9
BAB II LANDASAN TEORI
A. Makna Belajar
Suharyo Sumowidagdo mengatakan bahwa belajar merupakan proses kontinuberkesinambungan
yang merupakan kombinasi antara: proses untuk menguasai
sesuatu yang baru, menggunakan sesuatu yang sudah dikuasai, dan mengajarkan
sesuatu yang sudah dikuasai pada orang lain tips dan Makna Belajar
secara Umum,
http:www.ppiuk.orgbelajar.php?action=study idarticle=83. Diakses pada 8 Oktober 2010.
Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam pengelolaan pemahaman. Menurut Ernest R. Hilgard dalam Sumadi Suryabrata, 1984:252 belajar
merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang
ditimbulkan oleh lainnya http:belajarpsikologi.compengertian-belajar-menurut- ahli. Diakses pada 13 Agustus 2011.
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan kognitif, ketrampilan psikomotor, serta nilai dan sikap afektif.
Dari beberapa pengertian belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah belajar dan sebelum belajar.
B. Pengertian Matematika
Istilah mathematics Inggris, mathematic Jerman, mathematique Perancis, matematico
Itali, matematiceski Rusia, atau mathematicwiskunde Belanda, berasal dari perkataan Latin mathematica, yang mulanya diambil dari perkataan
Yunani, matematike yang berarti “relating to learning”. Perkataan itu mempunyai
akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu knowledge, science. Perkataan mathematike berhubungan sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang
serupa, yaitu mathanein yang mengandung arti belajarberpikir Erma Suherman, 20011: 17-18; Depdiknas, 2003:1.
James Erma Suherman, 2003: 16 mendefinisikan matematika sebagai ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis, dan geometri. Secara etimologis,
matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar tetapi bukan berarti ilmu lain diperoleh dengan tidak melalui penalaran, matematika lebih
menekankan aktivitas dalam penalaran, sedangkan ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau eksperimen di smping penalaran Elea Tinggih yang dikutip
Erma Suherman, 2003:16. Ada pun karakteristik dari matematika adalah: R. Soedjaja,2003:13
1. Memiliki objek kajian yang abstrak,
2. Bertumpu pada kesepakatan,
3. Berpola pikir deduktif,
4. Memperhatikan semesta pembicaraan, dan
5. Konsisten dalam sistemnya.
Berpola pikir deduktif merupakan ciri utama matematika dimana kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten Depdiknas, 2003:1. Namun demikian, lebih lanjut
disampaikan bahwa matematika juga dapat bekerja secara induktif yang didasarkan fakta dan gejala yang muncul untuk sampai pada perkiraan tertentu.
Tetapi perkiraan ini tetap harus dibuktikan secara deduktif dengan argument yang konsisten.
Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsepp matematika. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang
teramati, membuat daftar sifat yang muncul sebagai gejala, memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan
demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika.
Matematika sebagai ilmu yang universal seringkali sulit dipahami oleh siswa di sekolah. Misalkan anak sekolah dasar kelas 2 sulit membedakan antara
lingkaran dan daerah lingkaran. Mereka kesulitan memahami pengertian lingkaran sebagai kumpulan titik-titik yang berjarak sama dari suatu titik tertentu.
Sebaliknya mereka mengartikan lingkaran sebagai bentuk seperti bulan purnama, piring, gelas, dan sejenisnya. Oleh karena itu muncul istilah matematika sekolah
yang diajarkan disekolah yang berfungsi untuk menjembatani siswa dalam memahami matematika.
Freudental memandang matematika sebagai aktivitas insan human activity. Semua orang selalu terlibat dalam matematika dalam setiap sisi kehidupannya.
Matematika berkembang pada setiap individu sesuai dengan konteks keseharian yang sering dihadapinya. Tidak ada alasan bagi setiap orang untuk tidak
menggunakan matematika, walaupun mereka memakai matematika dengan simbol-simbol non-formal yang menurutnya mudah dipahami.
Hingga saat ini belum ada kesepakatan yang bulat di antara para matematikawan tentang apa yang disebut matematika. Sedangkan sasaran
penelaah matematika itu sendiri sebagaiman kita tahu, tidaklah konkrit melainkan abstrak. Pengertian matematika sangat beragam tergantung pada siapa yang
mengutarakan pengertian tersebut. Berikut ini adalah pengertian matematika menurut para ahli.
Dienes dalam Ruseffendi, 1988: 160 mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan
sebagai ilmu seni. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Kontruktivisme,
http:www.depdinas.go.idJurnal40Pembelajaran20Matematika20Menurut 20Teori20Belajar20Kontruktivisme.htm. Diakses pada 8 Oktober 2010.
Bourne dalam Romberg, 1992: 752 memahami matematika sebagai kontruktivisme social dengan penekanannya pada knowing how, yaitu siswa
dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan
pengertian knowing that yang dianut oleh kaum absolutis, di mana siswa dipandang sebagai makhluk yang pasif dan dapat diisi informasi Dewey dalam
Romberg, 1992: 752. Pembelajaran Matematika Menurut Teori Belajar Kontruktivisme,
http:www.depdinas.go.idJurnal 40Pembelajaran
20Matematika20Menurut20Teori20Belajar20Kontruktivisme.htm. Diakses pada 8 Oktober 2010.paung dalam penelitian tindakan, 1995: 23,
Ruseffendi dalam Erman, 2001:21 mengatakan bahwa matematika terbentuk dari hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran. Johnson dan Rising dalam Erma, 2001:21 mengatakan bahwa matematika
adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik. Matematika adaah bahasa yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat.
Menurut Marpaung matematika adalah suatu ilmu yang objeknya bersifat abstrak, tidak dapat diamati dengan indera manusia. Objek-objeknya hanya ada
dalam pikiran. Konsep matematika semuanya merupakan hasil rekayasa mental mental construct yang terjadi melalui proses abstraksi, generalisasi, idealisasi,
deduksi, dan representasi objek matematika yang dapat diamat. Misalnya, kita tidak pernah melihat bilangan; yang dapaat kita lihat adalah angka yang
mempresentasikan secara simbolis bilangan itu. Perkembangan intelegensi manusia oleh Piaget dibagi dalam tahapan yang
berjenjang sebagai berikut: 1.
Tahap sensori-motor : pada umur 0-2 tahun; 2.
Tahap pre-operasi : pada umur 2-7 tahun; 3.
Tahap operasi konkrit : pada umur 7-11 tahun; 4.
Tahap operasi formal : pada umur lebih dari 11 tahun. Perkembangan intelegensi untuk siswa-siswi SD Negeri I Baleharjo, menurut
klasifikasi Piaget tersebut di atas, berada pada tahap perkembangan kognitif ketiga, yang ditandai dengan kemampuan berfikir logis tetapi terkait dengan hal-
hal konkrit. Ciri utama pemikiran konkrit adalah adanya transformasi reversible dan system kekebalan Piaget dan Inhelder, 1969. Oleh karena itu cara yang
dirasa tepat untuk melaksanakan pembelajaran matematika pada siswa ini adalah dengan merepresentasikan matematika sedemikian rupa sehingga dapat dipahami
oleh siswa-siswi yang masih berada pada tingkatan berfikir konkrit; salah satu cara adalah dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran.
C. Pengertian Minat