c
Inovasi terputus
: Melibatkan pengenalan sebuah produk yang sepenuhnya baru yang menyebabkan pembeli
mengubah secara signifikan pola perilaku. Menurut Setiadi 2003:409, pada umumnya inovasi yang
dilakukan perusahaan dapat berupa : 1.
Inovasi kemasan : melakukan pembaharuan pada kemasan,
namun isi tetap sama. 2.
Inovasi produk : melakukan pengembangan produk baru,
atas dasar produk yang sudah ada. 3.
Inovasi tempat : melakukan pembaharuan tempat menjual
produk atau memberikan layanan jasa agar lebih menarik. Menurut Barata 2007:69, Inovasi innovativeness dapat diukur
dengan menggunakan 3 indikator, yaitu : a
Modern : Menghasilkan produk secara massal yang
mengikuti kebutuhan konsumen. b
Investasi Pengembangan :
Ide atau kreatifitas dalam menciptakan dan mengembangkan macam varian produk yang
lebih baik. c
Uniqueness : Sisi keunikan yang dimiliki oleh suatu produk.
2.2.7 Intensi Membeli Purchase Intention
Menurut tricomponent attitude model schiffman dan kanuk, 1994 ; dan Engel, Blackwell, Miniard, 1993, sikap terdiri atas tiga komponen :
kognitif pengetahuan dan persepsi konsumen, afektif emosi dan perasaan konsumen, dan konatif tindakan atau perilaku konsumen.
Dalam bidang pemasaran berkaitan dengan konsumen, conative biasanya diungkapkan dengan keinginan untuk membeli oleh konsumen.
Intensi membeli adalah tahap terakhir dari rangkaian proses keputusan pembelian konsumen, yang dimulai dari munculnya kebutuhan
akan suatu produk atau merek need arousal, dilanjutkan dengan pemrosesan informasi oleh konsumen consumer information processing,
selanjutnya konsumen akan mengevaluasi produk atau merek tersebut. Hasil evaluasi ini yang akhirnya memunculkan intensi untuk membeli,
sebelum akhirnya konsumen benar-benar melakukan pembelian Assael, 1992:61.
Pengetahuan akan intensi membeli dibutuhkan perusahaan untuk mengetahui intensi konsumen terhadap suatu produk maupun dalam
memprediksi perilaku konsumen di masa mendatang. Indikator – indikator dari intensi membeli menurut jurnal Barata
2007:69 : a
Konsiderasi untuk membeli : Pertimbangan konsumen untuk melakukan pembelian.
b Kemungkinan untuk membeli : Kemungkinan konsumen untuk
membeli kembali dan memakai produk tersebut.
2.2.8 Pengaruh Pengetahuan Merek Induk terhadap Sikap Brand Extension
Logika yang mendasari adalah penularan kekuatan merek induk ke dalam produk baru yang akan diluncurkan. Karena merek induk sudah
memiliki ekuitas dan mempunyai komunitas konsumen, pasar lebih siap untuk menerima produk baru dengan merek induk muncul di pasar, merek
tersebut akan memicu jaringan memori untuk mengenalinya. Menurut Magdalena 2004:244, salah satu faktor penentu
keberhasilan suatu perluasan merek adalah kekuatan ekuitas merek induknya.
Untuk menentukan gambaran kualitas dari suatu brand extension secara umum, maka pengetahuan konsumen tentang darimana brand itu
berasal dibutuhkan. Dalam kaitan ini apabila konsumen diminta untuk menentukan sikap terhadap brand extension maka dibutuhkan pengetahuan
tentang merek induk Broniarczyk dan Alba 1994, dalam Phang, 2004 dalam Barata, 2007: 68.
Menurut Aaker 1991 di dalam Durianto 2004:148 merek inti membantu perluasan, dimana merek inti mendukung merek-merek yang
mengalami perluasan.
2.2.9 Pengaruh Persepsi Kualitas terhadap Sikap Brand Extension