Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nurlailah

NIM 1110018200071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M


(2)

Program Studi Fakultas


(3)

(4)

(5)

(6)

i

Profesional Tenaga Pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan. Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat efektivitas pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang telah berlangsung di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif analisis, ini berarti bahwa data yang dikumpulkan adalah berupa data-data kuantitatif kemudian dihimpun, diolah, dan dianalisis untuk mendapatkan kejelasan atau deskripsi terhadap masalah yang diangkat. Penelitian ini memusatkan perhatian pada efektivitas pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas yang meliputi, pembinaan terhadap keterampilan mengajar, pembinaan terhadap kemampuan mengajar, disiplin kerja, dan kepuasan kerja tenaga pendidik yang ada di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan sudah efektif. Akan tetapi, selain itu terdapat kelemahan di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yaitu kurang tersedianya buku-buku bacaan/literatur dalam artian belum mencukupi kebutuhan pembaca terutama untuk tenaga pendidik. Untuk itu, kepala sekolah harus meningkatkan kuantitas dan kualitas pembinaan dan supervisi terhadap pendidik, baik proses KBM, bahan ajar, maupun perangkat pembelajaran lain yang menunjang proses kegiatan belajar mengajar siswa di sekolah.


(7)

ii

Competence of Teachers at State Senior High School 10 Kota Tangerang Selatan. Program Study of Education Management, Faculty of Tarbiya and Teacher Training, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

This research aims to know the far of effectiveness level of coaching professional competence of teachers that have been taking place at SMAN 10 Kota Tangerang Selatan. The approach used in this research is quantitative approach with descriptive analysis method. It means that the data collected is in the form of quantitative data and collected, processed, and analyzed to gain clarity or a description of the problems raised. This research focused on effectiveness coaching professional competence of teachers at SMAN 10 Kota Tangerang Selatan.

The results showed that the coaching of professional competence of teachers which was conducted by headmaster and supervisor that include, coaching on teaching skills, ability skills, work dicipline, and coaching on job satisfaction of teachers at SMAN 10 Kota Tangerang Selatan has been effective. Besides that there

are weaknesses in that school, the weaknesses are lack of book/literature availability,

in meaning that did not sufficient yet the reader, especially for teachers. Therefor, the headmaster have to increase the quantity and quality of coaching and supervision of the teachers, either teaching and learning process, teaching materials, and other learning tools that support the learning process of students in the school.


(8)

iii Assalaamu’alaikum wr.wb.

Alhamdulillah wa syukurillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala nikmat sehat, rezeki, dan berkah tiada terhingga serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik di SMAN 10 Kota

Tangerang Selatan”.

Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi akhir zaman beserta keluarga dan sahabatnya. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun ini adalah usaha maksimal yang dapat penulis lakukan. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, dan motivasi dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy‟ari, M.Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya sangat berterimakasih kepada beliau karena selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phil., dosen pembimbing yang selalu sabar

membimbing, memotivasi, dan meluangkan waktu untuk penulis dalam melakukan bimbingan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Dr. Salman Tumanggor, M.Pd., dosen pembimbing akademik yang selalu


(9)

iv dengan baik.

6. Bapak Agus Purwanto, M.Pd., Kepala Sekolah SMAN 10 Kota Tangerang

Selatan yang telah memberikan izin pada penulis dalam melakukan proses penelitian.

7. Bapak Nursalim, S.Pd., Wakil Kepala Sekolah SMAN 10 Kota Tangerang

Selatan yang telah bersedia memberikan informasi terkait program pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan.

8. Dewan guru dan staf Tata Usaha yang telah memberikan kontibusi dalam proses

penelitian yang dilakukan penulis.

9. Jumadi Siman, ayahanda yang selalu memberikan doa dan dukungan baik

secara moril maupun materil.

10. Misnah, ibunda tersayang yang senantiasa memberikan semangat, dorongan,

dan doa yang tiada henti dalam penyelesaian skripsi ini.

11. Kakak dan adik penulis, Brigadir Dodi, SH. Muhammad Yunus, dan Sahlani

yang selalu memberikan motivasi dan bantuan baik secara moril maupun materil. Terkhusus pada Brigadir Dodi, SH. yang tiada henti dalam memberikan semangat, dukungan moril, materil, dan doa yang tiada habisnya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rezeki dan berkah dalam hidupnya!. Amiin.

12. Teman-teman di Program Studi Manajemen Pendidikan kelas B angkatan 2010,

khususnya Siti Maryam, Linda Wahyuningsih, Shifwati Shofwah, Andi Dewi Puspitasari, Ayu Istikomah, Vita Hanafiyah dan Anisa yang telah memberikan semangat dan motivasi pada penulis selama penyusunan skripsi.

13. Teman-teman dan sahabat, Purwanti, Shakeel Ahmed Shaikh, Dita Apriliana,


(10)

v bisa disebutkan satu persatu.

Tiada manusia yang sempurna, begitupun dengan hasil karya yang penulis buat. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih ada kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan pelaksanaan penelitian mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum wr.wb.

Jakarta, 8 Agustus 2016


(11)

vi

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR UJI REFERENSI PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ……….………. ii

KATA PENGANTAR ………. iii

DAFTAR ISI ………. vi

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Identifikasi Masalah ………….………... 4

C. Pembatasan Masalah ………... 4

D. Perumusan Masalah ……….… 5

E. Tujuan Penelitian ……….……… 5

F. Manfaat Penelitian ………... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ……….. 6

1. Pengertian Kompetensi Profesional ……….. 6

a. Pengertian Kompetensi ………... 6

b. Pengertian Profesional ………. 8

c. Pengertian Kompetensi Profesional ………....……. 10


(12)

vii

Pendidik ……….… 21

B. Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ……… 23

1. Pengertian dan Hakikat Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ……….… 23

2. Tujuan Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ………. 25

3. Fungsi dan Prinsip Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ……… 26

4. Ruang Lingkup Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ………. 29

5. Metode Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ………. 31

C. Kerangka Berpikir ……… 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………. 36

B. Metode Penelitian ……… 36

C. Populasi dan Sampel ………... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ……….. 37

E. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ……… 38

F. Teknik Pengolahan Data ………. 39

G. Teknik Analisis Data ………... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMAN 10 Kota Tangerang Selatan …………... 42


