Uji Asumsi Klasik Gambaran Umum Perusahaan

65 Hasil jawaban responden juga menunjukan bahwa mayoritas jawaban responden mengenai variabel kinerja karyawan adalah Setuju S sebesar 75,5, Sangat Setuju SS sebesar 15,2, Ragu-ragu RG sebesar 8,5, Tidak Setuju TS sebesar 0,5, dan Sangat Tidak Setuju STS sebesar 0.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik

Setelah melakukan analisis regresi berganda, penulis melakukan pengujian asumsi klasik.Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE Best Linier Unbiased Estimation atau perkiraan yang efisien dan tidak biasa. Kriteria pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:

4.2.2.1 Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Pada uji normalitas terdapat dua cara yang dapat digunakan yaitu: a Analisis Grafik Normalitas data dapat dilihat melalui penyebaran titik pada sumbu diagonal daro P-Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: Apabila data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 66 Gambar 4.2 Hasil Uji Regression Standartized Residual Sumber : Hasil Penelitian 2015 diolah Gambar 4.2 terlihat bahwa variabel berdistribusi normal.Hal tersebut ditunjukkan oleh distribusi data yang tidak menceng ke kiri atau ke kanan. Sedangkan hasil analisis Grafik P-Plot uji normalitas adalah sebagai berikut: Gambar 4.3 Hasil Uji Normal P-P Plot Of Regression Strandartized Residual Sumber : Hasil Penelitian 2015 diolah Gambar 4.3 P-P plot menunjukkan bahwa titik-titik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal. b Analisis Statistik Pengujian normalitas yang didasarkan pada uji statistik non parametik Kolmogorov-Smirnov K-S. Apabila nilai Kolmogorov-Smirnov Z ≤1,97 atau nilai 67 asymp.Sig 2 tailed � maka data dinyatakan berdistribusi normal. Berikut adalah Tabel 4.9 hasil ujiKolmogorov-Smirnov. Tabel 4.9 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 70 Normal Parameters a,b Mean 0E-7 Std. Deviation 1,26971450 Most Extreme Differences Absolute ,063 Positive ,063 Lanjutan Tabel 4.9 Uji Kolmogorov-Smirnov Sumber : Hasil Peneitian 2015 diolah Menurut Situmorang dan Lufti 2014:121, apabila pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov, nilai Asymp Sig 2-tailed lebih besar dari nilai signifikan 0,05, dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z lebih kecil dari 1,97 maka data dikatakan normal. Pada Tabel 4.1 dapat dilihat nilai Asymp Sig 2-tailed 0,941 lebih besar dari 0,05 dan nilai Kolmogorov-Smirnov Z 0,530 lebih kecil dari 1,97, sehingga model regresi yang diperoleh adalah berdistribusi normal.

4.2.2.1 Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, dan yang seharusnya tidak terjadi maka dikatakan ada homokedastisitas, sedangkan jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas Situmorang dan Negative -,040 Kolmogorov-Smirnov Z ,530 Asymp. Sig. 2-tailed ,941 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. 68 Lufti, 2014 : 121-122. Gejala heterokedastisitas dapat dideteksi dengan dua cara yaitu: a. Analisis Grafik Gejala heterokedastisitas dapat dilihat dengan menggunakan grafik Scatterplot.Apabila data yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola atau menyebar, maka model regresi tidak terkena heterokedastisitas. Kriteria pengambilan keputusan: 1 Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heterokedastisitas. 2 Jika diagram yang ada pencar tidak membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi tidak mengalami gangguan heterokedastisitas. Gambar 4.4 Scatterplot Uji Heterokedastisitas Sumber : Hasil Penelitian 2015 diolah Gambar 4.4 terlihat titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi. b. Analisis Statistik 69 Kriteria keputusan: 1 Jika probabilitas 0,05 maka tidak mengalami gangguan heterokedasti sitas. 2 Jika probabilitas 0,05 maka mengalami gangguan heterokedastisitas. Gejala heterokedastisitas dapat juga dideteksi melalui uji Glejser. Tabel 4.10 berikut ini menampilkan hasil pengujian heterokedastisitas dengan uji Glejser. Tabel 4.10 Hasil Uji Glejser Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant -1,274 2,831 -,450 ,654 pelatihan ,048 ,034 ,205 1,402 ,166 disiplin ,005 ,058 ,012 ,080 ,936 a. Dependent Variable: absut Sumber : Hasil Penelitian 2015 diolah Tabel 4.10menunjukan bahwa kolom Sig. pada tabel koefisien regresi untuk variabel independen adalah 0,166 dan 0,936, atau probabilitas lebih besar dari 0,05 maka tidak terjadi gangguan heterokedastisitas. Hal ini menunjukkan semua variabel independent yang terdiri dari pelatihan dan disiplin kerja, signifikan secara statisik mempengaruhi variabel dependent.

