USD, gas nitrogen UHP dan teknis, sampel buah melon dari berbagai pasar, toko
buah dan swalayan di daerah Yogyakarta. E.
Alat Penelitian
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kromatografi gas HP, GC-5890 Series II dilengkapi dengan detektor ECD
63
Ni, Kolom SPE C
18
SPE C
18
0,4 g, neraca analitik Precisi 125 A. SCS Swiss Quality, ultrasonifikasi,Vortex, Sentrifugasi, hotplate, stopwatch, ultrasonifikasi, seperangkat
komputer dengan CBM-102 Shimadzu, perangkat lunak Shimadzu Lab solutions: GC Solution versi 2.30.00SU4, perangkat lunak Powerfit v.6.05, vakum,
mikropipet, glass fin, syringe, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan di laboratorium analisis.
F. Tata Cara Penelitian
1. Uji kesesuaian sistem GC-ECD
Penelitian ini merupakan analisis tingkat kelumit sehingga untuk mencapai akurasi dan presisi yang baik diperlukan suatu metode analisis dengan
sensitivitas yang cukup tinggi. Uji kesesuaian sistem dilakukan untuk memastikan bahwa Sistem yang akan digunakan untuk analisis sesuai dengan tujuannya.
Optimasi terhadap sistem GC-ECD di lakukan dalam uji kesesuaian sistem. Optimasi instrumen GC-ECD dilakukan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
dalam petunjuk operasional alat.
2. Preparasi sampel dengan metode QuEChERS
a. Pengecekan kadar air dalam buah melon. Buah melon dibelah menjadi 4
bagian, diambil salah satu bagian tersebut secara acak. Dipotong sekecil mungkin menggunakan pisau dan telenan yang sudah dicuci. Kemudian
diblender hingga halus. Ditimbang 5 gram buah melon yang telah dihomogenkan dengan blender, lalu dikeringkan dalam oven pada suhu
60°C. Replikasi sebanyak 3 kali. Hasil pengeringan ditimbang dan dihitung berat rata-ratanya sebagai kandungan air buah melon.
b. Penentuan waktu dan kecepatan sentrifugasi. Ditimbang dalam tabung
sentrifugasi, 5 gram buah melon yang telah dihomogenkan dengan blender. Kemudian ditambahkan campuran garam QuEChERS. Gojog
larutan selama 1 menit kemudian vortex selama 2 menit dan disentrifugasi selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit dalam 5000
rpm. Amati dan bandingkan jumlah supernatan yang terbentuk.
3. Pembuatan seri larutan baku Difenokonazol
a. Pembuatan larutan stok difenokonazol stok induk. Sejumlah lebih
kurang 52.6 mg baku difenokonazol ditimbang dengan seksama lalu dilarutkan ke dalam 1 mL toluen hingga didapat larutan stok induk 52,6
mgmL. b.
Pembuatan larutan stok difenokonazol stok A. Sebanyak 40 µL stok induk difenokonazol dilarutkan dalam 1000 µL toluen hingga didapat
konsentrasi sebesar 0.526 µgµ L yang kemudian disebut dengan stok A.
c. Pembuatan larutan intermediet. Sejumlah 10 µL stok A diambil dengan
Syringe add dalam 1000 µL heksan sehingga diperoleh larutan intermediet dengan konsentrasi 0.526 x 10
-2
µgµL. d.
Pembuatan larutan kurva baku solven. Diambil sebanyak 20µL ; 15µL ; 10µL; 7 µL ;5µ L ; 4 µL; 3µL ; 2µL; 1µL dari larutan intermediet stok
B kemudian ditambahkan 2 µL DCB add hingga 200 µL dengan pelarut heksan kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi gas sebanyak 2
µL. e.
Pembuatan larutan kurva baku adisi .Diambil sebanyak 20µL ; 15µL ; 13 µL ; 10µL; 5µL ; 3µL ; 2µL; 1µL dari larutan intermediet stok B
kemudian ditambahkan 2 µL DCB ke dalam flakon berisi ekstrak matriks yang telah kering add hingga 200 µL dengan pelarut heksan
kemudian diinjeksikan ke dalam kromatografi gas sebanyak 2 µL. f.
Pencucian flakon wadah sampel supernatan. Flakon dicuci menggunakan akuades kemudian aseton dilanjutkan dengan metanol
dan dikeringkan dalam oven. g.
Pencucian syringe. Syringe dicuci menggunakan aseton kemudian metanol dan dilanjutkan dengan 5 µL standar difenokonazol. Diulangi
hingga 3 kali.
4. Optimasi Clean-Up SPE C