tinggi khususnya dalam peningkatan kompetensinya maka kompetensi masing- masing guru tidak akn berubah, walaupun hal tersebut dirangsang oleh apa saja
tetap tidak akan mengalami perubahan. b.
Terbatasnya sarana dan prasarana. Dalam sebuah organisasi apabila ingin meningkatkan suatu efektifitas,
maka dengan sendirinya akan diperlukan suatu sarana dan prasarana untuk menunjang adanya keberhasilan tujuan, keterbatasan sarana dan prasarana akan
menghambat menjadi kendala diadakannya berbagai kegiatan ataupun program pembinaan kompetrensi profesional guru, dengan tidak adanya sarana dan
prasarana yang mendukung, maka kegiatan pun tidak berjalan dengan lancar. c.
Satuan kurikulum pembinaan yang sulit dipahami. Kurikulummateri sebagai sarana dalam penyampaian pemahaman
tentang tujuan dan arah pelaksanaan yang mengandung esensi pelaksanaan dilapangan setelah dapat ikut program tersebut diharapkan dapat mengaplikasikan,
namun dalam pelaksanaan pembinaan kompetensi profesional yang dilakukan oleh pemerintah Departemen Pendidikan Nasional, ataupun Dinas Pendidikan
Kabupaten Tangerang masih belum bisa merealisasikan pemahaman tentang kurikulum materi kepad guru dalam upaya pelaksanaan dilapangan sesuai
dengan sarana dan prasarana yang terbatas.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang ”pembinaan kompetensi profesional guru SMP Assalam Cipondoh Tangerang
” dapat disimpulkan bahwa upaya pihak yang bertanggungjawab terhadap peningkatan
kualitas pendidik, baik kepala sekolah, pemerintah kota Tangerang, kantor kementrian agama maupun dinas pendidikan kota Tangerang, dalam pelaksanaan
fungsi-fungsinya yaitu mulai dari kebijakan sehingga aplikasi dalam program pembinaan telah mengindikasikan pelaksanaan yang cukup baik.
1. Secara umum kegiatan pembinaan kompetensi guru di SMP Assalam
Cipondoh Tangerang sudah baik sesuai dengan anjuran undang-undang ataupun peraturan pemerintah, dan sebagian program diadakan atau
dilaksanakan oleh sekolah. 2.
Kepala sekolah membina dan melatih para guru di sekolah antara lain dengan penugasan mewakili sekolah sesuai bidangnya, mengikuti
sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, dan melakukan koordinasi dengan para guru, baik yang sudah mengikuti pembinaan
maupun yang belum mengikuti kegiatan tersebut.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan saran berkaitan dengan pembinaan kompetensi profesional guru di SMP Assalam Cipondoh
Tangerang, sebagai berikut : 1.
Untuk para pendidik dan tenaga kependidikan sendiri, hendaknya tidak hanya terfokus pada permasalahan kesejahteraan belaka, tetapi yang paling
penting adalah bagaimana mengembangkan diri agar dapat merealisasikan pengembangan kompetensi profesional dalam penerapan belajar mengajar
sehingga hasil pendidikan lebih meningkat. 2.
Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan berusaha mengikutsertakan guru dalam setiap pembinaan yang diadakan, sebagai
upaya memotivasi guru dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi guru.
3. Dengan banyaknya metode pembinaan yang dilakukan di SMP Assalam
Cipondoh Tangerang, baik melalui Kementrian Agama, maupun Dinas Pendidikan setempat hal tersebut akan lebih menunjang ketercapaian
tujuan peningkatan kompetensi profesional guru, bila materi yang diberikan dalam pembinaan lebih berorientasi terhadap aplikasi di sekolah
nanti sesuai dengan sarana dan prasarana yang di miliki.