Dilihat dari penerima kredit, maka kredit usaha sebagian besar disalurkan kepada rumahtangga tidak miskin yaitu sekitar 90 persen. Kredit usaha yang bersumber
dari program pemerintah juga lebih banyak disalurkan kepada rumahtangga tidak miskin yaitu sekitar 91,18 persen. Apabila tujuan kredit usaha yang berasal dari
pemerintah ini untuk mendorong usaha mikro dari kelompok miskin, maka kondisi faktual yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan tujuan tersebut.
Apabila merujuk pada Tabel 5.3-5.6 maka terlihat adanya pelaksanaan penyaluran beras raskin dan kredit usaha yang tidak sesuai dengan aturan. Studi
lanjutan perlu dilaksanakan untuk mengetahui mengapa terjadi hal demikian.
5.1.2. Program penanggulangan kemiskinan Di Beberapa Negara
Kemiskinan menjadi masalah serius yang selalu dihadapi oleh banyak negara khususnya di negara-negara sedang bekermbang. Untuk mengatasi masalah
kemiskinan maka negara- negara tersebut melakukan berbagai program pengurangan kemiskinan. Hasil nyata telah dirasakan di beberapa negara.
Berdasarkan sumber Komisi Sosial Ekonomi untuk Asia Pasifik ESCAP, insiden kemiskinan di negara-negara Asia Timur, Asia Tenggara dan Asia Selatan
mengalami penurunan yang cukup cepat. Negara yang dapat menurunkan angka kemiskinan dengan sangat luar biasa adalah Malaysia. Pada tahun 2003,
persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan satu dollar per hari di Malaysia hanya 0,5 persen sama halnya dengan yang dicapai oleh Korea
Selatan. Negara Asia Tenggara lainnya yang cukup berhasil menurunkan angka kemiskinan adalah Thailand, pada tahun 2003 persentase penduduk yang hidup di
bawah garis kemiskinan adalah 1,6 persen. Negara Asia Timur yang mengalami penurunan kemiskinan yang cukup drastis adalah Cina, dimana penduduk miskin
berkurang sebanyak 88,7 persen selama kurun waktu 1978-2002. Menelaah program pengurangan kemiskinan di negara-negara tersebut sangat penting untuk
memperbaikan program penanggulangan kemiskinan yang telah dan sedang dilaksanakan.
a. Malaysia Malaysia adalah salah satu negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan
ekonomi dan pengurangan kemiskinan yang luar biasa. Kejadian kemiskinan
menurun dengan tajam dari 52,4 persen pada tahun 1970 menjadi 5,5 persen pada tahun 2000. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pengurangan angka
kemiskinan ini merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun penelitian-penelitan lain menyatakan bahwa pengurangan kemiskinan ini bukan
hanya hasil petumbuhan ekonomi yang tinggi semata tetapi juga ditunjang oleh usaha pemerintah yang menetapkan penghapusan kemiskinan sebagai tujuan
utama pembangunan dan menyusun suatu berbagai kebijakan dan program yang bertujuan untuk penghapusan kemiskinan Abhayaratne, 2004.
