Algoritma Genetika untuk Penjadwalan Flowshop

1. Pertukaran tiga gen job secara acak Tiga gen dipilih secara acak, dan dipertukarkan lokasinya di antara ketiga gen secara acak. 2. Pertukaran dua gen job secara acak Dua gen dipilih secara acak, kemudian lokasinya dipertukarkan 3. Pertukaran Shift Shift Mutation Suatu gen yang berada pada posisi yang dipilih secara acak diambil dan kemudian dimasukkan di insert pada posisi lain secara acak juga. Gen dan Cheng 1997 menyatakan terdapat tiga kelebihan utama algoritma genetika ketika menerapkan algoritma genetika untuk mencari optimasi suatu masalah yaitu: 1 algoritma genetika tidak menggunakan banyak persamaan matematik untuk mengoptimalkan solusi suatu masalah, 2 ergodicity dari operator genetika membuat algoritma genetika sangat efektif untuk melakukan pencarian global sehingga solusi yang dihasilkan bukan solusi yang bersifat lokal, dan 3 algoritma genetika memberikan fleksibilitas yang lebih besar untuk digabungkan dengan metode heuristik lain guna menghasilkan tahapan implementasi yang lebih efisien untuk suatu masalah tertentu. Penelitian penjadwalan untuk lantai produksi flowshop dengan menggunakan algoritma genetika telah banyak dilakukan. Namun tidak banyak yang khusus meneliti mengenai penjadwalan pada lantai produksi dengan tipe hybrid flowshop atau flexible flowshop dengan menggunakan algoritma genetika. Jin et al 2002 meneliti kasus penjadwalan hybrid flowshop yang terdiri dari tiga stages dimana setiap stages terdiri dari mesin-mesin yang bersifat paralel. Penelitian ini menggunakan kriteria makespan, dan membuat banyak eksperimen yang merubah-rubah jumlah mesin pada setiap stages dengan tujuan memperoleh penjadwalan dapat meminimasi bottleneck disamping meminimasi makespan. Penjadwalan yang diselesaikan dengan algoritma genetika ini membuktikan bahwa algoritma genetika dapat menyelesaian kasus yang cukup kompleks seperti pada penelitian ini. Lantai produksi yang diteliti berbentuk hybrid flowshop, namun tidak ada fleksibilitas dalam melalui urutan produksi. Penelitian penjadwalan hybrid flowshop lainnya dilakukan oleh Ruiz dan Maroto 2006 yang menyatakan bahwa kasus penjadwalan flowshop yang terdiri dari dua stages sudah merupakan kasus yang sulit untuk diselesaikan secara manual. Penelitian Ruiz dan Maroto difokuskan pada penjadwalan pekerjaan pada lantai produksi hybrid flowshop dengan multiple processor dan waktu set up yang tergantung pada urutan job sequence dependents set up timeSDST. Penelitian yang dilakukan pada pabrik keramik ini diselesaikan menggunakan algoritma genetika dengan kriteria meminimasi makespan. Kompleksitas kasus ini semakin bertambah dengan karakteristik mesin-mesin yang tidak paralel pada setiap stages, dan adanya kendala peruntukan mesin untuk setiap job machine eligibility constraint . Penelitian ini menunjukkan bahwa algoritma genetika dapat memecahkan masalah penjadwalan yang kompleks ini dengan baik. Di sisi lain kekurangan dari riset ini adalah adanya keharusan setiap job untuk melewati setiap stages, sehingga penjadwalan ini bukan termasuk kasus fleksible flowshop.

2.10 Sistem Perhitungan Biaya dan Harga Pesanan

Harga produk merupakan salah satu informasi penting yang diperlukan oleh produsen maupun konsumen dalam proses penawaran dan pemasaran suatu produk. Tanpa adanya sistem kalkulasi harga yang tepat, baik pihak produsen ataupun konsumen bisa menderita kerugian dalam membuat suatu penjanjian jual beli produk. Sebelum menetapkan harga jual suatu produk, perlu dihitung terlebih dahulu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau mengadakan produk tersebut. Dalam menghitung biaya suatu produk, perlu diketahui komponen-komponen atau kelompok biaya apa saja yang perlu diperhitungkan. Tunggal 2011 menyatakan bahwa klasifikasi biaya yang paling umum digunakan didasarkan atas hubungan biaya terhadap : 1 produk satu lot, batch, atau unit barang atau jasa, 2 volume produksi, 3 departemen, proses, pusat biaya, atau sub-divisi manufaktur lain, 4 periode akuntansi, dan 5 keputusan, tindakan atau evaluasi yang diusulkan. Menurut Horngren, Datar dan Foster 2006, klasifikasi biaya yang biasa digunakan dalam menggambarkan biaya manufaktur adalah: 1. Biaya bahan langsung direct material cost Biaya perolehan semua bahan yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari objek biaya. Biaya perolehan bahan langsung mencakup beban angkut, pajak penjualan serta bea masuk. 2. Biaya tenaga kerja manufaktur langsung direct manufacturing labor cost Mencakup kompensasi atas seluruh tenaga kerja manufaktur yang dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. 3. Biaya manufaktur tidak langsung indirect manufacturing cost Seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya, namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya dengan cara yang ekonomis. Biaya ini juga disebut sebagai biaya overhead manufaktur manufacturing overhead cost atau biaya overhead pabrik factory overhead cost. Selanjutnya Tunggal 2011 menyatakan bahwa dalam usaha manufaktur, total biaya operasi terdiri atas biaya manufaktur dan biaya komersial dengan rumusan perhitungan biaya sebagai berikut: .................... 9 ......................... 10 ...... 11 ............... 12 Terdapat beberapa cara atau pendekatan untuk menghitungmengkalkulasi biaya costing systems di dalam disiplin akuntansi biaya. Tunggal 2011 mengklasifikasikan pendekatan untuk perhitungan biaya berdasarkan dua sudut pandang, yaitu pengklasifikasian biaya dilihat dari sudut pandang proses produksi, dan dari sudut pandang penyerapan absorbtion biaya. Dari sudut pandang atau penekanan terhadap proses produksi, sistem kalkulasi biaya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu : Job-order Costing dan Process Costing. Dari sudut pandang atau penekanan terhadap penyerapan biaya, sistem kalkulasi biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : absorbtion full costing, variable direct costing , dan activity-based costing ABC. Dari berbagai sistem atau metode kalkulasi biaya di atas, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas ABC merupakan pendekatan yang relatif baru. Menurut Mulyadi 1993, sistem ABC dirancang atas dasar landasan pikiran bahwa produk memerlukan aktivitas dan aktivitas mengkonsumsi sumber daya. Dengan perdekatan ABC biaya perlu dirinci lebih lanjut menurut perilaku biaya dalam hubungannya dengan berbagai tipe aktivitas. Lebih lanjut Mulyadi menguraikan bahwa biaya pada sistem ABC diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu : biaya pada level unit unit-level activity cost, biaya yang berkaitan dengan batch batch-level activity cost, biaya yang berkaitan dengan produk product sustaining activity cost dan biaya yang berkaitan dengan fasilitas facility sustaining activity cost . Tunggal 2011 menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan untuk melakukan estimasi biaya berdasarkan sistem ABC sebagai berikut : 1. Mendefinisikan proses, yaitu menelusuri flow dari input dan output melalui setiap langkah proses untuk setiap produk. 2. Menganalisis aktivitas dalam proses, dengan mengidentifikasi aktivitas dimana produk mengalir dan memisahkan aktivitas dari departemen asal mereka. 3. Membuat cost pools, yaitu dengan menyamakan cost pools dengan aktivitas sehingga setiap aktivitas mempunyai cost pool yang dapat diidentifikasi sendiri untuk pengalokasian. 4. Mengidentifikasi pemicu biaya cost drivers Menganalisis setiap aktivitas yang merupakan penyebab utama dari variabilitas. Pemicu biaya adalah faktor apapun yang menyebabkan timbulnya biaya dalam aktivitas yang dipilih. Beberapa pemicu biaya mudah ditelusuri, seperti jam kerja mesin yang dapat dipergunakan untuk menelusuri bahan baku langsung dari aktivitas mesin sampai produk. Sistem ABC tidak mengembangkan penelusuran bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung pada produk, tapi mengembangkan ketepatan pengalokasian biaya tidak langsung indirect costs, yang dapat ditelusuri secara langsung pada produk, tetapi tidak dapat ditelusuri pada aktivitas. Pemicu biaya memberikan hubungan timbal balik causal relationship antara total costs dari aktivitas dengan produk yang melewati aktivitas. Kirche, Kadipasaoglu dan Humawala 2005 membuktikan kelebihan penerapan sistem kalkulasi biaya ABC di dalam industri manufaktur yang berbasiskan MTO. Dalam laporan penelitiannya, Kirche, Kadipasoglu dan Humawala menyatakan bahwa dalam industri manufaktur dimana proporsi biaya manufaktur relatif kecil terhadap total biaya keseluruhan maka penerapan sistem kalkulasi biaya ABC akan lebih menguntungkan dibandingkan sistem kalkulasi biaya lainnya. Pada penelitian ini biaya yang berkaitan dengan pesanan order digunakan sebagai pengganti biaya aktivitas pada level produk yang terdapat pada teori ABC. 3 METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian ini berangkat dari kenyataan yang dihadapi oleh industri kemasan karton dewasa ini, yaitu proses produksi dilakukan berdasarkan pesanan make-to-order, sedangkan permintaan konsumen sangat bervariasi. Konsumen cenderung merubah spesifikasi, volume dan atribut lain dari produk yang dipesan setiap kali pemesanan. Di sisi lain terdapat kondisi persaingan yang semakin ketat pada industri kemasan karton, sehingga perusahaan harus berusaha meningkatkan kepuasan konsumen agar dapat memenangkan persaingan. Agar dapat meningkatkan kepuasan konsumen, perusahaan kemasan karton dituntut untuk mampu memenuhi permintaan sesuai spesifikasi yang diinginkan konsumen dalam jangka waktu yang telah disepakati. Dari sisi perusahaan sendiri, upaya untuk memenangkan persaingan dapat dicapai melalui produksi yang lebih efisien. Peningkatan efisiensi merupakan fokus pada banyak perusahaan kemasan karton saat ini. Perusahaan kemasan karton berusaha meningkatkan efisiensi melalui upaya menurunkan biaya dan memperpendek waktu persiapan pesanan sebelum diproses pada lantai produksi. Proses produksi kemasan karton merupakan proses produksi yang memerlukan waktu persiapan dan set up yang panjang dibandingkan waktu proses pada mesin-mesin produksinya sendiri. Beberapa tahap persiapan yang cukup memakan waktu pada perusahaan kemasan karton adalah tahap perancangan kemasan, pengaturan pola kemasan pada lembar karton yang tersedia layout, dan persiapan alat bantu tools dan dies. Dari sisi konsumen, peningkatan kepuasan pelanggan antara lain dapat dicapai melalui proses pemenuhan pesanan yang lebih cepat dengan memperpendek tahap-tahap persiapan produksi, dan memberikan informasi yang lebih akurat kepada pelanggan mengenai status pesanan mereka yang menyangkut desain, waktu penyelesaian pesanan dan harga. Berdasarkan studi literatur, pengamatan terhadap industri kemasan karton serta wawancara, diperoleh suatu kerangka pemikiran model proses pemerimaan pesanan pada industri kemasan karton seperti dapat dilihat pada Gambar 10. Waktu persiapan setup awal yg panjang Besarnya variasi pesanan menyebabkan tidak semua pesanan bisa diproduksi Konsumen memerlukan informasi yang cepat dan tepat mengenai waktu penyelesaian pesanan Konsumen memerlukan informasi yang akurat mengenai harga produk yang dipesan Model Desain dan Perhitungan Sheet Model Evaluasi Kemampuan Proses Produksi Model perhitungan waktu penyelesaianan pesanan Model kalkulasi harga pesanan Model yang mampu memperpendek waktu persiapan dan setup Model yang mampu menyeleksi dan mengevaluasi produk yang dipesan Model yang mampu menjadwalkan dan menghitung waktu proses produksi setiap pesanan secara cepat dan tepat Model yang mampu mengestimasi harga pesanan dengan akurat Permasalahan Tujuan yang ingin dicapai Model Solusi Gambar 10 Kerangka pemikiran penelitian 3.2 Tahapan Penelitian 3.2.1 Analisa Kebutuhan, Formulasi Permasalahan dan Identifikasi Sistem Penelitian dimulai dengan melakukan analisa kebutuhan, formulasi permasalahan dan identifikasi sistem pada industri kemasan karton. Hasil formulasi permasalahan dan identifikasi sistem dilanjutkan dengan penetapan ruang lingkup model dan batasan penelitian Gambar 11. Sistem yang dikaji pada penelitian ini adalah sistem yang berkaitan dengan proses penerimaan pesanan produk kemasan karton yang diajukan oleh konsumen terhadap suatu perusahaan kemasan karton. Proses pemesanan mencakup penerimaan input pesanan dari konsumen, pengolahan pesanan dan pemberian informasi mengenai status penerimaan pesanan kepada konsumen. Mulai Analisa Kebutuhan Formulasi permasalahan dan identifikasi sistem pada industri kemasan karton Penetapan ruang lingkup model dan batasan penelitian Model Desain dan Perhitungan Sheet Model Evaluasi Pesanan Model Kalkulasi Harga Verifikasi model Rancangan Implementasi model Selesai Rancang Bangun Model Proses Penerimaan Pesanan Survey lapang Studi Pustaka Validasi Model Wawancara pakar Gambar 11 Tahapan penelitian. Analisa kebutuhan dilakukan dengan cara survey lapang dan mewawancara para pakar yang terkait dengan bidang kemasan karton. Dari analisa kebutuhan diketahui keinginan-keinginan dan kebutuhan dari pihak yang terkait, dalam hal ini pihak perusahaan kemasan karton dan pihak konsumen.