4.2.2.3 Uji Multikolinieritas

Artinya variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitasdapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF Variance Inflation Factor melalui program SPSS. Tolerance mengukur 70 variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variable independen lainnya. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai Tolerance 0,1 atau nilai VIF 5, maka tidak terjadi multikolinearitas Situmorang dan Lufti, 2008:147. Pengujian multikoliniearitas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.11 Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toleran ce VIF Constant 9,846 4,841 2,034 ,046 pelatihan ,294 ,059 ,504 4,995 ,000 ,670 1,493 disiplin kerja ,314 ,099 ,321 3,175 ,002 ,670 1,493 a. Dependent Variable: kinerja Sumber : Hasil Penelitian 2015 diolah Tabel 4.11menunjukan variabel pelatihan dan disiplin kerja memiliki nilai Tolerance0,670, 0,670, 0,1 dan nilai VIF 1,493, 1,493 5 maka variabel tersebut tidak terkena multikolinearitas. 4.3Analisis Regresi Linier Berganda Metode analisis regresi linier berganda berfungsi untuk mengetahui pengaruh atau hubungan antara variabel independent dan variabel dependent akan digunakan analisis regresi linier berganda multiple regression analysis. Peneliti menggunakan bantuan program software SPSS for Windows untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, dengan menggunakan metode Enter.MetodeEnter 71 dilakukan dengan memasukkan semua variabel bebas sebagai variabel prediktor. Seluruh variabel akan dimasukkan ke dalam analisis untuk mengetahui apakah variabel independent mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel dependent. Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik, dapat diketahui bahwa data telah lulus uji asumsi klasik, sehingga data siap untuk di uji dengan analisis regresi linear berganda. Hasil analisis regresi linear berganda seperti berikut ini : Tabel 4.8 Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 9,846 4,841 2,034 ,046 pelatihan ,294 ,059 ,504 4,995 ,000 disiplin kerja ,314 ,099 ,321 3,175 ,002 a. Dependent Variable: kinerja Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 +e = 9.846 + 0,294X 1 + 0,314X 2 + e Keterangan : Y = Kinerja a = Konstanta b 1 = Koefisien Linear Berganda X 1 = Pelatihan X 2 = Disiplin kerja e = Standard Eror a Konstanta a pada Y = 9.846 artinya walaupun variabel pelatihan dan disiplin kerja berniali nol maka kinerja karywan akan tetap 9.846. 72 b Koefisien regresi pelatihan X 1 = 0,294 artinya apabila pelatihan dinaikkan sebesar satu satuan, maka akan menaikkan kinerja karyawansebesar 0,294 c Koefisien regresi disiplin kerja X 2 = 0,314 artinya apabila disiplin kerja dinaikkan satu satuan, sedangkan variabel lainnya dianggap tetap, maka akan menaikkan kinerja karyawan sebesar 0,314. 4.4 Pengujian Hipotesis

4.4.1 Uji Signifikan Simultan Uji F