24
2.2. Landasan Teoretis
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, 1 hakikat sastra; 2 hakikat puisi; 3 ciri-ciri-puisi; 4 materi pembelajaran apresiasi
puisi; 5 manfaat pembelajaran puisi; 6 pembelajaran apresiasi puisi; 7 hakikat pendekatan Analisis teknik Stratta; 8 kriteria pemilihan bahan
pembelajaran apresiasi puisi di SMA.
2.2.1. Hakikat Sastra
Dalam perkembangan bahasa Indonesia, sastra berperan sangat penting terutama dalam pembentukan kata dan ungkapan. Pada hakikatnya
karya sastra digunakan untuk mengungkapkan isi hati seseorang. Namun begitu, karya sastra memiliki bahasa sendiri, dimana kata yang digunakan
adalah kata-kata terpilih dan menyiratkan makna keindahan. Pendapat bahwa bahasa sastra memiliki bahasa sendiri diluruskan oleh Suharianto
2005:11, yakni apabila bahasa sastra memiliki bahasa sendiri, maka karya sastra yang dihasilkan tidak akan dapat diterima oleh masyarakat. Jadi
jelasnya dasar bahasa yang digunakan oleh para sastrawan untuk melahirkan perasaan dan gagasannya ialah bahasa umum seperti yang juga
dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Karya sastra digolongkan menjadi berberapa macam yaitu karya
sastra prosa, puisi, dan drama. Karya sastra prosa dibagi menjadi empat yaitu 1 cerita pendek, 2 novel, 3 sketsa, dan 4 kisah. Karya sastra
puisi dibagi menjadi empat jenis yakni 1 puisi diafan, 2 puisi prismatis, 3 puisi kontemporer, dan 4 puisi mbeling. Karya sastra drama berdasar
25
penyajiannya dibagi menjadi empat yaitu 1 pantomim, 2 opera, 3 sendratari, 4 drama mini kata.
Pepatah mengatakan ”dari seribu kepala lahir seribu pendapat”, seperti juga pengertian sastra yang bermacam-macam serta dicetuskan oleh
banyak ilmuwan. Sastra adalah jenis tulisan menurut kritikus Rusia, Roman
Jakobson, menyajikan tindak kekerasan teratur terhadap ujaran biasa. Sastra mentranformasi dan mengintensifkan bahasa biasa, menyimpangkan
bahasa secara sistematis dari ujaran sehari-hari Eagleton 2006:3. Artinya,
karya sastra sebagai ekspresi jiwa dan pikiran pengarang menyajikan bahasa yang tidak dibatasi oleh norma-norma dalam masyarakat. Sebagai
sebuah karya, sastra bisa saja menggunakan bahasa atau ujaran yang keras atau menyimpang namun teratur.
Dalam bentuknya yang paling sederhana, pembinaan sastra membekali siswa dengan keterampilan mendengarkan, membaca, menulis,
dan berbicara.Moody dalam Sayuti 1985:197 Karya sastra adalah kehidupan buatan atau rekaan sastrawan.
Kehidupan di dalam karya sastra adalah kehidupan yang telah diwarnai dengan sikap penulisnya, latar belakang pendidikannya, keyakinannya, dan
sebagainya Suharianto 2005:1. Sapardi Djoko Damono dalam Purwo 1985: 353 mengemukakan
bahwa apresiasi sastra diartikan untuk penghargaan tersirat pemahaman: kalau kita menghargai sesuatu, tentunya kita sudah memahaminya terlebih
26
dahulu, yang harus ditekankan ialah adanya hubungan langsung antara pembaca dengan karya sastra, sebab penghargaan menjadi sikap yang tidak
wajar apabila hubungan tersebut tidak terjadi.
2.2.2. Hakikat Puisi