Alur Pikir Penelitian KAJIAN PUSTAKA

36 perlunya pembenahan dan penyempurnaan manajemen untuk meningkatkan mutu pendidikan, serta secara berkesinambungan memantau dan mengevaluasi proses manajemen kurikulum muatan lokal, agar tidak tertinggal dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Kedua sumber penelitian yang relevan di atas dapat digunakan oleh peneliti sebagai bahan pembanding dalam melakukan penelitian ini. Fokus kedua penelitian di atas pada dasarnya sama yaitu terkait kurikulum muatan lokal.Jadi kesamaan penelitian ini dengan kedua penelitian di atas sama-sama membahas terkait kurikulum muatan lokal. Sedangkan yang membedakan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah pada implementasi kurikulum muatan lokal batik di SD N Sendangsari Bantul

E. Alur Pikir Penelitian

Kebijakan penyelenggaraan kurikulum muatan lokal batik dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang didalamnya memberikan kewenangan daerah untuk menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan kekhasan baik sosial, budaya yang ada daerah tersebut. Peraturan tersebut tepatnya pada pasal 37 Ayat 1 kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal. Selanjutnya dengan undang-undang tersebut maka muncul Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa kurikulum muatan lokal dan pengembangan diri masuk dalam struktur kurikulum sekolah. 37 Sesuaiundang-undang dan peraturan menteri terkait kurikulum muatan lokal tersebut maka muncul peraturan Bupati Bantul Nomor 5A Tahun 2010 tentang batik sebagai muatan lokal wajib di Bantul untuk dilaksanakan seluruh sekolah yang ada di Bantul termasuk sekolah dasar. Kebijakan kurikulum muatan lokal batik tersebut dibuat agar peserta didik yang ada di kabupaten Bantul mengetahui dan mempelajari kekhasan budaya yang ada didaerahnya, salah satunya adalah seni batik yang ada di Bantul. Oleh karena itu agar kurikulum muatan lokal batik dapat dilaksanakan secara optimalmaka dibuatlah kurikulum muatan lokal batik tersendiri. Pada akhirnya nantinya para siswa akan lebih mengenal secara mendalam tentang seni batik. Sesuai kebijakan Bupati tersebut maka Dinas Pendidikan Bantul membuat rancangan kurikulum muatan lokal batik sebagi acuan dalam pelaksanaan di sekolah. Dengan telah dibuatnya kurikulum muatan lokal batik tersebut maka sekolah wajib memberikan pelajaran terkait batik. Dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal batik perlu adanya kerjasama antar stakeholder terutama disekolah seperti kepala sekolah, guru, dan peserta didik. Selain pentingnya kerjasama antara kepala sekolah, guru dan peserta didik. Dalam pelaksanaan kebijakan kurikulum muatan lokal juga harus didukung dengan adanya kurikulum muatan lokal batik dan sarana prasarana pembelajaran yang baik. Dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal batik yang ada di SD Negeri Sendangsari selama ini walaupun sudah terjalin kerjasama antara stakeholder yang ada di sekolah juga terdapat faktor yang mempengaruhi 38 dalam pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal batik terdapat faktor pendukung yang akan membantu dalam menacapai tujuan kurikulum muatan lokal batik. Namun disisi lain dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal batik juga terdapat faktor penghambat yang akan menghambat dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal batik. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi bahwa kurikulum muatan lokal dan pengembangan diri masuk dalam struktur kurikulum sekolah Surat Keputusan Bupati Bantul Nomor 5A 2010 tentang batik sebagai muatan lokal wajib di sekolah Kurikulum dan silabus Mulok Batik oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bantul Implementasi kurikulum batik di SD Negeri Sendangsari Bantul Kepala sekolah, Guru, Siswa Faktor penghambat Faktor pendukung Sarana prasarana Pembelajar an Kurikulum Muatan Lokal Batik Undang- Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 Ayat 1 kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat muatan lokal 39

F. Pertanyaan Penelitian