Permasalahan Pokok

8.1. Permasalahan Pokok

Merujuk pada kerangka acuan ringkas mengenai penyusunan naskah akademik, permasalahan yang akan dibahas akan bermula dari pertanyaan apakah kerangka kebijakan dan kewenangan terkait perhutanan sosial belum sistematis? Permasalahan yang diangkat berangkat dari asumsi bahwa kerangka kebijakan dan kewenangan yang ada belum systematis, untuk mendorong percepatan implementasi perhutanan sosial.

Pembahasan pokok permasalahan

Berangkat dari permasalahan pokok yang disebut diatas, sebelum menyampaikan jawaban-jawaban atau pendapat-pendapat dari aspek hukum, perlu disampaikan beberapa pengertian mengenai peraturan perundang-undangan (wetgeving), peraturan kebijakan (beleidsregel) dan keputusan (beshickking), agar ada kesamaan pemahaman terlebih dahulu.

1. Peraturan perundang-undangan (wetgeving) adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan (Pasal 1 angka 2 UU 12 Tahun 2011).

2. Peraturan Kebijakan (Beleidsregel/policy rules) adalah produk dari perbuatan Tata Usaha Negara yang bertujuan untuk naar buiten gebracht

s chricftelijk beleid menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis namun tanpa disertai kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang menciptakan peraturan kebijakan tersebut (Hadjon, dkk, 2008). Ciri-ciri peraturan kebijakan adalah ia bukan peraturan perundang- undangan (wet), badan/lembaga yang menerbitkan bukan pembentuk peraturan, dan tidak mengikat secara hukum namun memiliki relevansi hukum. Bagir menyebut sejumlah ciri peraturan kebijakan, yaitu: 1) Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan; 2) Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang- undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan; 3) Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat peraturan kebijakan s chricftelijk beleid menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis namun tanpa disertai kewenangan pembuatan peraturan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang menciptakan peraturan kebijakan tersebut (Hadjon, dkk, 2008). Ciri-ciri peraturan kebijakan adalah ia bukan peraturan perundang- undangan (wet), badan/lembaga yang menerbitkan bukan pembentuk peraturan, dan tidak mengikat secara hukum namun memiliki relevansi hukum. Bagir menyebut sejumlah ciri peraturan kebijakan, yaitu: 1) Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan; 2) Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang- undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan; 3) Peraturan kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat peraturan kebijakan

perundang-undangan; 5) Pengujian terhadap peraturan kebijakan lebih diserahkan kepada doelmatigheid dan karena itu batu ujinya adalah asas-asas

umum pemerintahan yang baik/layak; 6) Dalam praktek diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan, yakni keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuman dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk peraturan

(Bagir Manan, 1987).

3. Keputusan (Tata Usaha Negara-TUN) adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata (Pasal 1 angka 9 UU

51 Tahun 2009). Pengertian ketiga istilah hukum diatas perlu disajikan mengingat tema

bahasan paper ini adalah kerangka kebijakan. Kebijakan yang dimaksud barangkali bersifat umum yang menyangkut baik peraturan perundang-undangan, peraturan kebijakan maupun keputusan (TUN). Oleh karena itu, dalam pembahasan dan diskusi atas paper ini tidak terjadi percampuran pengertian. Dalam hal ini, saya akan menggunakan istilah kerangka hukum dibandingkan kerangka kebijakan, agar rujukannya utamanya jelas kepada peraturan perundang-undangan, peraturan kebijakan ataupun keputusan. Selanjutnya, dalam kajian ini, nanti akan direkomendasikan bentuk hukum yang mana yang perlu perbaikan.