Pemerintah Malaysia telah menyusun kebijakan pembangunan nasional untuk jangka panjang, menengah dan tahunan. Kebijakan tersebut diklafikasikan
dalam tiga bagian yaitu New Economic Policies NEP periode 1970-1990, National Development Policy NDP periode 1991-2000, dan Vision 2020 untuk
periode 2001-2020. Pengurangan kemiskinan menjadi tujuan utama dalam rencana pembangunan nasional sejak tahun 1970 bersamaan dengan
dilaksanakannya NEP. Dalam NEP, strategi penghapusan kemiskinan terdiri dari 3 komponen besar
yaitu : 1 Meningkatkan pendapatan dan produktivitas pada pekerjaan yang
berproduktivitas rendah melalui perluasan modal produktif dan penggunaan modal secara efisien. Hal ini dicapai dengan cara mengadopsi teknik modern,
memperbaiki pemasaran dan kredit, keuangan dan bantuan teknis. 2 Memperbaiki standar hidup dari kelompok yang berpendapatan rendah dengan
menyediakan pelayanan sosial secara gratis atau bersubsidi. Pelayanan meliputi perumahan, listrik, air, transportasi, kesehatan, pendidikan, rekreasi
dan fasilitas masyarakat. 3 Meningkat kesempatan pergerakan inter sektoral dari yang berproduktivitas
rendah ke yang produktivitas tinggi. Untuk menciptakan lapangan kerja maka dilakukan perluasan pada sektor
industri modern. Di samping itu kesempatan untuk berkembang diberikan pada sektor-sektor yang berpotensi untuk menyerap tenaga kerja seperti industri skala
kecil, konstruksi dan jasa. Penyelenggaraan pendidikan yang baik dan efisien merupakan salah satu strategi untuk penghapusan kemiskinan. Pendidikan
dipandang penting bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan karena dapat memberikan akses pada pekerjaan yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari
strategi pengurangan kemiskinan pada periode NEP ini adalah penurunan angka kemiskinan dari 52,4 persen pada tahun 1970 menjadi 15 persen pada tahun 1990.
Dalam Abhayaratne 2004 dinyatakan bahwa selama periode NDP program anti kemiskinan dipusatkan pada inti kemiskinan. Program ini meliputi beberapa
komponen yang dituju yaitu anak-anak, ibu, lanjut usia, dan KRT. Prioritas diberikan pada proyek yang menghasilkan pendapatan, penanaman nilai- nilai
positif dan menyediaan bantuan kesejahateraan secara langsung. Proyek-proyek ini berkaitan langsung dengan kebutuhan-kebutuhan penduduk miskin seperti
peningkatan kemampuan bekerja, makanan tambahan bagi anak-anak, dan bantuan pendidikan.
Dapat dilihat bahwa pengurangan kemiskinan di Malaysia terkait pula dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan kebijakan-kebijakan
pemerintah untuk mengurangi kemiskian. Pertumbuhan ekonomi di sektor modern telah memberikan kesempatan kerja dan pendapatan yang lebih baik bagi
masyarakat. Penghapusan kemiskinan telah diintegrasikan dengan berbagai kebijakan pembangunan nasional, pemerintah berupaya keras untuk melaksanakan
berbagai program yang dapat mengurangi kemiskinan. Pemerintah Malaysia menekankan pada pembangunan sumberdaya manusia, karena akan memberikan
jalan bagi penduduk miskin untuk keluar dari kemiskinan. Program lain yang dilaksankan adalah peningkatan kualitas hidup penduduk miskin seperti
penyediaan pelayanan publik, keindahan, dan infrastruktur. b. Thailand
Berdasarkan laporan UNDP, kemiskinan di Thailand telah dapat diturunkan dari 27 persen pada tahun 1990 menjadi 9,8 persen pada tahun 2002.
Keberhasilan Thailand dalam menurunkan tingkat kemiskinan ini tidak terlepas dari pembuatan kebijakan yang bagus, pemerintahan yang demokratis, ketekunan
penduduk, investasi publik dalam pelayanan sosial, dan pertumbuhan ekonomi yang dipacu oleh tingkat ekspor yang tinggi, diversifikasi industri, pertanian,
pertambangan dan penana man modal asing langsung.
Penurunan angka kemiskinan di Thailand telah melampaui target dari Millennium Development Goals MDGs yaitu menurunkan setengah angka
kemiskinan pada tahun 1990 di tahun 2015. Target MDGs telah dicapai oleh Thailand beberapa tahun yang lalu. Negara ini mempunyai target baru untuk
menurunkan angka kemiskinan menjadi empat persen pada tahun 2009 dikutip dari laporan UNDP, 2004.
Kondisi makroekonomi yang mapan dan program anti kemiskinan yang baik memberikan kontribusi pada penurunan angka kemiskinan. Program anti
kemiskinan dibedakan menjadi dua bagian yaitu program-program yang ditargetkan ditujukan untuk membantu penduduk miskin dan program-program
yang tidak ditargetkan dengan tujuan pembangunan yang lebih luas Laporan Bank Dunia, 1996.
