keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku swamedikasi terhadap penderita, dokterpelayanan kesehatan, farmasis, pengambil kebijakan dan
industri farmasi dapat dilihat pada tabel I Sihvo, 2000.
Tabel I. Keuntungan dan Kerugian Swamedikasi Sihvo, 2000
Objek Keuntungan
Kerugian
Kenyamanan dan kemudahan akses
Diagnosis tidak sesuai tertunda Tanpa biaya periksa konsultasi
Pengobatan berlebihan tidak sesuai
Hemat waktu Kebiasaan menggunakan OTR
Empowerment Adverse Drug
Reaction Ada indikasi yang tak terobati
Pasien
Kenaikan biaya berobat Penurunan beban kerja
Tidak dapat melakukan monitoring terapi
Lebih banyak waktu untuk menangani kasus penyakit berat
Kehilangan kesempatan untuk konseling dengan pasien
Berkurangnya peran Dokter sarana
pelayanan kesehatan
Berkurangnya pendapatan Farmasis
Perannya akan lebih dibutuhkan di Apotek
Adanya konflik kepentingan antara bisnis dan etika profesi
Pengambil kebijakan Menghemat biaya kesehatan
masyarakat Industri Farmasi
Meningkatkan profit pada penjualan obat bebas
-
3. Penyakit RinganMinor Illness
Terdapat bermacam-macam pengertian minor illness, namun secara umum didefinisikan sebagai kondisi klinis yang relatif ringan dan hanya membutuhkan
sedikit intervensi atau bahkan tidak sama sekali self-limited disease. Beberapa contoh penyakit ringan antara lain infeksi saluran nafas atas karena virus, pusing,
demam, batuk, gusi bengkak, dermatitis kontak, diare, konstipasi, dyspepsia, sariawan, sakit tenggorokan, sakit gigi dan vaginal thrush. Colin-Thome, -.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Golongan Obat Swamedikasi Obat Bebas, Bebas Terbatas dan OWA
Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang siap untuk digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, pengingkatan kesehatan dan kontrasepsi. Penggolongan obat yang beredar di Indonesia, yang dimaksudkan
untuk peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi, terdiri dari 6 golongan yaitu: 1 obat bebas, 2 obat bebas terbatas, 3 obat wajib
apotek OWA, 4 obat keras, 5 psikotropika, dan 6 narkotika. Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA,
khusus untuk yang disebut terakhir adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter hanya oleh apoteker di apotek dan terbatas pada obat keras yang
tercantum dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Obat Wajib Apotek DepKes R.I., 1996c.
Sesuai dengan namanya, golongan obat bebas dapat diperjualbelikan secara bebas, tanpa resep dokter. Obat-obat tersebut dapat diperoleh di apotek dan warung
Widjajanti, 1989. Pada zaman Belanda, golongan obat bebas terbatas juga disebut obat dalam
daftar W W= Warschuwing = peringatan. Obat kelompok ini dapat diperjualbelikan secara bebas dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai
dengan tanda peringatan. Tanda peringatan ditulis dengan huruf putih diatas kertas yang umumnya berwarna hitam Widjajanti, 1989.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Ada enam macam tanda peringatan yang dipilih sesuai dengan obatnya, yaitu Widjajanti, 1989:
Peringatan no.1 :Awas Obat keras. Bacalah aturan memakainya Peringatan no.2 :Awas Obat keras. Hanya untuk kumur, jangan ditelan
Peringatan no.3 :Awas Obat keras. Hanya untuk bagian luar badan Peringatan no.4 :Awas Obat keras. Hanya untuk dibakar
Peringatan no.5 :Awas Obat keras. Tidak boleh ditelan Peringatan no.6 :Awas Obat keras. Obat wasir jangan ditelan.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380ASKVI83 tanggal 15 Juni 1983, obat bebas dan obat bebas terbatas harus diberi tanda khusus
berupa lingkaran. Untuk obat bebas, warna lingkarannya hijau dengan tepi garis hitam, sedangkan untuk obat bebas terbatas, warna lingkarannya biru tua dengan garis
tepi hitam DepKes R.I., 1996b. Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker
kepada pasien di apotek tanpa resep dokter. Dalam melayani pasien yang memerlukan obat wajib apotek, apoteker diwajibkan untuk memenuhi ketentuan dan
batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan. Apoteker di apotek juga diwajibkan membuat catatan pasien serta obat
yang telah diserahkan dan memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping, dan hal lain yang perlu diperhatikan pasien DepKes
R.I., 1996a.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter untuk swamedikasi harus memenuhi kriteria, yaitu: 1 tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita
hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun, 2 pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit, 3
penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, 4 penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi di Indonesia, 5 obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Sampai saat ini
terdapat 3 daftar yang memuat golongan OWA yang lazim disebut OWA.1, 2, dan 3 Anonim, 1993.
5. Pemilihan dan Penggunaan Obat Tanpa Resep