(13)

viii

5. Tenaga Pendidik ……… 47

6. Tata Tertib Tenaga Pendidik ………. 47

7. Struktur Organisasi ……… 48

B. Deskripsi dan Analisa Data ………. 48

1. Hasil Angket Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik ………. 49

a. Pembinaan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas ………. 49

b. Pembinaan terhadap Keterampilan Mengajar Tenaga Pendidik ………... 55

c. Pembinaan terhadap Kemampuan Mengajar Tenaga Pendidik ………... 69

d. Pembinaan terhadap Disiplin Kerja Tenaga Pendidik ……. 77

e. Pembinaan terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Pendidik ….. 80

C. Pembahasan ………. 88

1. Pembinaan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas ………... 89

2. Pembinaan terhadap Keterampilan Mengajar Tenaga Pendidik ………. 91

3. Pembinaan terhadap Kemampuan Mengajar Tenaga Pendidik ……..………... 93

4. Pembinaan terhadap Disiplin Kerja Tenaga Pendidik ………... 95

5. Pembinaan terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Pendidik ……… 97


(14)

ix

ulan ………..

B. Saran ……… 101

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

x

Tabel 3 Pembinaan Langsung dari Kepala Sekolah dan Pengawas …..……….. 50

Tabel 4 Mengadakan Pertemuan dengan Tenaga Pendidik Baik Secara Individu

Maupun Kolektif Mengenai Hambatan yang Mereka Alami ... 52

Tabel 5 Membantu Tenaga Pendidik untuk Mengatasi Hambatan dalam

Proses Belajar Mengajar ………..……... 53

Tabel 6 Mengobservasi Pada Saat Mengajar Selanjutnya Mendiskusikan

Hasil Observasi Tersebut dengan Tenaga Pendidik …...………..…….. 53

Tabel 7 Membimbing Tenaga Pendidik yang Belum Optimal dalam Mengajar

sebagai Tindak Lanjut dari Observasi Kunjungan Kelas ... 54

Tabel 8 Rekapitulasi Pembinaan yang Dilakukan oleh Kepala Sekolah

dan Pengawas ………...……….. 55

Tabel 9 Memberikan Arahan untuk Melakukan Variasi dalam Metode

Pengajaran ………..……… 56

Tabel 10 Menghimbau Tenaga Pendidik Agar Melakukan Variasi dalam

Penggunaan Media dan Alat Pengajaran ………...………. 57

Tabel 11 Menekankan Tenaga Pendidik untuk Senantiasa Melakukan Variasi

Gaya Mengajar ……… 58

Tabel 12 Memotivasi Tenaga Pendidik Agar Dapat Menguasai TIK untuk

Mengembangkan Materi Pembelajaran ……….. 59

Tabel 13 Mengarahkan Tenaga Pendidik untuk Tidak Menggunakan Kata-Kata

yang Berbelit-belit yang Tidak Dipahami Siswa ……… 59

Tabel 14 Menghimbau Tenaga Pendidik Agar Memberikan Contoh untuk

Menanamkan Konsep Pengertian ….………...……… 60

Tabel 15 Memberikan Arahan untuk Mengulangi Penjelasan yang Dianggap


(16)

xi

Jelas dan Singkat ………..……….. 63

Tabel 18 Pengarahan Pemberian Acuan Terlebih Dahulu Sebelum Melempar

Pertanyaan Pada Siswa ………...……….………... 63

Tabel 19 Menghimbau Tenaga Pendidik dalam Pemberian Pemusatan

Pertanyaan ………...……… 64

Tabel 20 Mendorong Tenaga Pendidik untuk Melakukan Pemindahan Giliran

dan Penyebaran Pertanyaan Pada Seluruh Siswa ……..……….……… 65

Tabel 21 Tenaga Pendidik Diarahkan Agar Memberikan Waktu Pada Siswa untuk Berpikir dan Menuntun Siswa dalam Berpikir guna Menangkap

Makna Pertanyaan ………..…….……… 66

Tabel 22 Menghimbau untuk Memberikan Penguatan Verbal Pada Siswa ...…… 67

Tabel 23 Menghimbau untuk Memberikan Penguatan Nonverbal …………..….. 67

Tabel 24 Mengarahkan Tenaga Pendidik untuk Terampil dalam Membimbing

Siswa ………...……...………. 68

Tabel 25 Menekankan Tenaga Pendidik untuk Dapat Menguasai Pengelolaan

Kelas ……..……….……… 69

Tabel 26 Rekapitulasi Pembinaan terhadap Keterampilan Mengajar Tenaga

Pendidik …..……….………... 70

Tabel 27 Mengarahkan tentang Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP …………..….. 71

Tabel 28 Mewajibkan Tenaga Pendidik untuk Membuat RPP Sebelum Proses

Pembelajaran Berlangsung ………..……… 72

Tabel 29 Memeriksa RPP yang Telah Dibuat oleh Tenaga Pendidik Sebelum

Proses Pembelajaran ……… 72

Tabel 30 Menganjurkan untuk Menggunakan Metode, Media, dan Bahan


(17)

xii

Ruang, dan Fasilitas Mengajar dengan Baik ………... Tabel 33 Mengadakan Pelatihan Metode Pembelajaran PAKEM (Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan) ………... 76

Tabel 34 Menekankan Tenaga Pendidik untuk Melakukan Evaluasi di Akhir

Pelajaran untuk Mengetahui Pengetahuan Siswa ……… 77

Tabel 35 Rekapitulasi Pembinaan terhadap Kemampuan Mengajar Tenaga

Pendidik ………...……... 78

Tabel 36 Menginstruksikan Tenaga Pendidik Agar Hadir Tepat Waktu …...…... 79

Tabel 37 Menegur Tenaga Pendidik yang Tidak Hadir Tepat Waktu ………...… 79

Tabel 38 Menjadi Contoh dalam Berprilaku Sesuai dengan Kode Etik Guru ... 80 Tabel 39 Rekapitulasi Pembinaan terhadap Disiplin Kerja Tenaga Pendidik ... 81 Tabel 40 Mengembangkan Suasana Bersahabat Kepada Tenaga Pendidik dan

