Pembuatan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Sediaan

karena proses penghomogenan menggunakan blender akan menghasilkan energi panas yang dikhawatirkan dapat mendegradasi senyawa karotenoid pada bedak. Penambahan magnesium stearat dilakukan di akhir pembuatan bedak dikarenakan sifat nonpolar yang dimiliki magnesium stearat. Jika penambahan dilakukan bersamaan dengan bahan lainnya, maka magnesium stearat tidak bisa bercampur dengan bahan lain. Pencampuran dilakukan menggunakan blender selama 1 menit untuk meminimalisir kontak senyawa karotenoid dengan panas yang dihasilkan blender.

C. Pembuatan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif Sediaan

Kontrol positif dan kontrol negatif dibuat dengan prosedur yang sama dengan pembuatan sediaan bedak tabur kecuali amilum manihot dan magnesium stearat tanpa menggunakan sari wortel. Seluruh bahan-bahan tanpa sari wortel dihomogenkan menggunakan blender dari kuantitas bahan terkecil sampai kuantitas bahan terbesar. Penghomogenan dilakukan selama 1 menit. Tidak dilakukan proses pendiaman dan pemanasan karena pada kontrol positif tidak digunakan pewarna dari sari wortel. Amilum dan magnesium strearat digunakan sebagai bahan uji karena kedua bahan tersebut terdapat dalam formula sediaan bedak tabur. Amilum digunakan sebagai komponen daya serap bedak sedangkan magnesium stearat digunakan sebagai komponen daya lekat pada bedak. Tidak ditemukan potensi iritasi pada amilum dan magnesium stearat sehingga kedua bahan ini dapat digunakan sebagai kontrol negatif BeMiller dkk., 2009; Rowe dkk., 2009. Sodium Lauryl Sulfate SLS dibuat dengan kadar 1 dalam 100 g sediaan. Berdasarkan studi iritasi kulit akut pada hewan disimpulkan bahwa 0,5 - 10 Sodium Lauryl Sulfate menyebabkan iritasi ringan Robinson dkk., 2010. Sodium Lauryl Sulfate SLS dengan kadar 1 digunakan karena mampu mengiritasi siput tetapi tidak membuat siput mati. Pada tahap orientasi digunakan kadar 1, 2 dan 5. Hasilnya siput yang diberi SLS kadar 2 dan 5 mati, sedangkan pada kadar 1 siput tetap hidup. Jika siput mati selama penelitian, maka mukus yang sudah dihasilkan tidak bisa digunakan karena siput akan berhenti memproduksi ALP, albumin dan LDH yang akan diukur sebagai parameter kerusakan jaringan pada siput. Asam salisilat dibuat dengan kadar 0,5 dalam 100 g sediaan. Dalam kosmetik, penggunaan asam salisilat dibatasi maksimal 2 karena penggunaan berlebihan akan menyebabkan iritasi pada kulit Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 2011. Asam salisilat dengan kadar 0,5 digunakan karena asam salisilat dengan kadar 0,5 tidak membuat siput mati. Pada tahap orientasi digunakan kadar 0,5, 1, 1,5 dan 2. Hasilnya siput yang diberi asam salisilat kadar 1, 1,5 dan 2 mati, sedangkan pada kadar 0,5 siput tetap hidup. Kontrol negatif arbutin dibuat dengan kadar 5 dalam 100 g sediaan. Digunakan 5 karena batas penggunaan arbutin pada sediaan topikal adalah 7 Scientific Committee on Consumer Products, 2008. Penggunaan arbutin dengan kadar 5 dianggap tidak menimbulkan iritasi dan dapat digunakan sebagai kontrol negatif.

D. Slug Irritation Test

Dokumen yang terkait

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota L) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio)

27 316 74

Pengaruh Konsentrasi Tepung Wortel (Daucus carota) pada Pakan Terhadap Peningkatan Warna Ikan Maskoki (Carassius auratus)

9 129 68

Karakteristik Fisikokimia Pati Umbi Keladi Sebaring (Alocasia macrorhiza) yang Dimodifikasi dengan Metode Asetilasi dan Aplikasinya pada Produk Mi Kering

1 96 107

Formulasi Sediaan Bedak Kompak Menggunakan Sari Wortel (Daucus carota L.) Sebagai Pewarna

223 786 79

Pembuatan Edible Film Dari Campuran Ekstrak Wortel (Daucus carota L.), Dengan Pati Dan Gliserin Sebagai Bahan Pengemas

11 88 65

Penggunaan Sari Wortel (daucus carota l.) Yang Dipekatkan Dalam Sediaan Krim Pelembab.

21 80 60

Uji In Vivo dan Validasi Protokol Slug Irritation Test pada sediaan cooling gel ekstrak daun Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lmk) De Wit) dengan metode Classification And Regression Tree (CART).

0 10 92

Uji in vivo validasi protokol slug irritation test pada sediaan lotion repelan minyak Peppermint (Mentha piperita) menggunakan metode Classification and Regression Trees (CART).

1 6 77

Perbandingan sifat fisis bedak tabur berbahan dasar amilum solani (Solanum tuberosum L.) dan amilum manihot (Manihot utilissima L.) dengan pewarna karotenoid dari buah labu kuning (Cucurbita moschata Duch.) - USD Repository

1 3 123

Perbandingan sifat fisis bedak tabur berbahan dasar amilum solani (Solanum tuberosum L.) dan amilum manihot (Manihot utilissima L.) dengan pewarna karotenoid dari umbi wortel (Daucus carota L.) - USD Repository

1 2 118