Laporan Bank Dunia 1996 menyebutkan bahwa beberapa contoh dari program-program pembangunan yang berdampak pada penduduk miskin adalah;
Rural Job Creation Program RJCP dan Tambon Development Program TDP. Program-program ini ditujukan untuk menyediakan infrastruktur di pedesaan dan
penciptaan kesempatan kerja. Program lainnya yang terkait dengan kemiskinan adalah land reform yaitu mendistribusikan ulang lahan umum dan meningkatkan
hak kepemilikan. Di samping itu juga diberikan cash transfer bagi wanita dan anak-anak.
Untuk program-program yang ditargetkan memiliki tiga jenis program yaitu:
1 cash transfer
yaitu pemberian uang secara langsung kepada keluarga-keluarga miskin yang membutuhkan. Setiap bulan diberikan 200 Bath bagi penduduk lanjut usia
yang tidak mempunyai penyokong hidup. Selain itu juga tersedia dana bagi desa yang dikelola oleh komite kesejahteraan desa. Dana ini digunakan untuk
membantu penduduk miskin di desa tersebut. 2
in kind transfer jenis in kind transfer yang utama adalah pemberian kartu pendapatan rendah
LIC bagi penduduk miskin. Kartu ini berguna untuk mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. Sekitar 20 persen penduduk Thailand menerima
kartu ini, dan proporsi ini selalu tetap sejak program ini digulirkan pada tahun 1984. Jenis program in kind transfer lainnya adalah pemberian makan siang
bagi murid yang berasal dari keluarga miskin pada tingkat Taman Kanak- Kanak dan Sekolah Dasar.
3 program peningkatan pendapatan
menyediakan pinjaman tanpa bunga bagi rumahtangga miskin sehingga mereka dapat berinvestasi pada kegiatan yang dapat meningkatkan
pendapatannya. Setiap bulan diberikan 280.000 Bath bagi setiap desa. Rumahtangga yang mempunyai pendapatan kurang dari 5.000 Bath per tahun
dapat meminjam tanpa bunga. Pemberian pinjaman bagi penduduk miskin dikelola oleh suatu badan di
desa. Badan inilah yang menentukan penerima bantuan, penduduk miskin harus mengajukan proposal tentang usaha yang akan dilakukan dengan menggunakan
pinjaman tersebut. Selain menyeleksi penerima bantuan, badan ini memantau pula penggunaan pinjaman tersebut sehingga pinjaman tetap digunakan untuk
kegiatan produktif bukan konsumtif. Pengentasan kemiskinan melalui program peningkatan pendapatan ini, selain meningkatkan kualitas hidup penduduk miskin
juga memperkuat kelembagaan desa serta memberdayakan organisasi lokal. Salah satu keberhasilan dari program pengentasan kemiskinan di Thailand
adalah adanya pemberdayaan pemerintahan lokal seperti desa dan kecamatan dengan membangun kapasitas mereka dalam meningkatkan penerimaan
desakecamatan dan memutuskan bagaimana pemakaiannya. Pemerintah Thailand memberikan keleluasaan bagi pemerintahaan lokal untuk menyusun
program pembangunan mereka sendiri, dan masyarakat telah menggunakan sumberdaya yang ada dengan bijak untuk mereka sendiri Laporan Kemiskinan
UNDP, 2000. Partisipasi masyarakat dalam pengentasan kemiskinan juga diungkapkan
oleh penelitian Poapongsakorn et al 2001. Hasil penelitian menyatakan bahwa Lembaga Swadaya Masyarakat dan organisasi masyarakat berperan dalam
penyusunan rencana pembangunan. Organisasi berbasis komunitas dan organisasi masyarakat adalah organisasi akar rumput yang berasal dari dua sumber. Pertama
adalah organisasi yang didirikan dan dipimpin oleh tokoh informal setempat yang
mencoba untuk memecahkan permasalahan dasar di lingkungan mereka. Organisasi jenis ini memandang kemiskinan sebagai gejala dari kurangnya
