Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti Stopwacth

lama suatu kegiatan itu harus berlangsung dan berapa out put yang dihasilkan serta berupa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Teknik pengukuran kerja ini dapat dibagi atau dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu pengukuran kerja secara tak langsung dan pengukuran kerja secara langsung, yaitu pengukurannya dilakukan secara langsung ditempat dimana pekerjaan yang diukur dijalankan, sedangkan pengukuran tidak langsung dilaksanakan tanpa si pengamat harus ditempat pekerjaan yang diukur. Wignjosoebroto Sritomo, 2003.

2.1.1. Pengukuran Waktu Kerja Dengan Jam Henti Stopwacth

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti diperkenalkan pertama kali oleh Frederick W. Tailor sekitar abad 19 yang lalu. Metode ini terutama sekali baik diaplikasikan untuk pekerjaan yang berlangsung secara berulang-ulang. Dari hasil pengukuran maka akan diperoleh waktu baku untuk menyelesaikan suatu siklus pekerjaan, yang mana waktu ini dipergunakan sebagai standart penyelesaian pekerjaan bagi semua pekerja yang sama seperti itu. Secara garis besar langkah- langkah untuk melakukan pengukuran dengan stopwatch adalah : 1. Definisikan pekerjan yang akan diteliti untuk diukur akan diberitaukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang akan dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada. 2. Mencatat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan, seperti layout planning, karakteristik spesifikasi mesin atau peralatan lain yang digunakan. 3. Membagi operasi kerja dalam setiap elemen-elemen kerja. 4. Mengamati, mengukur, dan mencatat waktu yang dibutuhkan operator untuk menyelesaikan elemen-elemen tersebut. 5. Menetapkan jumlah siklus yang diukur dan dicatat. Meneliti apakah jumlah siklus kerja yang akan dilaksanakan ini sudah memenuhi atau tidak. Menguji keseragaman data yang diambil. 6. Menetapkan performance rute dari operator saat melaksanakan aktifitas kerja yang diukur dan dicatat waktunya tersebut. 7. Menyesuaikan waktu pengamatan berdasarkan kriteria yang ditujukan operator, sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja yang normal. 8. Menyelesaikan Allowance waktu longgar untuk memberikan fleksibilitas. 9. Menetapkan waktu kerja baku, yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar. Wignjosoebroto Sritomo, 2003 Berdasarkan langkah-langkah diatas, terlihat bahwa pengukuran kerja dengan jam henti ini merupakan cara pengukuran yang paling obyektif karena waktu yang ditetapkan berdasarkan fakta yang terjadi dan tidak sekedar diestimasi secara subyektif. Disini juga berlaku asumsi-asumsi dasar sebagai berikut : a. Metode dan fasilitas untuk menyelesaikan pekerjaan harus sama dan dibakukan terlebih dahulu sebelum waktu ini diaplikasikan untuk pekerjaan serupa. b. Operator harus memahami benar prosedur dan metode pelaksanaan kerja sebelum dilakukan pengukuran kerja. Operator yang akan dianalisa waktu kerjanya harus memiliki tingkat kemampuan rata-rata. Kondisi lingkungan fisik pekerja juga relatif tidak jauh berbeda dengan kondisi fisik pada saat pengukuran kerja dilakukan. c. Performance mampu dikendalikan pada tingkat yang sesuai untuk seluruh periode kerja yang ada. Aktivitas pengukuran kerja dengan jam henti stopwatch dapat diaplikasika pada pekerjaan manufaktur maupun non-manufaktur asalkan kriteria- kriteria dibawah ini bisa terpenuhi : a. Pekerjaan tersebut harus dilaksanakan secara repetitive dan uniform. b. Isi pekerjaan itu harus homogen. c. Hasil kerja output harus dapat dihitung secara nyata kualitatif baik secara keseluruhan ataupun untuk tiap-tiap elemen kerja yang berlangsung. d. Pekerjaan tersebut cukup banyak dilaksanakan dan teratur sifatnya sehingga akan memadai untuk diukur dan dihitung waktu bakunya. Wignjosoebroto Sritomo, 2003

2.1.2. Cara Pengukuran dan Pencatatan Waktu Kerja