35
norma. Oleh karena itulah maka hukum pidana sering disebut sebagai benteng dari hukum Het strafrecht is het citadel van het recht
27
Sanksi pidana dalam perundang-undangan kita adalah : pidanamati, pidana penjara, pidana tutupan, pidana kurungan, dan pidana denda
sebagai pidana pokok. Disamping itu, jika perlu ada pidana tambahan yaitu : pencabutan hak-hak tertentu, perampasan barang atau atau
pengumuman keputusan hakim. Ketentuan ini terdapat dalam pasal 10 KUHP dan undang-undang no.20 Tahun 1946. Selain daripada itu
dikenal pula semacam sanks i berupa “tindakan perbaikan” maatregel
yaitu apabila seorang anak yang belum cukup umur melakukan suatu tindakan pidana tertentu, maka ia dapat dikembalikan kepada orang
tuanya, atau diserahkan kepada pemerintah untuk dididik-paksa. Perlu diperhatikan bahwa pendidikan paksa terhadap anak-anak yang belum
cukup umur sering dirasakan oleh anak itu sendiri, maupun oleh orang tua dari anak tersebut sebagai tindak lebih ringan dari pada sanksi
pidana. Demikian juga jika ternyata seorang gila melakukan suatu tindak pidana, dapat diperintahkan supaya ia dimasukkan kedalam
rumah sakit jiwa. 3
Sanksi ganda Ada juga terdapat bahwa terhadap suatu norma hukum pidana
dikaitkan dua macam sanksi, dimana salah satu sanksi bukan merupakan sanksi pidana. Pasal 284 KUHP mengatur mengenai
27
E.Y Kanter, S.R. Sianturi , Asas-Asas Hukum Pidana Diindonesia Dan Penerapannya, Jakarta : Storia Grafika, 2002, h. 31
36
perzinaaan, dikaitkan dalam dua macam sanksi pidana, yaitu sanksi pidana berupa pidana penjara maksimum 9 bulan dan sanksi perdata
berupa perceraian atau pisah meja makan dan tempat tidur. Menurut Andi Hamzah dan A. Simanglipu, sepanjang perjalanan sejarah,
tujuan pemberian sanksi pidana dapat dihimpun dalam empat bagian, yaitu : 1
Pembalasan Revenge seseorang yang telah menyebabkan kerusakan dan malapetaka
pada orang lain, menurut alasan ini wajib menderita seperti yang ditimpakan kepada orang lain.
2 Penghapusan dosa Ekspiation
Konsep ini berasal dari pemikiran yang bersifat religius yang bersumber dari Allah.
3 Menjerakan Detern
4 Memperbaiki sipelaku tindak pidana kejahatan Rehabilitation
Of The Criminal. Pidana ini diterapkan sebagai usaha untuk mengubah sikap dan
perilaku si pelaku tindak pidana agar tidak mengulangi kejahatannya.
D. Macam-macam Sanksi
Pada umumnya sanksi merupakan alat pemaksa agar seseorang itu taat pada norma yang berlaku.
28
Sedangkan pidana yang merupakan terjemahan dari bahasa
28
P.A.F. Lamintang, Delik-Delik Khusus Tindak Pidana-Tindak pidana Melanggar Norma-Norma Kesusilaan Dan Norma Kepatuhan, h. 98-99
37
Belanda yaitu “straf” yang berarti hukuman.Hanya saja ada sedikit perbedaan
antara istilah pidana dengan hukuman.Istilah umum untuk segala macam sanksi baik perdata, administratif, disiplin, dan pidana.Sedangkan istilah pidana diartikan
sempit yang berkatian dengan hukum pidana.
29
Dengan demikian, sanksi pidana dapat diartikan sebagai suatu alat pemaksa yang mengharuskan seseorang untuk mentaati norma-norma yang berlaku dalam
masalah pidana . Macam-macam sanksi dalam Hukum Adat Batak Toba adalah :
1. Penggantian kerugian materil dalam berbagai rupa misalnya saja seperti
paksaan untuk menikahi gadis yang sudah dicemarkan 2.
