Kelembagaan KPH

5.1. Kelembagaan KPH

Berdasarkan PP No. 6 Tahun 2007 dan perubahannya pada PP No. 3 Tahun 2008, KPH mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:

(1) Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi (a) tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan; (b) pemanfaatan hutan; (c) penggunaan kawasan hutan; (d) rehabilitasi hutan dan reklamasi; dan (e) perlindungan hutan dan konservasi alam;

(2) Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan;

(3) Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan diwilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian;

(4) Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya;

(5) Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan.

KPH diberi kewenangan untuk menyusun rencana pengelolaan hutan jangka panjang dan rencana pengelolaan hutan jangka pendek. Rencana pengelolaan hutan disusun dengan mengacu pada (1) rencana kehutanan nasional, provinsi, maupun kabupaten/kota; dan (2) memperhatikan aspirasi, nilai budaya masyarakat setempat, serta kondisi lingkungan. Rencana pengelolaan hutan jangka panjang (RPHJP) memuat (1) tujuan yang akan dicapai KPH, (2) kondisi yang dihadapi; dan (3) strategi dan kelayakan pengembangan pengelolaan hutan. Sedangkan rencana pengelolaan hutan jangka pendek disusun berdasarkan RPHJP. Rencana pengelolaan hutan jangka pendek memuat (1) tujuan pengelolaan hutan lestari dalam skala KPH yang bersangkutan; (2) evaluasi hasil rencana jangka pendek sebelumnya; (3) target yang akan dicapai; (4) basis data dan informasi; (5) kegiatan yang akan dilaksanakan; (6) status neraca sumber daya hutan; (7) pemantauan evaluasi, dan pengendalian kegiatan; dan (8) partisipasi para pihak.

Ketentuan-ketentuan dalam PP No. 6 Tahun 2007 dan PP No. 3 Tahun 2008 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa peraturan menteri, antara lain Permenhut No. P.6 Tahun 2009 tentang pembentukan wilayah KPH, Permenhut No. P.6 Tahun 2010 tentang norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan hutan Ketentuan-ketentuan dalam PP No. 6 Tahun 2007 dan PP No. 3 Tahun 2008 tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa peraturan menteri, antara lain Permenhut No. P.6 Tahun 2009 tentang pembentukan wilayah KPH, Permenhut No. P.6 Tahun 2010 tentang norma, standar, prosedur dan kriteria pengelolaan hutan

Kebijakan pembangunan KPH sebagai organisasi pengelola hutan di tingkat tapak sudah mulai diimplementasikan, dan sebagian KPH sudah operasional. KPH yang wilayahnya berada di dalam satu wilayah administratif kabupaten berada di bawah dinas bidang kehutanan pemda kabupaten, sedangkan KPH yang wilayahnya berada di lebih dari satu wilayah administratif kabupaten berada di bawah dinas bidang kehutanan pemda provinsi. Sebagian KPH sudah menyusun RPHJP dan sudah disahkan oleh kementerian, sebagian lain belum.

Struktur organisasi KPH mengacu pada Permendagri No. 61 Tahun 2010 tentang pedoman organisasi dan tata kerja KPHL dan KPHP di daerah. Sebagian KPH berbentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah), sebagian lain berbentuk SKPD.

Struktur tata kelola pemerintahan di bidang kehutanan selama tiga tahun terakhir sedang dalam proses perubahan untuk menyesuaikan kepada amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dinas yang mengurusi bidang kehutanan (selain urusan TAHURA) di pemda kabupaten dihapus dan dialihkan kepada dinas bidang kehutanan di pemda provinsi. Kedudukan KPH pun pindah dari di bawah dinas bidang kehutanan di pemda kabupaten menjadi di bawah dinas bidang kehutanan di pemda provinsi.

Permendagri No. 12 Tahun 2017 tentang pedoman pembentukan dan klasifikasi Cabang Dinas (CD) dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) sebagai operasionalisasi Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 2016 memberikan batasan bahwa Cabang Dinas adalah bagian dari Perangkat Daerah penyelenggara urusan pemerintahan, salah satunya bidang kehutanan yang dibentuk sebagai unit kerja dinas dengan wilayah kerja tertentu. Klasifikasi cabang dinas yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan di luar kawasan hutan ditentukan salah satunya berdasarkan kriteria jumlah desa sekitar hutan, yaitu Cabang Dinas kelas A apabila jumlah desa sekitar hutan lebih dari 60 (enam puluh); dan Cabang Dinas kelas B apabila jumlah desa sekitar hutan kurang dari atau sama dengan 60 (enam puluh) desa.

UPTD adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas atau Badan Daerah. Tugas UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah melaksanakan kegiatan operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan hutan dalam wilayah kerja KPH yang telah ditetapkan. Fugsi KPH, antara lain pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian di wilayah KPH; pengembangan investasi, kerja UPTD adalah organisasi yang melaksanakan kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu pada Dinas atau Badan Daerah. Tugas UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) adalah melaksanakan kegiatan operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang pengelolaan hutan dalam wilayah kerja KPH yang telah ditetapkan. Fugsi KPH, antara lain pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian di wilayah KPH; pengembangan investasi, kerja

ditetapkan (atau sedang diusulkan) sebagai UPTD, misalnya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi Tenggara, Provinsi Papua Barat.

Gambar 5.1. Struktur Organisasi KPH

Struktur Organisasi KPH

KELAS

A KELAS B

Proses mutasi SDM dari unit kerja kehutanan di pemda kabupaten ke provinsi belum berlangsung dengan baik, sehingga SDM yang sudah pindah dari pemda kabupaten ke pemda provinsi belum menjalankan perannya sebagaimana yang dibutuhkan. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 2 Tahun 2016 mengatur bahwa pelaksanaan pengalihan Pegawai Negeri Sipil (PNS) daerah kabupaten/kota yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan selain yang melaksanakan Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) kabupaten/kota menjadi PNS daerah provinsi dan ditempatkan pada unit kerja yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan provinsi terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2016. PNS yang dimaksud adalah PNS yang menduduki jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan, fungsional Polisi Kehutanan, fungsional Pengendali Ekosistem Hutan; PNS yang telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan, dan Pengendali Ekosistem Hutan dan berada pada unit kerja yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan; dan PNS yang menduduki jabatan: Administrator, Pengawas, dan Pelaksana, yang melaksanakan Proses mutasi SDM dari unit kerja kehutanan di pemda kabupaten ke provinsi belum berlangsung dengan baik, sehingga SDM yang sudah pindah dari pemda kabupaten ke pemda provinsi belum menjalankan perannya sebagaimana yang dibutuhkan. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara No. 2 Tahun 2016 mengatur bahwa pelaksanaan pengalihan Pegawai Negeri Sipil (PNS) daerah kabupaten/kota yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan selain yang melaksanakan Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) kabupaten/kota menjadi PNS daerah provinsi dan ditempatkan pada unit kerja yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan provinsi terhitung mulai tanggal 1 Oktober 2016. PNS yang dimaksud adalah PNS yang menduduki jabatan fungsional Penyuluh Kehutanan, fungsional Polisi Kehutanan, fungsional Pengendali Ekosistem Hutan; PNS yang telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan fungsional Penyuluh Kehutanan, Polisi Kehutanan, dan Pengendali Ekosistem Hutan dan berada pada unit kerja yang melaksanakan urusan pemerintahan bidang kehutanan; dan PNS yang menduduki jabatan: Administrator, Pengawas, dan Pelaksana, yang melaksanakan

kehutanan.