperti yang didirikan di ladang, di hutan dan sebagainya.
5
1
Nurcholis Madjid, Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997, hal.5
2
Zamakhsyari Dhafier, Tradisi Pesantren, Jakarta: LP3ES, 1982 , h. 18.
3
WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1982, h. 764.
4
Louis Malûf, Kamus Munjid, Beirut: Dâr al-Mishria , 1986, h. 597.
5
Muzayin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Umum dan Agama, Semarang: Toha Putra, h. 104.
8
Imam Zarkasyi mendefinisikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan agama islam yang wajib mengunakan system asrama atau
pondok, dimana kyai sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatan yang menjiwainya karena semua kegiatan tersentral didalamnya,
serta pengajaran agama islam yang diikuti santri sebagai kegiatan utamanya.
6
Menurut Manfred Ziemek, biasanya pesantren didirikan oleh para pemrakarsa kelompok belajar, yang mengadakan perhitungan dan
memperkirakan kemungkinan kehidupan bersama bagi para santri dan ustad. Maka berdirilah sebuah pondok, tempat untuk hidup bersama bagi
masyarakat belajar. Dengan kata pondok orang membayangkan gubuk atau saung bambu, suatu lambang yang baik tentang kesederhanaan
sebagai dasar perkiraan kelompok. Di sini guru dan murid tiap hari bertemu dan berkumpul dalam waktu yang lama bersama-sama menempuh
kehidupan di pondok.
7
Lebih lanjut Ziemek menilai pesantren sebagai lembaga wiraswasta dalam sektor pendidikan keagamaan, karena ciri-
cirinya yang dipengaruhi dan ditentukan oleh pribadi para pendiri dan pimpinanannya dan cenderung mengikuti suatu pola tertentu.
8
2. Model-Model Pondok Pesantren
Dalam bukunya Pesantren Dalam Perubahan Sosial, Manfred Ziemek merinci model-model pondok pesantren menjadi lima jenis A, B,
C, D, dan E. Model A adalah model paling sederhana, di mana masjid digunakan sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai tempat pengajaran
agama. Model ini khas dengan kaum sufi pesantren tarekat dengan pengajaran-pengajaran yang teratur di dalam masjid dengan pengajaran
pribadi oleh anggota kaum, tetapi kaum santri tidak tinggal dalam pesantren. Jenis ini adalah tingkat awal dalam mendirikan sebuah
6
Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor Pembaharuan Pendidikan Pesantren, Jakarta : Raja Grafindo Persada,2005, Cet.ke 25, h.4
7
Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986, h. 18.
8
Manfred Ziemek, Op.Cit, h.97.