Pada siklus III dengan materi pokok tokoh-tokoh persiapan kemerdekaan Indonesia mengalami peningkatan hasil belajar
dibanding dengan hasil belajar pada siklus II. Pada siklus III rata-rata hasil belajar siswa mencapai 79,90 dengan nilai terendah 55 dan nilai
tertinggi sebesar 100. Ketuntasan belajar klasikal pada siklus III sebesar 85,41 dengan jumlah siswa sebanyak 41 dari 48 siswa .
Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa pada siklus III masuk dalam kategori sangat tinggi.
Berdasarkan data di atas hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dari tiap siklusnya. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar mencapai 54,16 dan pada siklus II mencapai 75. Kenaikan tersebut
mencapai 20,84. Pada siklus III ketuntasan hasil belajar mengalami peningkatan di banding siklus II yaitu sebesar 10.
Ketuntasan hasil belajar siklus III mencapai 85. Pencapaian ketuntasan belajar tersebut telah mencapai indikator keberhasilan
yaitu sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan
kualitas Pembelajaran IPS.
2. Implikasi Hasil Penelitian
Model pembelajaran
kooperatif tipe
Make A
Match memberikan kesempatan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil.
Siswa juga diberi kesempatan untuk mendiskusikan masalah. Dengan
adanya diskusi, saling kerjasama dalam kelompok membuat siswa merasa senang dan lebih bersemangat dalam belajar. Dengan cara ini, siswa yang
tadinya merasa sulit ketika mengerjakan sendiri menjadi lebih mudah karena dapat bekerjasama dengan kelompok maupun pasangan diskusinya.
Dalam pembelajaran tersebut, guru tidak langsung berperan sebagai teacher centered, melainkan berperan sebagai fasilitator, mediator,
pembimbing kegiatan pembelajaran yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Guru memantau jalannya diskusi,
membimbing siswa yang mengalami kesulitan, sehingga hubungan guru dan siswa menjadi lebih dekat. Keterampilan guru seperti ini dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan di SD
Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang diperoleh kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match hasil belajar IPS siswa
kelas V SD Kalibanteng Kidul 01 Kota Semarang meningkat. Pada siklus I rata-rata skor keterampilan guru sebesar 3,5 dengan kategori sangat baik.
Sedangkan pada siklus II rata-rata skor keterampilan guru sebesar 3,7 dengan kategori sangat baik dan pada siklus III mendapat rata-rata skor
sebesar 3,9 dengan kategori sangat baik. Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang terjadi pada tiap siklusnya.
Hasil penelitian aktivitas siswa pada siklus I mencapai rata-rata skor 3,0 dengan kategori baik. Sedangkan pada siklus II rata-rata skor
aktivitas siswa mencapai 3,7 dengan kategori sangat baik. Data tersebut
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus III aktivitas siswa mencapai 3,8 dengan kategori
sangat baik. Hasil belajar siklus I nilai rata-rata tes awal adalah 34,69 dan
rata-rata tes akhir adalah 62,27 dan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh siswa adalah 54,16. Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa
pada siklus I masuk dalam kategori sedang. Rata-rata hasil belajar siklus II mencapai 71,46 dan ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar
75 yang artinya kriteria tingkat keberhasilan belajar masuk dalam kategori tinggi. Pada siklus III rata-rata hasil belajar siswa mencapai 79,90
dan ketuntasan belajar klasikal pada siklus III sebesar 85,41. Kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa pada siklus III masuk dalam kategori
sangat tinggi. Hasil analisis penelitian yang dilakukan di SD Kalibanteng
Kidul 01 Kota Semarang dalam pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match telah menunjukkan
adanya peningkatan pada keterampilan guru, aktivias siswa, dan hasil belajar. Hal ini dapat membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif
tipe Make A Match mampu meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.
175
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil
penelitian mengenai
penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS pada siswa kelas V SD Negeri Kalibanteng Kidul 01 Kota
Semarang, peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Skor keterampilan guru pada siklus I adalah 46 dengan rata-rata 3,5 dan
mendapat kategori sangat baik. Pada siklus II keterampilan guru mendapat skor 48 dengan rata-rata 3,7 dan masuk dalam kategori sangat baik.
Sedangkan skor keterampilan guru pada siklus III adalah 51 dengan rata- rata 3,9 dan mendapat kategori sangat baik. Dari hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan keterampilan guru.
2. Hasil rata-rata aktivitas siswa pada siklus I adalah 3,0 dengan kriteria baik. Rata-rata aktivitas siswa pada siklus II adalah 3,7 dengan kriteria sangat
baik pula dan rata-rata aktivitas pada siklus III adalah 3,8 dengan kriteria sangat baik. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat
meningkatkan aktivitas siswa. 3. Rata-rata hasil belajar yang diperoleh pada pembelajaran IPS melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match yakni siklus I dengan rata-rata 62,27. Siklus II didapatkan hasil rata-rata 71,46 dan siklus III
rata-rata hasil belajarnya adalah 79,90. Sedangkan persentase ketuntasan