sebesar 20,83, namun kembali mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi 16,66.
Dalam Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 persentase tertinggi ada pada kriteria kecil yaitu sebesar 41,67. Tahun 2010 persentase tertinggi
masih berada pada kecil yaitu sebesar 37,5. Persentase tertinggi pada tahun 2011 juga ada pada kriteria kecil yaitu sebesar 41,67. Dari Tabel 4.2 dapat
diambil kesimpulan bahwa sebagian besar perusahaan yang terdaftar di indeks LQ-45 berada pada kriteria kecil.
b. Reputasi KAP
Reputasi KAP dalam penelitian ini diukur menggunakan variabel dummy dimana perusahaan yang menggunakan jasa KAP Big Four diberikan nilai dummy
1 dan perusahaan yang menggunakan jasa selain KAP yang berafiliasi dengan KAP Big Four diberikan nilai dummy 0. Variabel reputasi KAP menggunakan
variabel dummy sehingga tidak memerlukan perhitungan nilai maksimum dan minimum untuk penggolongan kategori. Tabel 4.3 menyajikan analisis frekuensi
reputasi KAP pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 tahun 2009- 2011.
Tabel 4.3 Analisis reputasi KAP pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 tahun 2009-2011
No Nilai Kriteria
Tahun 2009 Tahun 2010
Tahun 2011 F
F F
1. Non Big Four
3 12,5
3 12,5
3 12,5
2. 1
Big Four 21
87,5 21
87,5 21
87,5 Jumlah
24 100
24 100
24 100
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa persentase perusahaan yang menggunakan KAP Big Four konstan dari tahun 2009- 2011 sebesar 87,5.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perusahaan yang tergabung dalam Indeks LQ-45 memilih menggunakan jasa KAP Big Four untuk
mengaudit laporan keuangannya. Sebagian besar perusahaan memilih menggunakan KAP Big Four karena KAP tersebut mempunyai wilayah kerja
yang luas, bekerja sama dengan KAP besar diluar negeri sehingga memiliki sumber daya yang lebih berpengalaman serta memiliki kualitas hasil audit yang
lebih baik. Selain itu untuk mempertahankan reputasinya KAP Big Four akan berusaha untuk lebih cepat menyelesaikan pekerjaan auditnya.
c. Probabilitas Kebangkrutan
Probabilitas kebangkrutan dalam penelitian ini diukur menggunakan model prediksi kebangrutan yang secara umum dikenal sebagai pengukuran atas
kesulitan keuangan yaitu Altman Z-score modifikasi. Altman Z-score modifikasi ini dipilih karena dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan mengingat
populasi dalam Indeks LQ-45 terdiri dari berbagai macam jenis perusahaan. Dari hasil analisa model Altman Modifikasi, akan diperoleh nilai Z-score yang dibagi
dalam tiga tingkatan atau kategori, yaitu sehat, rawan dan bangkrut. Tabel 4.4 menyajikan analisis probabilitas kebangkrutan pada perusahaan yang tergabung
dalam indeks LQ-45 tahun 2009-2011.
Tabel 4.4 Analisis probabilitas kebangkrutan pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 tahun 2009-2011
No Nilai
Kriteria Tahun 2009
Tahun 2010 Tahun 2011
F F
F 1. 2,6
Sehat 15
62,5 16
66,67 15
62,5 2. 1,1
Bangkrut 6
25 6
25 6
25 3. 1,1 Z 2,6 Rawan
3 12,5
2 8,33
3 12,5
Jumlah 24
100 24
100 24
100 Sumber : Data sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa perusahaan dengan kriteria sehat mengalami kenaikan pada tahun 2010 sebesar 4,17, sedangkan pada tahun
2011 mengalami penurunan sebesar 4,17 . Perusahaan dengan kriteria bangkrut konstan dari tahun 2009-2011 sebesar 25 . Perusahaan yang berada pada kriteria
rawan kebangkrutan mengalami penurunan pada tahun 2010 sebesar 4,17 namun kembali mengalami kenaikan sebesar 4,17 pada tahun 2011.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 sebagian besar perusahaan berada pada kriteria sehat yaitu sebesar 62,5. Pada tahun 2010 persentase
tertinggi masih pada kriteria sehat yaitu sebesar 66,67. Tahun 2011 sebagian besar perusahaan juga berada pada kriteria sehat yaitu sebesar 62,5. Kesimpulan
dari data tersebut adalah bahwa sebagian besar perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45 pada tahun 2009-2011 berada pada kriteria sehat. Perusahaan yang
tergabung dalam indeks LQ-45 merupakan perusahaan yang baik karena sahamnya masuk dalam kriteria yang paling likuid sehingga banyak mendapatkan
sorotan dari investor yang akan menanamkan modalnya.
d. Audit Report Lag