b  Jika  menyebar  lebih  jauh  dari  diagonal  dan  atau  tidak  mengikuti  arah  garis diagonal  atau  grafik  histogram  tidak  menunjukkan  pola  distribuso  normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Metode  grafik  ini  memiliki  kelemahan  yaitu  pengamatan  visual  dari
grafik tersebut terkadang menyesatkan apabila tidak dilakukan dengan hati – hati.
Secara visual bisa saja terlihat normal, tetapi secara statistik bisa sebaliknya. Oleh karena  itu  dilakukan  pula  uji  normalitas  secara  statistik.  Uji  statistik  yang  dapat
digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non – parametrik
Kolmogrov-Smirnov  K-S.  Jika  hasil  Kolmogrov-Smirnov  menunjukkan  nilai signifikan diatas 0,05 maka data terdistribusi dengan normal, sedangkan jika hasil
Kolmogrov-Sminorv  menunjukkan  nilai  signifikan  dibawah  0,05  maka  data residual terdistribusi tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
Uji  multikolinearitas  bertujuan  untuk  menguji  apakah  model  regresi ditemukan  adanya  korelasi  antar  variabel  bebas  independen  Ghozali,  2013.
Model  regresi  yang  baik  seharusnya  tidak  terjadi  korelasi  diantara  variabel independen. Multikolinearitas dapat dideteksi dengan:
a  Matrik korelasi variabel independen Jika  antar  variabel  independen  ada  korelasi  yang  cukup  tinggi  umumnya  di
atas  0,90  mengindikasikan  adanya  multikolinearitas.  Selain  itu  dapat disebabkan  juga  karena  adanya  efek  kombinasi  dua  atau  lebih  variabel
independen.
b  Nilai tolerance dan Variance Inflation Factor VIF Kedua  ukuran  ini  menunjukkan  setiap  variabel  independen  manakah  yang
dijelaskan  oleh  variabel  independen  lainnya,  dengan  kata  lain  variabel independen  dan  diregres  terhadap  variabel  independen  lainnya.  Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel  independen  lainnya.  Jadi  nilai  tolerance  yang  rendah  sama  dengan
niali  VIF  yang  tinggi  karena  VIF  =  1tolerance.  Nilai  cut  off    yang  umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance
0,10  atau  sama  dengan  VIF    10.  Jadi  dekatakan  tidak  terjadi multikolinearitas apabila nila tolerance  0,10 dan nilai VIF  10.
3. Uji Autokorelasi
Uji  autokorelasi  bertujuan  menguji  apakah  dalam  model  regresi  linear ada  korelasi  antara  kesalahan  pengganggu  pada  periode  t  dengan  kesalahan
pengganggu pada periode t-1 sebelumnya  Ghozali, 2013. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi
yang  berurutan  sepanjang  waktu  berkaitan  satu  dengan  lainnya.  Masalah  ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke
observasi lainnya, Salah  satu  cara  untuk  mendeteksi  adanya  autokorelasi  yaitu  dengan  uji
durbin-watson  DW  test.  Uji  DW  test  hanya  digunakan  untuk  autokorelasi tingkat  satu  first  order  autocorrelation  dan  mensyaratkan  adanya  intercept
konstanta  dalam  model  regresi  serta  tidak  ada  variabel  lag  diantara  variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H : tidak ada autokorelasi r = 0
H
A
: ada autokorelasi r ≠ 0 Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Tabel 3.4. Daftar Pengambilan Keputusan Ada Tidaknya Autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan
Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak
0  d  dl Tidak ada autokorelasi positif
No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak
4 – dl  d 4
Tidak ada korelasi negatif No decision
4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, Positif atau negatif
Tidak ditolak du  d  4
– du Sumber: Ghozali, 2013
4. Uji Heterokedastisitas