Untuk nilai K secara tepat dapat dilihat pada Tabel Apendix Kesimpulan dari perhitungan yang diperoleh yaitu
a. Apabila N’ N, berarti jumlah pengamatan yang kita butuhkan sudah cukup.
b. Apabila N’ N, berarti jumlah pengamatan yang kita butuhkan harus ditambah lagi sesuai dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian yang
diharapkan. Wignjosoebroto Sritomo, 2003.
2.1.5. Perhitungan Waktu Baku
Perhitungan output standart merupakan langkah berikutnya setelah dilakukan pengukuran waktu kerja dan dilakukan uji keseragaman dan kecukupan
data. Untuk mendapatkan output standart perlu ditempuh langkah-langkah sebagai beriku :
a. Menghitung waktu siklus rata-rata setiap elemen kegiatan Ws :
N Ws
x
ij
2.9
b. Menghitung waktu normal Wn : Wn = Ws x P 2.10
Di mana p faktor penyesuaian yang digunakan untuk menormalkan waktu pengamatan yang diperoleh, jika pekerja dinilai bekerja secara tidak wajar.
c. Menghitung waktu baku Wb :
allowance Wn
Wb 100
100
2.11 Sutalaksana, 2005
2.1.6. Faktor Penyesuaian Rating Performance
Aktivitas untuk menilai atau mengevaluasi kecepatan kerja operator dikenal sebagai “Rating Performance”. Dengan melakukan rating ini diharapkan
waktu kerja yang diukur bisa “dinormalkan” kembali. Ketidak normalan dari waktu kerja ini yang diakibatkan oleh operator bekerja secara kurang wajar yaitu
bekerja dalam tempo atau kecepatan yang tidak sebagaimana semestinya. Waktu normal bukanlah waktu yang disediakan untuk pekerjaan yang
bersangkutan, karena angka ini harus dinaikkan dengan waktu tambahan yang disediakan untuk gangguan-gangguan, kebutuhan-kebutuhan pribadi operator, dan
penunda-penunda yang berada di luar keluasaannya. Westing house system’s Rating adalah sistem untuk memberikan rating
performance yang umumnya diaplikasikan di dalam aktivitas pengukuran kerja. Selain kecakapan skill dan usaha effort sebagai faktor yang mempengaruhi
performance manusia, maka Westing house menambahkan lagi dengan kondisi kerja working condition dan keajekan consistency dari operator dalam
melakukan kerja. Tabel performance rating westing house dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Performance Rating dengan System Westing House
SKILL EFFORT
+ 0,15 AI Superskill
+ 0,13 AI Superskill
+ 0,13 A2 + 0,12 A2
+ 0,11 B1 Excellent
+ 0,10 B1 Excellent
+ 0,08 B2 + 0,08 B2
+ 0,06 C1 Good
+ 0,05 C1 Good
+ 0,03 C2 + 0,02 C2
0,00 D Average
0,00 D Average
- 0,05 E1 Fair
- 0,04 E1 Fair
- 0,10 E2 - 0,08 E2
- 0,16 F1 Poor
- 0,12 F1 Poor
- 0,22 F2 - 0,17 F2
CONDITION CONSISTENCY
+ 0,06 A Ideal
+ 0,04 A Ideal
+ 0,04 B Excellent
+ 0,03 B Excellent
+ 0,02 C Good
+ 0,01 C Good
0,00 D Average
0,00 D Average
- 0,03 E Fair
- 0,02 E Fair
- 0,07 F Poor
- 0,04 F Poor
Sumber : Teknik Tata Cara Kerja, Sutalaksana, 2005
Metode westing house ini mempertimbangkan empat buah faktor dalam mengevaluasi performance rating, antara lain :
1. Keterampilan skill adalah “kecakapan atau kemampuan dalam mengerjakan suatu metode yang diberikan”. Selanjutnya berhubungan dengan pengalaman,
ditunjukkan dengan koordinasi yang baik antara pikiran dan tangan. 2. Usaha effort adalah “kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan oleh
seorang operator saat melaksanakan pekerjaannya”. Usaha ditunjukan oleh kecepatan pada tingkat kemampuan yang dimiliki dan dapat dikontrol pada
tingkat yang tinggi oleh perator. 3. Kondisi condition adalah “kondisi fisik lingkungan di tempat kerja.” Yang
meliputi keadaan pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan. Kondisi merupakan suatu prosedur performance rating yang berpengaruh pada
operator dan bukan pada operasi.
4. Konsisten consistensi adalah “Suatu keadaan yang stabil dari operator dalam melaksanakan pekerjaannya”. Faktor konsistensi ini perlu diperhatikan, karena
pada kenyataannya setiap pengukuran tidak pernah terjadi angka yang sama pada pencatatan, waktu penyelesaian yang ditunjukkan pekerja selalu berubah
dari satu siklus ke siklus yang lain. Konsistensi dikatakan sempurna perfect jika waktu penyelesaian selalu sama setiap saat.
“Skill dan effort” di bagi menjadi superskill, excellent, good, average, fair, dan poor. Sedangkan “Condition dan Consistency” di bagi menjadi ideal,
excellent, good, average, fair dan poor. Wignjosoebroto Sritomo, 2003.
2.1.7. Faktor Kelonggaran Allowance