Karyawan ………...………. 81

Tabel 41 Mengarahkan Tenaga Pendidik dan Karyawan Agar Tercipta

Komunikasi yang Baik ………..………. 82

Tabel 42 Melakukan Upaya untuk Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga

Pendidik ………..……… 83

Tabel 43 Memberikan Pelatihan tentang Pengembangan Kurikulum .,...……….. 84

Tabel 44 Memberikan Pelatihan dengan Instruktur dari Orang Dalam ... 84 Tabel 45 Mengadakan Pelatihan dengan Pengajar dari Lembaga Diklat Luar ... 85 Tabel 46 Memfasilitasi Tenaga Pendidik untuk Mengikuti Pelatihan yang

Diadakan Instansi Lain …………..………. 86

Tabel 47 Rekapitulasi Pembinaan terhadap Kepuasan Kerja Tenaga

Pendidikan ………..……… 87

Tabel 48 Rekapitulasi Persentase Efektivitas Pembinaan Kompetensi


(18)

xiii

Gambar 2 Periodesasi Kepala Sekolah SMAN 10 Kota Tangerang Selatan …….. 44

Gambar 3 Logo Sekolah ... 44 Gambar 4 Struktur Organisasi SMAN 10 Kota Tangerang Selatan ... 48 Gambar 5 Diagram Persentase Efektivitas Pembinaan Kompetensi Profesional


(19)

xiv

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian

Lampiran 4 Surat Pernyataan Testimoni Skripsi

Lampiran 5 Uji Referensi

Lampiran 6 Instrumen Angket Tenaga Pendidik

Lampiran 7 Tabulasi Hasil Jawaban Angket Tenaga Pendidik

Lampiran 8 Instrumen Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 9 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 10 Instrumen Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Lampiran 11 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Lampiran 12 Tenaga Pendidik SMAN 10 Kota Tangerang Selatan

Lampiran 13 Arti Lambang SMAN 10 Kota Tangerang Selatan Lampiran 14 Visi dan Misi

Lampiran 15 Tujuan dan Motto


(20)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi terbaik untuk masa depan, karena pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan masyarakat,

menjadikan masyarakat yang berakal dan berbudi. Udin Syaefudin Sa‟ud dan

Abin Syamsuddin Makmun berpendapat bahwa pendidikan adalah upaya yang dapat mempercepat pengembangan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang

dapat dididik dan mendidik.1

Di samping itu, menurut Dictionary of Education (dalam Udin Syaefudin

Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun) menguraikan bahwa:

“Pendidikan merupakan: (a) proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat dimana dia hidup, (b) proses sosial dimana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga mereka dapat memperoleh dan mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individual yang

optimum.”2

Tidak dapat dibayangkan apabila manusia tumbuh dan berkembang tanpa adanya intervensi pendidikan, pendidikan adalah hal yang mutlak dan harus dimiliki oleh seseorang karena dengan adanya pendidikan maka kehidupan seseorang akan terarah dan teratur, sikap dan perilakunya akan terbina untuk menjadi manusia yang bermoral dan berbudi luhur.

Pendidikan adalah investasi terbaik untuk meraih masa depan yang gemilang. Dan dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai ujung tombak

1 Udin Saefudin Sa‟ud dan Abin Syamsuddin Makmun, Perencanaan Pendidikan Suatu

Pendekatan Komprehensif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 4, h. 6. 2


(21)

keberhasilan suatu negara, karena sejatinya kemajuan ataupun ketertinggalan suatu negara ditentukan oleh pendidikan.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dibutuhkan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas, agar dapat berkontribusi aktif dalam

penyelenggaraan pendidikan. Pada hakikatnya, keberhasilan suatu proses pendidikan pada tiap jenjang dan satuan pendidikan ditentukan oleh faktor tenaga pendidik (guru), di samping faktor penunjang lainnya.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, megarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”3

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dijelaskan bahwa:

Pasal 2: Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Pasal 3

Ayat (1): Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Ayat (2): Kompetensi Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.4

Tuntutan yuridis yang tertuang dalam perundang-undangan tersebut di atas belum sepenuhnya sesuai dengan realita kondisi tenaga pendidik atau guru. Kompetensi yang dimiliki tenaga pendidik masih belum optimal dan masih butuh pembinaan dalam meningkatkan kompetensinya.

3

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011, (Bandung: Citra Umbara, 2012), cet. 8, h. 2.

4


(22)

Tugas dan tanggung jawab tenaga pendidik (guru) sebagai pendidik profesional adalah menstimulus peserta didik dalam mengembangkan potensi mereka dan membimbingnya dengan memberikan pengarahan dalam kegiatan pembelajaran.

Dr. Jejen Musfah, MA mengungkapkan bahwa:

“Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada murid. Guru tidak

sekadar mangetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang

diampunya.” 5

Salah satu bentuk aktualisasi tugas guru sebagai tenaga profesional adalah diterbitkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini diharapkan dapat memfasilitasi guru untuk selalu mengembangkan profesiannya secara berkelanjutan. Pelaksanaan program pengembangan keprofesian berkelanjutan ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesi sebagai guru.

SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan didirikan pada tanggal 27 Juni 2006. Dimana awalnya bernama SMAN 5 Ciputat, namun semenjak Ciputat menjadi bagian dari wilayah Kota Tangerang Selatan, berubah nama menjadi SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan. Sekolah ini berdiri dengan keputusan Bupati Kepala Daerah Kabupaten Tangerang mengeluarkan Nomor: 421/Kep.208-Huk/2006 yang berisi tentang pendirian sekolah negeri baru di kecamatan Ciputat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tanggal 27 Juni 2006 sebagai hari lahirnya SMA Negeri 10 Kota Tangerang Selatan.

