Untuk tahun yang lalu Alhamdulilah SHUnya melebihi kita targetkan itu

140 MR: Dalam pembagian jadwal piket diurus oleh siapa pak? DW: Pengurus sendiri mbak, karena mereka kan yang tahu dan bisa menyesuaikan jamnya sendiri. MR: Tangungjawab mereka sebagai pengurus dari masing-masing DW: Pengurus disini adalah siswa mbak, jadi pengurus itu belajar berorganisasi dan berwirausaha, masalah kewenangan lain dan sebagainya itu pembimbing, ketua unit produksi dan pembinanya saja, jadi pengurus itu hanya dituntut untuk belajar saja dikoperasi jadi kewenangannya cuma sekitar 25 saja Mbak. MR: Kendala yang dihadapi selama dalam menjalankan program kerja? DW: Kendala pasti selalu ada, pada pengecekan barang yang terkadang ada barang samapi kadaluarsa, pada tugas piket pengurus yang setiap harinya harus dikejar-kejar untuk piket, kesadaran siswa untuk belanja di koperasi juga masih sedikit, masih banyak siswa yang menggunakan layanan di luar. MR: Bagaimana dengan bantuan-bantuan yang diberikan pemerintah, apakah bantuan itu juga direalisasikan di dalam koperasi sekolah? DW: kita dapat bantuan dari dinas sebesar 2 juta, kita gunakan untuk membuka bisnis baru mbak, yang baru ngetrend dan peluang bisnisnya bagus itu yang direkom,endasikan oleh pembina koperasi dan ketua unit produksi adalah dengan di bukanya counter parfum. MR: Selama sebagai pembimbing masih adakah barang-barang yang tidak tercukupi, kemudian protes dengan ibu? DW: kita pernah mendapat protes dari kepala sekolah, saat itu kepala sekolah ingin membeli barang di koperasi tapi barang yang diinginkan tidak ada, hal ini dikarenakan kurangnya pengecekan dari pengurus terutama dibagian stock barang dan karyawan sendiri kadang-kadang ada barang habis tapi tidak tahu padahal karyawankan 100 yang ada di koperasi. MR: Menurut ibu secara personal bagaimana cara mengatasi hal tersebut? DW: Saya pribadi ya memberikan saran kalau bisa dibuat jadwal ada mungkin produk-produk yang laku keras itu diperkirakan berapa bulan harus belanja lagi, dulu pernah ada produk yang sudah kadaluarsa tapi masih dipajang, saya tidak ingin produk kadaluarsa masih diperjual belikan seharusnya karyawan dan pengurus itu mengecek semua barang. MR: Bagaimana dengan proses Simpanan wajib? DW: Simpanan wajib itu kita gabungan dengan SPP, SPP itu sudah tertera simpana wajib koperasi itu bisa diambil kalau sudah tidak menjadi anggota koperasi lagi, semisal keluar dari sekolah, dia berhenti, sudah lulus itu bisa diambil prosentasenya pun berbeda kadang ada anak yang membayarnya rutin ada yang tidak, besok bulan agustus lebaran ya mbak? Kita dapat paket lebaran, anak kita minta untuk belanja dulu kan setiap anak paket lebaran duapuluh ribu, dan kadang-kadang anak tidak mau belanja ya kita ambilkan dari simpanan wajib, jadi setiap anak nanti beda-beda dapatnya gak sama kalau yang rutin paket lebarannya membayar juga akan besar tapi kalau yang tidak ambil paket terus mereka ambil paket ya kita potong 141 simpanan wajibnya, biasanya dihabiskan untuk wisuda dan itu juga harus dapat persetujuan dari anak-anak. MR: Menurut ibu sebagai pembimbing koperasi apakah ada hambatan yang dialami pengurus selama bertugas di dalam koperasi? DW: Ada mbak hambatan itu, pengurus itu masih siswa terkadang mereka tidak enak hati dengan karyawan yang dianggap lebih tua dari mereka, jadi kalau mereka ingin menegur kan tidak mungkin mbak, itu juga bagian dari hambatan mereka mbak, karyawan yang memegang kunci koperasi, terkdang karyawan datang terlambat, sehingga pengurus atau anggota yang membutuhkan barang dikoperasi harus menunggu lama. MR: Baik ibu, saya rasa data yang saya butuhkan sudah cukup, terimakasih atas bantuan nya hehehe. DW: Iya, sama-sama