Cronbach belajar  yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami: dan dalam  mengalami  itu  si  pelajar  mempergunakan  pancainderanya.
Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapat Harold Spears 1955 : 94 dalam  Sumadi  Suryabrata,  2006:231  yang  menyatakan,  bahwa  :
learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
Senada  dengan  apa  yang  dikemukakan  Cronbach  diatas  itu  ialah pendapat  McGeoh  dalam  Sumadi  Suryabrata,  2006:231  yang
menyatakan bahwa : learning is a change in performance as a result of practice Skinner, 1958:109.
Selanjutnya  definisi  yang  lebih  eksplisit  lagi  yaitu  dengan menunjukan  yang  bukan  belajar  adalah  definisi  yang  dikemukakan
oleh  Hilgard  dalam  Sumadi  Suryabrata,  2006:232.  Dia  memberikan definisi  sebagai  berikut : learning  is  the  process  by  which  an  activity
originates  or  is  changed  through  training  procedures  whether  in  the laboratory  or  in  the  natural  environment  as  distinguished  from
change by factors not attributable to training Hilgard, 1948:4 Definisi-definisi  yang  telah  dikemukakan  itu  diberikan  oleh
beberapa  ahli yang  berbeda  pendiriannya  dan  berlain-lainan  titik- tolaknya namun dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Bahwa  belajar  itu  membawa  perubahan  dalam  arti behavioral changes, aktual maupun potensial
b. Bahwa  perubahan  itu  pada  pokoknya  adalah  didapatkanya kecakapan baru dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit.
c. Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha dengan sengaja
2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Belajar a. Dari Siswa
1 Tingkat Inteligensi Kecerdasan Tingkat  inteligensi  kecerdasan  sangatlah  perlu  untuk
diketahui.  Intelegensi  Abror,  1993:  43  merupakan  salah  satu dari  beberapa  gejala  kejiwaan  yang  sulit  dipahami.  Padahal
sudah tidak diragukan lagi, bagaimana besar peranannya dalam berbagai  bidang  kehidupan,  khususnya  dalam  bidang
pendidikan  dan  pengajaran.  Walaupun  terdapat  berbagai anggapan mengenai bagaimana peranan intelegensi itu, namun
paling  tidak,  terdapat  anggapan  umum  bahwa  intelegensi  itu merupakan  salah  satu  faktor yang  ikut  menentukan  berhasil-
tidaknya belajar seseorang. Intelegensi  adalah  salah  satu  kemampuan  mental,  pikiran
atau  intelektual  manusia.  Intelegensi  merupakan  bagian  dari proses-proses  kognitif  pada  urutan  yang  lebih  tinggi  higher
order  cognition.  Secara  umum  intelegensi  sering  disebut kecerdasan,  sehingga  orang  yang  memiliki  intelegensi  tinggi
sering disebut pula sebagai orang cerdas atau jenius Suharnan, 2005: 345.
Solso  dalam  Suharnan,  2005:  346  mendefnisikan intelegensi  sebagai  kemampuan  memperoleh  dan  menggali
pengetahuan,  menggunakan  pengetahuan  untuk  memahami konsep-konsep  konkret  dan  abstrak,  dan  menghubungkan  di
antara  obyek-obyek  dan  gagasan-gagasan,  menggunakan pengetahuan  dengan  cara-cara  yang  lebih  berguna  in  a
meaningful way atau efektif. 2 Motivasi Belajar
Motivasi  yang  ada  pada  setiap  orang  tidaklah  sama, berbeda-beda  antara  yang  satu  dengan  yang  lain.  Sebagai
siswa,  mempunyai  motivasi  belajar  sangat  menguntungkan, karena  dapat  membantu  dirinya  sendiri  dalam  menuntut  ilmu
pengetahuan. Dalam  kegiatan  belajar,  berlangsung  dan  keberhasilannya
bukan  hanya  ditentukan  oleh  faktor  intelektual,  tetapi  juga faktor-faktor  non-intelektual,  termasuk  salah  satunya  ialah
motivasi.  Oleh  sebab  itu,  motivasi  belajar  dapat  diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa
yang  menimbulkan  kegiatan  belajar,  menjamin  kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu
demi  mencapai  suatu  tujuan  Winkel,  1987:  92,  dalam  Abror, 1993: 114-115.