Dalam perkembangannya, mutu atau kualitas lulusan SMAN 10 Kota Tangerang Selatan masih terbilang sedang. Hal tersebut diindikasikan oleh pemberdayaan kualitas tenaga pendidik yang sudah cukup optimal. Meskipun

5

Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktek, (Jakarta: Kencana , 2011), cet. 1, h. 54.


(23)

demikian kompetensi-kompetensi yang dimiliki guru-guru tersebut masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Perubahan dan perkembangan sains dan teknologi yang terjadi saat ini, menuntut para pendidik untuk lebih meningkatkan kompetensi yang ada. Terlebih sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar belum seutuhnya memadai.

Tidak seluruh tenaga pendidik memiliki kompetensi profesional yang rendah, ada pendidik - pendidik yang kompetensi profesionalnya bagus yaitu di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan. Bagusnya para pendidik ini sangat dimungkinkan karena intensitas program pembinaan yang tinggi, fenomena ini menarik untuk diteliti lebih jauh sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Pembinaan Kompetensi

Profesional Tenaga Pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan ulasan dari latar belakang masalah, maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Belum optimalnya pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik.

2. Kurangnya kesejahteraan tenaga pendidik.

3. Pendidik tidak menekuni profesinya secara utuh.

4. Rendahnya motivasi pendidik dalam meningkatkan kualitas diri.

5. Ketidaksesuaian pendidikan yang pendidik miliki terkait pelajaran yang

ia ajarkan,

6. Terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki sehingga

pendidik tidak mengupdate informasi yang terbaru.

7. Rentan dan rendahnya kepatuhan tenaga pendidik terhadap norma dan

etika profesi keguruan.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang teridentifikasi dan agar penelitian ini tidak menyimpang dan karena keterbatasan pada kemampuan peneliti.


(24)

Maka perlu adanya pembatasan masalah dan peneliti membatasi masalah pada: Belum optimalnya pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah mengenai “sejauhmana tingkat efektifitas pembinaan

kompetensi profesional tenaga pendidik.”

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menjelaskan tingkat efektifitas pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik.

F. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Tenaga pendidik (guru), penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk

lebih meningkatkan kemampuan dan keterampilan, meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

2. Institusi atau sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan

sekolah dalam melakukan proses/kegiatan pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik.

3. Masyarakat, sebagai bahan rujukan dalam mengelola pendidikan

khususnya yang berkaitan dengan pembinaan tenaga pendidik yang berkualifikasi dan profesional.

4. Penulis, penelitian ini sebagai informasi dan pengetahuan baru di bidang

manajemen pendidikan yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme dalam mengelola penyelenggaraan program pendidikan.


(25)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik 1. Pengertian Kompetensi Profesional

a. Pengertian Kompetensi

Sebelum membahas lebih jauh mengenai kompetensi profesional, terlebih dahulu dibahas tentang pengertian kompetensi yang akan dipaparkan oleh beberapa ahli sebagai berikut:

H. Hamzah B. Uno menguraikan bahwa “Dalam terminologi yang

berlaku umum, istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competence sama dengan being competent dan competent sama dengan having ability, power, authority, skill, knowledge, attitude, etc”. 1 Ulasan yang dikemukakan oleh H. Hamzah B. Uno tersebut mengandung pengertian bahwasanya yang dimaksud dengan kompetensi adalah

mempunyai kemampuan, kekuatan, kewenangan, keterampilan,

pengetahuan, dan sikap.

Menurut undang-undang RI No.14 Tahun 2005 pasal 1 ayat 10

tentang guru dan dosen, mengungkapkan bahwa “Kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan”.2 Definisi ini mengandung arti bahwa kompetensi

memiliki arti yang luas, tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang. Kompetensi mencakup pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai

1

H. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), cet. 9, h. 62.

2

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011, op. cit., h. 4.


(26)

oleh guru atau dosen berkenaan dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik profesional.

Menurut Charles E. Johnson dalam Wina Sanjaya “Competency as

rational performance with satisfactorily meets the objective for a desired condition”.3 Jadi, berdasarkan asumsi yang dikemukakan oleh Charles mengenai kompetensi, bahwa kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dengan demikian, suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja yang dapat dipertanggungjawabkan (rasional) dalam upaya mencapai suatu tujuan.

Menurut Majid “Kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen

penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang

pekerjaan tertentu”.4 Definisi ini menjelaskan bahwa sejatinya

kompetensi adalah syarat yang harus dimiliki oleh seseorang sesuai dengan bidangnya agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Piet dan Ida Sahertian dalam Kunandar mengatakan bahwa

“Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh

melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan

performen.”5 Definisi tersebut menjelaskan bahwa kompetensi adalah

serangkaian kemampuan ataupun kecakapan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari kegiatan pendidikan dan pelatihan.

Lebih lanjut Kunandar menulis bahwa “Pengertian kompetensi guru

adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri

guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.”6

3

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2008), cet. 1, h. 277.

4

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), CET. 8, h. 5.

5

Kunandar, Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), cet. 2, h. 52.

6


(27)

Kompetensi tersebut di antaranya meliputi: kompetensi pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian.

Dari beberapa pendapat di atas, penulis dapat menarik benang merah bahwa kompetensi berarti mempunyai kemampuan, kekuatan, kewenangan, keterampilan, pengetahuan dan sikap yang semuanya itu diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang bersifat kognitif, afektif, dan performan.

b. Pengertian Profesional

Selanjutnya beralih pada istilah profesional. Begitu banyak asumsi dan definisi yang diberikan oleh para pakar mengenai konsep

profesional. Untuk dapat memahami makna “profesional”, berikut ini

akan dipaparkan definisi profesional oleh beberapa pakar.

Nana Sudjana dalam Moh. Uzer Usman, mengatakan bahwa:

“Profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan

sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak

dapat memperoleh pekerjaan lain.”7

Definisi di atas menegaskan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang tidak semua orang dapat melakukannya, karena untuk menjalankan/melakukan pekerjaan tersebut dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan tertentu, dan orang yang dapat melakukannya adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik.