Pembayaran uang adat kepada orang yang tercederai berupa benda sakti sebagai pengganti kerugian rohani.
3. Selamatan korban untuk membersihkan masyarakat dari segala kotoran
aib. 4.
Permintaan maaf atau penutup malu 5.
Pengasingan dari masyarakat serta meletakkan orang diluar tata hukum 6.
Hukuman mati atau hukuman badan. Dalam Hukum Positif, macam-macam sanksi diatur dalam pasal 10 KUHP
yang berbunyi sebagai berikut : “ pidana terdiri atas :
29
S.R.Sianturi, Asas-asas Hukum Pidana Di Indonesia dan penerapannya , Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1996, h.27
38
a. Pidana pokok :
1. Pidana mati
Pidana ini merupakan pidana yang terberat dari semua pidana yang dicantumkan terhadap berbagai kejahatan yang sangat berat,
misalnya saja pada pembunuhan berencana pasal 340 KUHP, pencurian
dengan kekerasan
pasal 365
KUHP, dan
pemberontakan yang diatur dalam pasal 124 KUHP. 2.
Pidana penjara Pidana ini mengenai pembatasan kemerdekaan atau kebebasan
seseorang, yaitu berupa hukuman penjara atau kurungan. Hal ini diatur dalam pasal 12 KUHP yang berbunyi :
1 Pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu
2 Pidana penjara selama waktu tertu paling pendek adalah satu
hari dan paling lama lima belas tahun berturut-turut 3
Pidana penjara selama waktu tertentu boleh dijatuhkan untuk dua puluh tahun berturut-turut dalam hal yang pidananya hakim
boleh memilih antara pidana mati, pidana seumur hidup dan pidana penjara selama waktu tertentu atau antar pidana penjara
selama waktu tertentu, begitu juga dalam hal batas lima belas tahun dapat dilampaui karena pembarengan concursus,
pengulangan residive atau karen yang telah ditentukan dalam pasal 52 KUHP
4 Pidana penjara selama waktu tertentu sekali-kali tidak boleh
lebih dari dua puluh tahun. Ada beberapa sistem dalam pidana penjara, yaitu :
a. Pensylvanian system : terpidana menurut sistem ini
dimasukkan dalam sel-sel tersendiri, ia tidak boleh menerima tamu baik dari luar maupun sesama narapidana,
ia tidak boleh bekerja diluar sel satu-satunya pekerjaan
39
adalah membaca buku suci yang diberikan kepadanya. Karena pelaksanaannya dilakukan di sel-sel maka disebut
juga cellulaire system b.
Auburn system : pada waktu malam ia dimasukkn dalam sel secara sendiri-sendiri, pada waktu siangnya diwajibkan
bekerja dengan narapidana lainnya, tetapi tidak boleh saling berbicara diantara mereka, biasa disebut dengan silent
system. c.
Progressive system : cara pelaksanaan pidana menurut sistem ini adalah bertahap, biasa disebut english ire
system.
30
3. Kurungan
Pidana kurungan ini lebih ringan pula dari pada pidana pejara. Lebih ringan antara lain, dalam hal melakukan pekerjaan yang
diwajibkan dan
kebolehannya membawa
peralatan yang
dibutuhkan terhukum sehari-hari, misalnya : tempat tidur, selimut, dan lain-lain. lamanya pidana kurungan ini telah ditentukan dalam
pasal 18 KUHP yang berbunyi : 1
Lamanya pidana kurungan sekurang-kurangnya satu hari dan paling lama satu tahun
2 Hukuman tersebut dapat dijatuhkan untuk paling lama satu
tahun empat bulan jika ada pemberatan pidana yang disebabkan karena gabungan kejahatan atau pengulangan, atau ketentuan
pada pasal 52 dan 52 a KUHP.
30
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 , h.121