Gambaran Umum Kebijakan Anggaran Perhutanan Sosial

6.2. Gambaran Umum Kebijakan Anggaran Perhutanan Sosial

Komitmen politik pemerintah dan pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran perhutanan sosial relative sangat rendah. Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk mendukung penyelenggaraan perhutanan sosial oleh pemerintah pusat melalui kementerian LHK dan pemerintah daerah khususnya pada 12 provinsi tahun 2015-2016 hanya sebesar Rp246,56 miliar. Nilai tersebut diperoleh dari hasil penjumlahan anggaran Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan (Ditjen PSKL) – Kementerian LHK sebesar Rp240,9 miliar atau setara 98 persen, dan anggaran 12 Dinas Kehutanan provinsi sebesar Rp5,6 miliar atau sama dengan 2 persen. Adapun 12 daerah provinsi yang dimaksud yaitu Aceh, Sumbar, Riau, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Sulteng, Sulsel, Papua, dan Papua Barat.

Gambar 6.1. Rata-rata Jumlah Anggaran Perhutanan Sosial Secara Nasional Th. 2015-20 17

APBN, 240,971,401,667

APBD, 5,593,101,808

Sumber: Data APBN dan APBD 12 Provinsi, diolah

Di sisi lain rasio belanja urusan kehutanan di 12 Provinsi pada tahun 2015 dan 2016 masing-masing hanya sebesar 0,59% dan 0,68% terhadap total belanja daerah.

Sedangkan rerata rasio anggaran yang diorentasikan secara khusus untuk percepatan perhutanan sosial di tingkat pusat dalam tiga tahun hanya mencapai 0,01

persen dari total belanja negara. Hal itu dapat dilihat dari besaran alokasi anggaran yang dikelola oleh Ditjen

PSKL – Kementerian LHK dari tahun ke-tahun yaitu sebesar Rp283 miliar (2015), Rp242 miliar (2016), dan Rp194 miliar (2017). Tidak memadainya anggaran yang dialokasikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tersebut merupakan faktor penyebab utama atas lambatnya pencapaian target perhutanan sosial selama tiga tahun terakhir yang telah ditetapkan mencapai 7,62 juta hektar.

Tren pertumbuhan anggaran yang dialokasikan untuk membiayai kegiatan perhutanan sosial mengalami penurunan signifikan setiap tahun. Diukur dari rasionya, jumlah anggaran program perhutanan sosial di APBN selalu menurun dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Penurunan cukup tajam tersebut berkisar pada angka 14 persen – 32 persen setiap tahun. Menurunnya ratio anggaran perhutanan sosial berpengaruh siginifikan terhadap capaian kinerja program secara keseluruhan. Terlebih lagi, pengurangan jumlah anggaran tidak sertai pengurangan angka target areal kelola hutan yang ditetapkan. Fakta tersebut membutktikan bahwa pemerintah secara umum masih kurang fokus untuk mengurus perhutanan sosial sebagaimana tercermin pada inkonsistensi perencanaan dan penganggaran dengan arah kebijakan RPJMN, bahkan kerap berubah-ubah di tengah perjalanan.

Gambar 6.2. Ratio Pertumbuhan Anggaran Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Tahun

(20.00) n ar

li 100 (30.00) Perse

Ratio Pertumbuhan

Sumber: Data Perpres Rincian APBN dan LKj Ditjen PSKL 2015-2016

Distribusi anggaran program perhutanan sosial lebih banyak digunakan

untuk mendukung kegiatan manajemen kelembagaan. Dari lima kegiatan yang dikelola Ditjen PSKL setiap tahun, rata-rata alokasi anggaran paling besar adalah untuk mendanai kegiatan dukungan manajemen mencapai 39,8 persen per tahun. Kemudian disusul untuk kegiatan bina usaha perhutanan sosial dan hutan adat sebesar 32,4 persen, kegiatan penyiapan areal perhutanan sosial sebesar 17,9 persen, kegiatan penanganan konflik tenurial dan hutan adat sebesar 5,3 persen, dan kegiatan kemitraan lingkungan dan peran serta masyarakat sebesar 4,7 persen.

Gambar 6.3. Tren Proporsi Anggaran Program Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Yang Di Distribusikan per Kegiatan

TA. 2015-2017

Penyiapan Areal Perhutanan Sosial 14.6 13.4 25.6 Pengembangan Usaha Perhutanan Sosial…

64.3 9.9 23.0 Penanganan Konflik, Tenurial dan Hutan…

4.0 5.3 6.5 Kemitraan Lingkungan

2.5 5.6 5.9 Dukungan Manajemen

Sumber: Data Perpres Rincian APBN dan LKj Ditjen PSKL 2015-2016

Rata-rata tingkat serapan anggaran perhutanan sosial yang dikelola

oleh Kementerian LHK hanya mencapai 78 Persen. Penataan kelembagaan di lingkungan Ditjen PSKL hingga tahun 2016 pasca re-organisasi tahun 2015 belum berjalan optimal sehingga mempengaruhi pelaksanan program anggaran perhutanan yang masih dibawah target. Pada dua tahun anggaran yang lalu (2015-2016), kemampuan Ditjen PSKL dalam merealisasikan anggaran perhutanan sosial untuk lima pokok kegiatan rata-rata hanya 78 persen. Realisasi anggaran pada tahun 2015 sebesar Rp. 243,71 miliar atau sama dengan 86 persen dari pagu anggaran. Sedangkan realisasi anggaran pada tahun 2016 hanya sebesar Rp. 169,88 miliar atau sekitar 70 persen dari jumlah pagu sebesar Rp. 242,27 miliar. Namun bila menggunakan pagu 2016 setelah terjadinya penghematan anggaran sebesar Rp. 179,43 miliar, maka rasio realisasi kegiatan perhutanan sosial mencapai 95 persen.

Gambar 6.4. Pagu dan Realisasi Anggaran Ditjen PSKL

Tahun 2015-2016 283.26

Pagu Anggaran

Sumber: Data Perpres Rincian APBN dan LKj Ditjen PSKL 2015-2016, diolah