Pakar lainnya yaitu Mc Cully, mengatakan “Professionis a vocation

in which professed knowledge of some department of learning or science is used in its application to the affairs of other or in the practice of an art

7

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2010), cet. 24, h. 14.


(28)

founded upon it ”.8 Definisi tersebut menjelaskan bahwa profesi merupakan pekerjaan ataupun panggilan hidup yang mana dalam pelaksanaannya membutuhkan beberapa bidang ilmu yang dipelajari dan diterapkan bagi kepentingan umum.

Kata profesional menurut Jarvis seperti yang dikutip oleh H. Syaiful Sagala menjelaskan “Profesional dapat diartikan bahwa seorang yang

melakukan suatu tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert) apabila

dia secara spesifik memperolehnya dari belajar”.9

Artinya bahwa profesional bukanlah pekerjaan ataupun jabatan yang dapat dimiliki oleh setiap orang, melainkan bahwa profesional adalah suatu pekerjaan yang memerlukan bidang ilmu dan keterampilan khusus di luar jangkauan khalayak ramai, serta memerlukan bimbingan atau pelatihan khusus dalam jangka waktu yang relatif lama. Dan tentunya orang yang profesional adalah orang yang kaya akan pengalaman karena sudah terdidik dengan baik.

Kata profesional dalam buku “Visi Baru Manajemen Sekolah”

disebutkan bahwa, kata profesional merujuk kepada dua hal. Pertama

adalah orang yang menyandang suatu profesi. Kedua adalah kinerja atau

performance seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan

profesinya.10

Dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 disebutkan:

“Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).”11

8

Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), cet. 1, h. 15.

9

H. Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), cet. 4, h. 198.

10

Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah: dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet.3, h. 92.

11

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011, op. cit., h. 3.


(29)

Artinya, suatu pekerjaan profesional menuntut adanya kualifikasi dan keahlian khusus dalam bidang tertentu sesuai dengan profesi atau pekerjaannya. Dan pada sejatinya, profesional adalah hal yang tidak dapat dijangkau oleh semua orang.

Berdasarkan beberapa pengertian profesional yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat menyimpulkan definisi yang tepat mengenai esensi dari profesional, sesuai dengan yang termaktub dalam perundang-undangan RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, bahwasanya profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

c. Pengertian Kompetensi Profesional

Pengertian kompetensi profesional dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c, seperti yang dikutip oleh Mulyasa mengatakan bahwa “Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi

yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan”.12

Hamzah B. Uno menulis bahwa, “Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil”.13

Guru adalah jabatan profesional yang memerlukan berbagai

keahlian/keterampilan khusus. Setiap guru memiliki performa dan kompetensi yang berbeda. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan bahan ajar dan profesional

12

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 4, h. 135.

13


(30)

dalam menjalankan tugas mengajarnya sebagai seorang tenaga pendidik/guru.

Senada dengan pendapat Hamzah B. Uno, Wina Sanjaya menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Lebih lanjut, Wina Sanjaya menyampaikan bahwa kompetensi ini merupakan kompetensi yang sangat penting, oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh sebab itu,

tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini.14

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Jejen Musfah, kompetensi profesional adalah:

“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetensi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.”15

Memahami pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa esensi dari kompetensi profesional adalah sesuai dengan yang termaktub dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi:

(a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar;

(b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait;

(d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan

14

Wina Sanjaya, op.cit., h. 278.

15


(31)

(e) kompetensi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional.

Dalam proses pendidikan, guru sebagai tenaga pendidik adalah tokoh sentral utama dalam pembangunan pendidikan. Sebagai tanaga pendidik profesional, tugas guru bukan hanya mengajar dan mentransfer pengetahuan, melainkan juga harus dapat mendidik dan bertanggung jawab dalam mewariskan nilai-nilai dan norma-norma pada pesera didiknya, sehingga terjadi proses internalisasi nilai-nilai luhur dalam diri peserta didiknya.

2. Karakteristik Kompetensi Profesional

Berikut ini akan diuraikan mengenai karakteristik kompetensi profesional tenaga pendidik menurut beberapa ahli.

Seorang guru harus mencerminkan lima karakteristik dasar yang dituntut dari padanya, dan yang dijadikan sebagai modal terpenting untuk meningkatkan kompetensinya dari segi profesional diantaranya:

a. Mereka yang amanah, menerima tugas sebagai ibadah.

b. Mereka yang memiliki sifat interpersonal yang kuat.

c. Mereka yang berpandangan hidup moral yang beradab.

d. Mereka yang menjadi teladan dalam kehidupan.

e. Mereka yang mempunyai hasrat untuk terus berkembang.16

Pakar lainnya, Oemar Hamalik, merumuskan bahwa guru yang dinilai kompeten secara profesional, apabila ia memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan

sebaik-baiknya.

b. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara

berhasil.

c. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan

pendidikan (tujuan intruksional) sekolah.

16

Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Departemen Agama Islam, 2005), h. 15-16.


(32)

d. Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses

mengajar dan belajar dalam kelas.17

Menurut Gary dan Margaret yang dikutip oleh Mulyasa dalam buku Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, berpendapat karakteristik kompeten secara profesional sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif,

b. Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen

pembelajaran,

c. Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback), dan

penguatan (reinforcement) dan,

d. Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.18

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai karakteristik kompetensi profesional bahwa seorang tenaga pendidik harus memiliki tanggung jawab dengan baik, menjalankan tugasnya dengan baik, memiliki kemampuan dalam menciptakan iklim belajar, mampu mengembangkan strategi pembelajaran, mampu memberikan umpan balik, mampu meningkatkan kualitas diri/kinerja dalam mengajar, menciptakan pembelajaran yang efektif, kondusif, inovatif, dan menyenangkan.

3. Kriteria Kompetensi Profesional

Setelah membahas tentang karakteristik kompetensi profesional tenaga pendidik, selanjutnya beralih pada pembahasan mengenai kriteria/syarat kompetensi profesional tenaga pendidik.

