Karakteristik Makroskopis dan Mikroskopis Kapang Endofit

Isolat Karakteristik Makroskopis Depan Makroskopis sebaliknya Mikroskopis p: 1000x Verifikasi M35 Permukaan koloni tidak rata dan kasar. Miselium seperti beludru, tepi bergelombang tidak merata. Warna depan koloni hitam, sebaliknya hitam. Ket: a: konidiofor b: konidia Guinardia mangifera M49 Permukaan koloni tidak rata. Ada cairan eksudat yang dikeluarkan ke medium berwarna coklat muda. Tepi koloni berserabut, warna depan coklat muda, sebaliknya coklat tua. Ket: a: konidiofor b: konidia Gliocladiopsis sp. M51 Permukaan koloni kasar dan rata, tepi koloni bergelombang. Ada garis radial konsentris berwarna hitam. Warna depan koloni putih abu- abu dan warna sebaliknya oren. Ket: a: makrokonidia b: mikrokonidia Penicillium citrinum M63 Permukaan koloni tidak rata, miselium tumbuh lebih tebal di bagian tengah. Tepi koloni tidak rata. Warna depan koloni putih dan warna sebaliknya putih,kekuningan. Ket: a: konidia b: konidiofor Pestalotiopsis sp. M66 Permukaan koloni rata dengan warna kuning. Bagian pinggir ada lingkaran, tepi koloni rata dan warna depan kuning sebaliknya coklat. Ket: a: mikrokonidia b: makrokonidia Fusarium equiseti b a b a b a b b a b a a b Isolat Karakteristik Makroskopis Depan Makroskopis sebaliknya Mikroskopis p: 1000x Verifikasi M83 Permukaan koloni seperti tepung dan menggunung. Tepi koloni bergelombang tidak merata. Warna depan koloni coklat muda dan warna sebaliknya coklat tua. Ket: a: konidiofor b: konidia Leptosphaerulina sp. M93 Permukaan koloni menggunung, miselium seperti beludru. Tepi koloni bergelombang, terdapat garis radial. Warna depan kecoklatan, sebaliknya coklat tua. Ket: a: makrokonidia b: mikrokonidia Fusarium solani M97 Permukaan koloni rata seperti kapas, tepi koloni berserabut, terdapat garis radial konsentris berwarna coklat muda. Warna depan koloni merah muda, warna sebaliknya kuning kecoklatan. Ket: a: makrokonidia b: mikrokonidia Fusarium solani M98 Permukaan koloni tidak rata, sepert tepung, yang mengandung spora. Tepi koloni berserabut dan tidak rata. Warna depan koloni hijau tua dan warna sebaliknya merah muda. Ket: a: konidia b: konidiofor Trichoderma hamatum a b a b a b a b

4.2 Aktivitas Antibakteri Kapang Endofit Terhadap Bakteri Uji

Aktivitas antibakteri dapat diketahui dengan melihat ada atau tidaknya daerah hambatan zona hambat pada pertumbuhan bakteri di media padat. Semakin besar zona hambat maka semakin besar aktivitas antibakteri yang ada Pratiwi, 2008. Adapun rata-rata diameter zona hambatan dari uji aktivitas antibakteri tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini. Kapang endofit kina seluruhnya positif menghambat pertumbuhan bakteri uji. Daya hambat ekstrak kapang menggunakan etil asetat terhadap bakteri uji ditampilkan pada gambar 6. Hasil zona hambat ekstrak etil asetat terhadap bakteri S.aureus cukup besar dihasilkan oleh kapang M16 F. oxysporum, M19 Aspergillus sp., M35 G. mangifera, M49 Gliocladiopsis sp., M51 P. citrinum. Etil asetat dan akuades steril yang digunakan sebagai kontrol negatif tidak menghasilkan zona hambat karena keduanya terbukti tidak memiliki kemampuan Gambar 6. Grafik Zona Hambat Bakteri Hasil Ekstraksi Etil Asetat dalam menghambat pertumbuhan bakteri Jauhari, 2010. Kontrol positif kuinin sulfat dan antibiotik kloramfenikol digunakan untuk membandingkan zona hambat yang dihasilkan oleh ekstrak kapang. Ekstrak kapang M16 F. oxysporum, M19 Aspergillus sp., M35 G. mangifera, M49 Gliocladiopsis sp., M51 P. citrinum menghasilkan zona hambat yang lebih besar dari kontrol kuinin sulfat terhadap bakteri S.aureus masing-masing sebesar 11,26 mm, 10,20 mm, 8,83 mm, 10,80 mm, 7,40 mm Gambar 6. Hal ini karena kapang endofit menghasilkan senyawa kuinin sulfat yang lebih besar jumlahnya dibandingkan dengan kontrol atau kapang endofit menghasilkan senyawa lain yang berperan sebagai antibakteri. Mikroorganisme endofit dapat menghasilkan senyawa bioaktif selain senyawa yang terkandung di dalam tanaman inangnya Pratiwi, 2008. Zona hambat ekstrak kapang endofit menggunakan etil asetat seluruhnya lebih kecil daripada zona hambat antibiotik kloramfenikol, jadi ekstrak kapang endofit tidak ada yang memiliki potensi sebesar antibiotik kloramfenikol dalam menghambat bakteri uji. Zona hambat kapang endofit terhadap bakteri E. coli seluruhnya lebih kecil dari zona hambat yang dihasilkan oleh kuinin sulfat Gambar 6. Analisis data menunjukkan zona hambat kapang endofit ekstrak etil asetat terhadap bakteri S. aureus dan E. coli diperoleh nilai F tabel F hitung dan nilai P 0,05 seperti yang telah dilampirkan Lampiran 9. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil tersebut adalah H ditolak dan H 1 diterima. Hal ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada diameter zona hambat antar isolat ekstrak etil asetat. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS ANOVA satu arah One way pada uji Duncan, kapang endofit M16 F. oxysporum memiliki zona hambat terhadap bakteri S. aureus paling besar Lampiran 9. Kapang M16 F. oxysporum menghasilkan zona hambat terhadap S. aureus sebesar 11,2 mm. Kapang endofit M23 Diaporthe sp. memiliki zona hambat terbesar terhadap bakteri E. coli sebesar 6,3 mm. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa kapang endofit lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus daripada E. coli Gambar 6. Kapang endofit tanaman kina Colletotrichum sp. dan Phomopsis sp. yang diekstrak menggunakan etil asetat menghasilkan zona hambat lebih besar terhadap bakteri S. aureus daripada bakteri E. coli Mutiea, 2010; Pamungkas, 2010. Gambar 7. Grafik Zona Hambat Bakteri Hasil Ekstraksi Kloroform Kapang endofit seluruhnya positif menghambat pertumbuhan bakteri uji. Daya hambat ekstrak kapang menggunakan kloroform ditampilkan pada gambar