kearifan, dan juga mereka menegaskan bahwa program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan me lalui pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan seseorang,
koordinasi antar desa dan kepercayaan diri, serta penggunaan sumberdaya secara bijak. Jenis lainnya dari organisasai berbasis komunitas atau organisasi
masyarakat ini adalah organisasi yang melihat permasalahan mereka sebagai bagian dari permasalahan struktural yang lebih besar seperti ketidakseimbangan
kekuasaan dan distribusi yang tidak merata. c. Cina
Bank Dunia menyatakan bahwa program penurunan kemiskinan di Cina dapat dijadikan contoh untuk program yang sama di negara-negara lainnya, karena
Cina telah dapat menurunkan jumlah penduduk miskin dari 250 juta jiwa pada tahun 1978 menjadi 29,27 juta jiwa pada tahun 2001
2
. Penduduk miskin di Cina sebagian besar tinggal di perdesaan. Hu et al 2003 menyatakan bahwa
penurunan jumlah penduduk miskin yang cukup drastis ini disebabkan beberapa alasan yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi tinggi yang berkelanjutan menjadi dasar dari pengurangan kemiskinan
Rata-rata pertumbuhan ekonomi per tahun di Cina selama periode 1978- 2002 mencapai 8,1 persen. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini telah dapat
meningkatkan PDB per kapita Cina hanya memerlukan 8,6 tahun untuk melipatgandakan PDB per kapita jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan
Inggris yang memerlukan 56 tahun. Pertumbuhan pendaptan bersih dari petani di Cina selama periode yang sama adalah 7,2 persen dan hal ini yang menjadi
penyebab menurunnya jumlah penduduk miskin di Cina secara drastis. 2. Perpindahan besar-besaran tenaga kerja di pedesaan ke industri non
pertanian Tenaga kerja di pedesaan banyak yang bekerja di perusahaan-perusahaan.
Jumlahnya meningkat dari 28,3 juta pada tahun 1978 menjadi 130,9 juta pada tahun 2001.
2
diberatakan dalam Xinhua News Agency February 25, 2003
3. Percepatan urbanisasi Telah terjadi pergeseran penduduk dari penduduk pertanian menjadi
penduduk non pertanian, mereka ini adalah penduduk desa yang bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan. Upah yang diperoleh dari non pertanian menjadi
sumber yang penting bagi pendapatan petani. Raio upah yang diterima terhadap total pendapatan rumahtangga telah meningkat menjadi 30,4 persen pada tahun
2001 dari 13,2 persen pada tahun 1985. Petani telah mendapat keuntungan dari adanya urbanisasi dan industri non pertanian.
4. Penerapan kebijakan orientasi ekspor yang terbuka. Peningkatan ekspor barang-barang yang diproduksi oleh industri padat
karya berperan besar dalam memperluas kesempatan kerja dan penururnan kemiskinan. Upaya Pemerintah Cina menarik investasi luar negri dan berperan
dalam ekonomi global menunjang pula pada penurunan kemiskinan. 5. Perbaikan Sumberdaya manusia
Setelah reformasi, tingkat pendidikan dan kesehatan masyarakat telah meningkat. Sumberdaya manusia berperan penting dalam meningkatkan standar
hidup masyarakat dan pengurangan kemiskinan. Lama sekolah di Cina telah mengalami peningkatan dan disertai pula dengan penurunan angka buta huruf.
Angka harapan hidup mengalami peningkatan pula dari 67,77 tahun pada tahun 1985 menjadi 71,40 tahun pada tahun 2000.
6. Adopsi aksi anti kemiskinan oleh pemerintah Pemerintah Cina telah berkomitmen untuk mengurangi kemiskinan sehingga
rencana dan tujuan pengurangan kemiskinan dicantumkan dalam rencana ekonomi nasional. Salah satu kebijakan ekonomi di bidang pertanian adalah dengan
meningkatkan harga produk pertanian secara bertahap.
5.2. Pelaksanaan Penanggulangan Kemiskinan Terkait Dengan Faktor-