Berikut ini akan diuraikan mengenai kriteria kompetensi

profesional. Seperti yang dikemukakan oleh National Education

Association (NEA) dalam Soetjipto dan Raflis Kosasi menyarankan kriteria berikut:

a. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.

b. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.

17

Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. 6, h. 38.

18

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), cet. 6, h. 21.


(33)

c. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama.

d. Jabatan yang memerlukan „latihan dalam jabatan‟ yang

bersinambungan.

e. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang

permanen.

f. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.

g. Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan

pribadi.

h. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan

terjalin erat.19

Semua kriteria yang telah disebutkan di atas adalah kriteria kompetensi profesional yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga pendidik/guru. Memahami uraian di atas, nampak bahwa tenaga pendidik adalah jabatan profesional yang melibatkan kegiatan intelektual, dan untuk memiliki/memperoleh kemampuan intelektual seseorang harus menempuh pendidikan formal. Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan tinggi dan juga pelatihan khusus. Selain itu dikatakan pula pada poin 2 di atas, bahwa tenaga pendidik adalah jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. Artinya, seorang tenaga pendidik seyogyanya memiliki pengetahuan spesialisasi bidang ilmu tertentu.

Sebelum seseorang melaksanakan pekerjaan profesional ia harus melakukan persiapan secara sistematis, dalam artian bahwa pekerjaan profesional mempersyaratkan pendidikan pra jabatan yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama.

Menurut Drs. Moh. Ali seperti yang dikutip oleh Moh. Uzer Usman, menuliskan beberapa persyaratan khusus berkenaan dengan kompetensi profesional yang harus dimiliki guru sebagai tenaga pendidik, antara lain:

a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan

teori ilmu pengetahuan yang mendalam.

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai

dengan bidang profesinya.

19


(34)

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari

pekerjaan yang dilaksanakannya.

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika

kehidupan.20

Dalam menjalankan perannya sebagai pendidik dan alih

pengetahuan (transfer of knowledge) seorang guru dituntut untuk

terampil dan memiliki kemampuan yang memadai. Selain itu seorang pendidik juga harus menguasai bidang ilmu tertentu, dan juga menguasai metodologi pembelajaran. Untuk memiliki kompetensi yang berkenaan dengan tugas keguruan yaitu dengan mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan keguruan.

Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Drs. H. Martinis Yamin dalam buku Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia mengemukakan kriteria kompetensi profesional harus memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki bakat sebagai guru.

b. Memiliki keahlian sebagai guru.

c. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.

d. Memiliki mental yang sehat.

e. Berbadan sehat.

f. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

g. Guru adalah manusia yang berjiwa Pancasila.

h. Guru adalah seorang warga negara yang baik.21

Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan di atas mengenai kriteria kompetensi profesional tenaga pendidik, dapat disimpulkan bahwa guru/tenaga pendidik adalah jabatan profesional yang menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai, yang membutuhkan berbagai keahlian khusus, di samping sehat secara fisik dan mental, ia pun harus memiliki bakat keterampilan dan wawasan pengetahuan yang luas, memahami dan menguasai ilmu pembelajaran yang diajarkan, dan

20

Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 15.

21

H. Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP, (Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2011), cet. 5, h. 7.


(35)

guru harus menjadi vigur teladan yang baik oleh karena itu guru harus berjiwa pancasila dan warga negara yang baik.

Guru adalah pendidik profesional yang dinamis yang harus menyesuaikan diri terhadap segala konversi yang ada dalam masyarakat yang semakin berkembang termasuk di dalamnya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.

4. Ruang Lingkup Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Keberhasilan dan efektivitas Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) akan tercapai manakala tenaga pendidik sebagai mediator dan fasilitator ahli di dalamnya, artinya ia memang berkompetensi dan profesional. Karena sejatinya, tenaga pendidik akan mampu melaksanakan tanggung jawabnya apabila ia memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya.

Moh. Uzer Usman menguraikan tentang kompetensi profesional, bahwasanya kemampuan profesional ini meliputi hal-hal berikut.

a. Menguasai landasan kependidikan

1) Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan

nasional.

2) Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat.

3) Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat

dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar.

b. Menguasai bahan pengajaran

1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan

menengah.

2) Menguasai bahan pengayaan.

c. Menyusun program pengajaran

1) Menetapkan tujuan pembelajaran.

2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.


(36)

d. Melaksanakan program pengajaran

1) Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat.

2) Mengatur ruangan belajar.

3) Mengelola interaksi belajar mengajar.

e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan

1) Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran.

2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.22

Sedangkan kompetensi profesional yang dalam Permenag Nomor 16/2010 ayat (1) meliputi:

a. Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan

yang mendukung mata pelajaran pendidikan agama;

b. Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran pendidikan agama;

c. Pengembangan materi pembelajaran mata pelajaran pendidikan

agama secara kreatif;

d. Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif; dan

e. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.23

Secara konseptual, unjuk kerja guru menurut Depdikbud dan Johson (1980) dalam Martinis Yamin mencakup tiga aspek, yang salah satunya adalah kompetensi profesional, kompetensi profesional tersebut meliputi:

a. Penguasaan materi pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan

yang harus diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang akan diajarkannya itu.

b. Penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan

kependidikan dan keguruan.

c. Penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan dan

pembelajaran siswa.24

22

Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 17-19.

23

Ali Mudlofir, Pendidik Profesional: Konsep, Strategi, dan Aplikasinya dalam Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 1, h. 108.

24


(37)

Lebih lanjut, Wina Sanjaya menulis tentang beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi profesional, di antaranya:

a. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya

paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham

tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dan lain sebagainya.

c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan

bidang studi yang diajarkannya.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan

strategi pembelajaran.

e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan

sumber belajar.

f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,

misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan.

i. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah

untuk meningkatkan kinerja.25

Pada bagian lain Dr. E. Mulyasa menguraikan ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut.

a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik

filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya;

b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf

perkembangan peserta didik;

c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang

menjadi tanggung jawabnya

d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang

bervariasi;

e. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, media

dan sumber belajar yang relevan;

f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program

pembelajaran;

g. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik;

h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik.26

25

Wina Sanjaya, loc. cit.

26


(38)

Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan sebagai berikut: (a) Memahami Standar Nasional Pendidikan,

(b) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

(c) Menguasai materi standar, (d) Mengelola program pembelajaran, (e) Mengelola kelas, (f) Menggunakan media dan sumber pembelajaran, (g) Menguasai landasan-landasan kependidikan, (h) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, (i) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (j) Memahami penelitian dalam pembelajaran, (k) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, (l) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, dan (m) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran

individual.27

Berdasarkan pemaparan dari berbagai sumber yang telah diuraikan di atas mengenai ruang lingkup kompetensi profesional, nampak bahwa kompetensi profesional adalah kompetensi yang wajib dan harus dikuasai oleh tenaga pendidik, bilamana semua kemampuan tersebut dapat dikuasai maka tenaga pendidik tersebut adalah tenaga pendidik yang berkompeten.

Untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional, begitu banyak rangkaian kemampuan yang harus dikuasai dengan baik, seperti dapat menerapkan landasan kependidikan, mengerti dan dapat menerapkan teori belajar, dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi, terampil menggunakan media pembelajaran, melaksanakan program pembelajaran, mampu mengevaluasi hasil belajar siswa, dan seperti yang telah diuraikan di atas bahwa tenaga pendidik harus dapat menguasai bahan pengajaran yaitu dengan mengkaji bahan penunjang yang relevan dengan bahan bidang studi. Jadi dalam hal ini seorang tenaga pendidik harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

27


(39)

Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik menurut Hasan (2004), seperti yang dikutip oleh Mulyasa, yaitu bahwa sedikitnya mencakup validitas, keberartian, relevansi, kemenarikan, dan kepuasan:

a. Validitas (validity) atau tingkat ketepatan materi. Sebelum

memberikan materi pelajaran seorang guru harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji kebenarannya. Artinya guru harus menghindari memberikan materi (data, dalil, teori, konsep dan sebagainya) yang sebenarnya masih dipertanyakan atau masih diperdebatkan. Hal ini untuk menghindarkan salah konsep, salah tafsir atau salah pemakaian.

b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan

dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar yang diberikan harus relevan dengan keadaaan dan kebutuhan peserta didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Kebermanfaatan tersebut diukur dari keterpakaian dalam pengembangan kemampuan akademis pada jenjang selanjutnya dan keterpakaiannya sebagai bekal untuk hidup sehari-hari sehingga dalam mempelajari materi tersebut, peserta didik memiliki kepercayaan bahwa ia akan mendapat penghargaan nantinya.

c. Relevansi (relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik,

artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan serta masyarakat pengguna saat ini dan yang akan datang.

d. Kemenarikan (interest) pengertian menarik di sini bukan hanya

sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang diberikan melalui proses belajar mengajar di sekolah.

e. Kepuasan (satisfaction) kepuasan yang dimaksud merupakan

hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya, dan peserta didik benar-benar dapat bekerja dengan menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut. Dengan memperoleh nilai/insentif yang sangat berarti

bagi kehidupannya di masa depan.28

28


(40)

Berkaitan dengan materi pembelajaran, tenaga pendidik harus mampu memilih dan merancang materi pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didiknya. Karena pada dasarnya materi pembelajaran (bahan ajar) adalah salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD). Tanpa kompetensi tersebut dapat dipastikan bahwa pembelajaran yang diberikan kepada peserta didiknya akan sangat tidak efektif bahkan gagal karena tidak ada ketercapaian SKKD dalam pembelajaran

5. Tujuan dan Urgensi Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Sebagai tenaga pendidik, guru memiliki tugas pokok dalam melaksanakan pendidikan dan pengajaran di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku. Guru merupakan salah satu unsur ataupun komponen yang memiliki kedudukan penting dalam kegiatan pembelajaran, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Ada pepatah bijak yang

mengatakan bahwa “guru adalah pembelajar seumur hidup”, guru

memiliki kedudukan yang strategis dan menentukan dalam kegiatan belajar mengajar. Secara nyata tenaga pendidik/guru yang kompeten adalah ia yang mampu bekerja dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik secara efektif dan efisien.

Kompetensi profesional tenaga pendidik adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pendidik dalam tugasnya sebagai pendidik yang profesional. Seperti yang dikemukakan oleh Prof.

Dr. Oemar Hamalik bahwa: “Masalah kompetensi profesional guru

merupakan salah satu dari kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap

guru dalam jenjang pendidikan apapun.”29 Lebih lanjut Dr. Oemar

Hamalik menyatakan bahwa: “Kompetensi profesional tenaga pendidik

29


(41)

sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum, karena berhasil atau tidaknya pendidikan terletak pada berbagai komponen dalam proses

pendidikan guru itu, salah satunya adalah kurikulum.”30 Selain itu Dr.

Oemar Hamalik juga menuliskan bahwa:

Kompetensi profesional juga penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh

kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.31

Dalam UURI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional sangat urgen karena berfungsi untuk meningkatkan martabat guru sendiri dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ini tertera pada Pasal 4, yang

berbunyi: “Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan

mutu pendidikan nasional.”32

Selanjutnya, Pasal 6 menyatakan tujuan menempatkan guru sebagai tenaga profesional yaitu:

Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan

bertanggung jawab.33

30

Ibid., h. 36.

31

Ibid. 32

Undang-Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 Tahun 2011, op. cit., h. 6.

33


(42)

B. Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

1. Pengertian dan Hakikat Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Dalam dunia pendidikan, pembinaan adalah hal urgent yang harus

dilakukan demi meningkatkan mutu pendidikan. Karena sejatinya pembinaan yang diberikan kepada tenaga pendidik adalah untuk memperbaiki proses belajar mengajar ke arah yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu pendidikan dan tercapainya tujuan pendidikan yang dirancang sebelumnya.

Untuk memahami makna tentang pembinaan, berikut akan diulas definisi dan hakikat pembinaan dari berbagai sumber.

Istilah pembinaan guru sendiri sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP, dan SMA tentang Pembinaan Guru (Depdikbud, 1984; 1986). Dalam berbagai kepustakaan, baik Indonesia maupun asing, sering diistilahkan supervisi. Secara terminologis, pembinaan guru sering diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, penilik sekolah dan pengawas serta Pembina lainnya untuk

meningkatkan proses dan hasil belajar.34

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Balai

Pustaka, menjelaskan bahwa “Pembinaan berarti proses, cara, perbuatan

membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang

lebih baik”.35

Menurut Prof. H. Djuju Sudjana (Manajemen Program Pendidikan) menuliskan bahwa “Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya memelihara atau membawa sesuatu keadaan yang seharusnya terjadi atau

34

Ali Imron, Pembinaan Guru di Indonesia, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), cet.1 h. 9.

35

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 193.


(43)

menjaga keadaan sebagaimana seharusnya terlaksana”.36

Definisi tersebut mengandung arti bahwa aktivitas pembinaan yang dilaksanakan adalah untuk menjaga dan memelihara program/kegiatan yang sedang berjalan atau dilaksanakan agar tidak menyimpang dari rencana yang telah dirumuskan atau ditentukan sebelumnya.

Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai upaya, pengendalian secara profesional terhadap semua unsur (mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan dan alat atau material, biaya dan perangkat lainnya), agar unsur tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya dan berhasil

guna.37

Ali Imron dalam bukunya yang berjudul “Pembinaan Guru di

Indonesia” menuliskan bahwa: “ Jika yang dimaksudkan pembinaan guru

sesungguhnya adalah supervisi, maka banyak pakar yang memberikan

pengertian berbeda dengan inti yang sama.”38

Boardman dalam Jamal Ma‟mur Asmani menyebutkan bahwa:

Supervisi adalah salah satu usaha memberikan stimulus, melakukan koordinasi, dan membimbing secara kontinu terhadap pertumbuhan guru-guru di sekolah, baik secara individual maupun kolektif, agar lebih mengerti dan efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian, mereka dapat memberikan stimulus dan membimbing pertumbuhan tiap-tiap murid secara kontinu, serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat demokrasi

modern.39

Berdasarkan pendapat dari beberapa sumber di atas, dapat disimpulkan bahwa pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik menekankan pada pemberian bantuan jasa atau layanan profesional yang direncanakan, dimana layanan tersebut diberikan oleh orang yang ahli

36

H. Djuju Sudjana, Manajemen Program Pendidikan untuk Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Bandung, Falah Production, 2004), cet. 3, h.209.

37

Ibid.

38

Ali Imron, loc. cit.

39

Jamal Ma‟mur Asmani, Tips Efektif Supervisi Pendidikan Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2012), cet. 1, h. 21.


(44)

(expert) baik itu dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, penilik sekolah ataupun ahli lainnya, untuk membantu tenaga pendidik dalam pelaksanaan tugasnya secara efektif dan efisien sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dengan optimal.

2. Tujuan Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Pada dasarnya, program pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang dilakukan bertujuan untuk mempersiapkan dan memperbaiki performa dan kualitas tenaga pendidik agar memiliki

kemampuan dalam melaksanakan tugas profesinya yaitu

mengembangkan proses belajar mengajar, memiliki dedikasi yang tinggi, dan memperluas wawasan serta pengetahuan para pendidik.

Untuk lebih memahami tentang tujuan diadakannya program pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik, berikut akan dipaparkan pendapat dari para ahli terkait hal tersebut.

Menurut Depdikbud yang dikutip dalam H. Hamzah B. Uno menjelaskan bahwa:

Tujuan pembinaan guru adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional kepada guru. Jika proses belajar meningkat maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha pembinaan professional guru akan memperlancar pencapaian tujuan

kegiatan belajar mengajar.40

Menurut Wiles dan Nawawi sebagaimana yang dikutip dalam Drs. Ali Imron, M.Pd. dalam buku yang berjudul Pembinaan Guru di

Indonesia, Wiles menguraikan bahwa: “Secara umum, pembinaan guru

atau supervisi bertujuan untuk memberikan bantuan dalam

mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik.”41

40

H. Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumu Aksara, 2009), cet. 5, h.171.

41


(45)

Kemudian Nawawi mengungkapkan bahwa pembinaan tenaga pendidik adalah untuk menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan

kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri.42

Lebih lanjut Djajadisastra seperti yang dikutip oleh Drs. Ali Imron, M.Pd merumuskan tujuan pembinaan guru atau supervisi sebagai berikut:

a. Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa.

b. Memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar mengajar.

c. Memperbaiki metode, yaitu cara mengorganisasi kegiatan belajar

mengajar.

d. Memperbaiki penilaian atas media.

e. Memperbaiki penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya.

f. Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya.

g. Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.43

Memahami uraian di atas mengenai tujuan pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik, sangatlah jelas bahwa pembinaan tersebut bertujuan untuk memperbaiki efektivitas kerja seorang pendidik dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan, yang di dalamnya melibatkan pendidik dan peserta didik. Dan dengan adanya perbaikan terhadap kinerja guru diharapkan dapat memberikan kontribusi aktif bagi pencapaian tujuan pendidikan.

3. Fungsi dan Prinsip Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Merujuk pada tujuan pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik yang telah dikemukakan di atas, kemudian dapat

42

Ibid.

43


(46)

diidentifikasikan fungsi-fungsi pembinaan tenaga pendidik yang diuraikan oleh beberapa pakar berikut.

Briggs dalam Drs. Ali Imron, S.Pd. mengungkapkan bahwa:

Supervisi juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengkoordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian secara terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu

meningkatkan kemampuan guru.44

Senada dengan pendapat Briggs, pakar lain yaitu Jamal Ma‟mur

Asmani mengatakan bahwa:

Supervisi pendidikan memiliki tiga fungsi, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Sebagai suatu kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

b. Sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada

unsur-unsur yang terkait dengan pendidikan.

c. Sebagai kegiatan dalam hal memimpin dan membimbing.45

Drs. