5.4 Analisis Korelasi antara Aspek-Aspek Kepuasan Tenaga Kerja Bagian Produksi
Hubungan antara aspek-aspek tingkat kepuasan kerja yang mencakup kondisi kerja, kompensasi, peraturan perusahaan, hubungan sesama rekan kerja
dan hubungan dengan atasan dianalisis dengan menggunakan Rank Spearman. Menurut Sarwono 2006, korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui
ada dan tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal non-parametrik. Korelasi dapat menghasilkan
angka positif + dan negatif -. Jika korelasi menghasilkan angka positif maka hubungan kedua variabel bersifat searah. Searah mempunyai makna jika variabel
bebas besar maka variabel tergantungnya juga besar. Jika korelasi menghasilkan angka negatif maka hubungan kedua variabel bersifat tidak searah. Tidak searah
mempunyai makna jika variabel bebas besar maka variabel tergantungnya menjadi kecil. Angka korelasi berkisar antara 0-1, dengan ketentuan jika angka mendekati
satu maka hubungan kedua variabel semakin kuat dan jika angka korelasi mendekati 0 maka hubungan kedua variabel semakin lemah.
Hasil uji statistik yaitu uji t menghasilkan ada tidaknya hubungan antara kedua aspek yang diteliti, dan kemudian diperbandingkan dengan nilai α dan
diukur pada tingkat signifikasi yaitu pada tingkat nyata α = 0.05 dan dimana α merupakan nilai batas maksimal kesalahan menolak Ho.
Patokan pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas P, yaitu: •
Jika probabilitas 0.05, hubungan kedua variabel signifikan atau Ho diterima
• Jika probabilitas 0.05, maka hubungan kedua variabel tidak signifikan
atau Ho ditolak. Menurut Priyanto 2008, pengujian menggunakan uji dua sisi dengan
tingkat signifikasi α = 5 uji dilakukan dua sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika 1 sisi diggunakan untuk mengetahui
hubungan lebih kecil atau lebih besar.
Tabel 11 Hasil analisis korelasi Rank Spearman antara aspek-aspek kepuasan kerja IUPHHK-HA PT. Ratah Timber bagian produksi, 2009
Aspek-aspek Uji Korelasi
Kondisi Kerja Kompensasi
Peraturan Perusahaan
Hubungan Sesama Tenaga Kerja
Hubungan dengan Atasan
Spearman’s rho Kondisi Kerja
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N 1.000
. 70
.468 .000
70 .236
.049 70
.157 .193
70 .173
.152 70
Kompensasi Correlation Coefficient
Sig. 2-tailed N
.468 .000
70 1.000
. 70
.591 .000
70 .212
.078 70
.199 .099
70 Peraturan Perusahaan
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N .236
.049 70
.591 .000
70 1.000
. 70
.189 .117
70 .302
.011 70
Hubungan sesama Tenaga Kerja
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N .157
.193 70
.212 .078
70 .189
.117 70
1.000 .
70 .489
.000 70
Hubungan dengan Atasan
Correlation Coefficient Sig. 2-tailed
N .173
.152 70
.199 .099
70 .302
.011 70
.489 .000
70 1.000
. 70
Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed.
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa korelasi yang kuat antara aspek kompensasi dengan peraturan perusahaan. Terdapat korelasi yang agak lemah
pada aspek kondisi kerja dengan kompensasi, peraturan perusahaan dengan hubungan dengan atasan, hubungan dengan sesama dengan hubungan dengan
atasan. Korelasi yang sangat lemah terdapat pada aspek kondisi kerja dengan
peraturan perusahaan, kondisi kerja dengan hubungan dengan sesama, kondisi kerja dengan hubungan atasan, kompensasi dengan hubungan sesama, kompensasi
dengan hubungan dengan atasan serta peraturan dengan hubungan dengan sesama. Seluruh koefisien korelasi pada aspek tingkat kepuasan kerja antara lain
pada kondisi kerja, kompensasi, peraturan perusahaan, hubungan sesama tenaga kerja dan hubungan dengan atasan memiliki angka positif yang menunjukkan
hubungannya searah, yang artinya semakin tinggi nilai aspek-aspek tersebut maka akan semakin baik pula aspek-aspek yang lainnya dan sebaliknya semakin rendah
nilai aspek-aspek tersebut maka akan semakin rendah pula nilai dari aspek-aspek yang lainnya.
Kompensasi memiliki korelasi yang kuat dengan peraturan perusahaan, hal ini dikarenakan dalam pemberian kompensasi pada tenaga kerja dipengaruhi oleh
kemampuan dan kesediaan perusahaan yang terdapat pada peraturan perusahaan. Pada peraturan perusahaan telah ditetapkan besarnya pemberian kompensasi pada
setiap tenaga kerja. Hubungan yang agak lemah antara aspek kondisi kerja dengan
kompensasi, hal ini dikarenakan pemberian kompensasi oleh IUPHHK-HA tidak begitu mempengaruhi kondisi kerja tenaga kerja. Memang pemberian kompensasi
perusahaan sangat bermanfaat tetapi dalam hal penyediaan fasilitas keselamatan kerja yang kurang tersedia di IUPHHK-HA, sementara hal ini sangat dibutuhkan
oleh tenaga kerja. Hubungan yang agak lemah antara peraturan perusahaan dengan hubungan dengan atasan karena bagaimanapun hubungan mereka dengan
atasan tidak akan merubah peraturan yang telah diterapkan oleh IUPHHK-HA. Peraturan perusahaan adalah peraturan secara tertulis oleh pengusaha yang
memuat syarat-syarat kerja dan tata tertib perusahaan. Hubungan yang agak lemah juga terdapat antara hubungan sesama rekan kerja dengan hubungan atasan,
berdasarkan wawancara walaupun sesama tenaga kerja memiliki hubungan yang baik satu sama lain, tetapi tidak begitu hubungan mereka terhadap atasan. Antara
tenaga kerja dengan atasan kurang memiliki hubungan yang baik atau hubungan yang biasa-biasa saja dikarenakan intensitas untuk bertemu sangat jarang.
Hubungan dengan atasan biasanya hanya sebatas pembicaraan mengenai perkembangan pekerjaan sejauh mana produktivitas yang bisa dihasilkan dalam
sehari kerja. Hubungan yang sangat lemah juga dapat dilihat dari aspek kondisi kerja
dengan peraturan perusahaan. Hal ini disebabkan pada peraturan perusahaan dinyatakan bahwa perusahaan menyediakan semua peralatan dan fasilitas
keselamatan kerja, namun saat dilihat di lapangan banyak tenaga kerja yang tidak memperoleh fasilitas keselamatan kerja dari perusahaan, mereka menyediakan
fasilitas keselamatan kerja dengan biaya sendiri. Hubungan antara aspek kondisi kerja terhadap hubungan dengan rekan kerja dan hubungan dengan atasan juga
memiliki hubungan yang sangat lemah karena walaupun hubungan yang kurang baik antara sesama mereka dan juga kurang baik dengan hubungan dengan atasan
tetapi mereka tetap ingin bekerja maksimal dalam pekerjaan mereka dan untuk mengejar produktivitas khususnya pada tenaga kerja borongan. Sama halnya
dengan kompensasi terhadap hubungan dengan sesama dan hubungan dengan atasan memiliki korelasi yang sangat lemah karena sebaik apapun hubungan
sesama rekan kerja baik di dalam maupun di luar lingkungan kerja serta dengan atasan tidak akan mempengaruhi kompensasi yang akan diberikan kepada tenaga
kerja tiap bulannya, karena kompensasi adalah sesuatu yang diterima tenaga kerja sebagai penggganti kontribusi jasa mereka kepada perusahaan dan diterima sesuai
kemampuan, produktivitas, tanggung jawab, pengetahuan atau kegiatan manajerial lainnya dan tidak ada hubungannya dengan baik atau tidaknya
hubungan mereka dengan rekan kerja ataupun dengan atasan. Korelasi sangat lemah juga ditemukan pada aspek peraturan perusahaan terhadap hubungan
dengan sesama rekan kerja, hal ini dikarenakan peraturan perusahaan merupakan peraturan secara tertulis mengenai tata tertib kerja yang telah dibuat oleh
IUPHHK-HA yang tidak dapat dipengaruhi oleh kuatnya hubungan sesama rekan kerja.
Tabel 12 Data hasil signifikansi dan nilai t Hitung uji t antara aspek-aspek kepuasan kerja
Aspek Kondisi kerja
Kompensasi Peraturan
Perusahaan Hubungan
Sesama Hubungan
dengan Atasan Sig
t Hitung
Sig t
Hitung Sig
t Hitung
Sig t
Hitung Sig
t Hitung
Kondisi kerja -
- 0.000
4.367 0.049
2.003 0.193
1.311 0.152
1.448 Kompensasi
0.000 4.367
- -
0.000 6.041
0.078 1.789
0.099 1.674
Peraturan Perusahaan
0.049 2.003
0.000 6.041
- -
0.117 1.587
0.011 2.612
Hubungan Sesama
0.193 1.311
0.078 1.789
0.117 1.587
- -
0.000 4.623
Hubungan dengan Atasan
0.152 1.448
0.099 1.674
0.011 2.612
0.000 4.623
- -
Ket: t
tabel
=1.995 Pada Tabel 12 dapat kita lihat berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai
probabilitas untuk uji t lebih kecil dari 0.05 adalah pada korelasi antara aspek kondisi kerja dengan kompensasi, kondisi kerja dengan peraturan perusahaan,
kompensasi dengan peraturan perusahaan, peraturan perusahaan dengan hubungan dengan atasan dan korelasi antara hubungan sesama rekan kerja dengan atasan.
Dan nilai t
hitung
pada korelasi tiap aspek-aspek tersebut lebih besar dari t tabel. Oleh karena nilai t
hitung
t
tabel
t
hitung
1.995 dan P
value
P 0.05 maka Ho ditolak, artinya bahwa ada hubungan secara signifikan antara tiap aspek-aspek
tersebut. Karena nilai t
hitung
nilainya positif, maka dapat disimpulkan bahwa antara tiap aspek-aspek tersebut berhubungan secara positif.
Selain itu, diperoleh pula nilai probabilitas untuk uji t lebih besar dari 0.05 adalah pada korelasi antara aspek kondisi kerja dengan hubungan sesama, kondisi
kerja dengan hubungan dengan atasan, kompensasi dengan hubungan sesama, kompensasi dengan atasan dan korelasi antara peraturan perusahaan dengan
hubungan sesama. Dan nilai t
hitung
pada korelasi tiap aspek-aspek tersebut lebih kecil dari t
tabel
. Oleh karena nilai t
hitung
t
tabel
t
hitung
1.995 dan P
value
P 0.05 maka Ho diterima, artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara tiap aspek-aspek tersebut.
5.5 Analisis Tingkat Kepuasan Tenaga Kerja Berdasarkan Karakteristik Responden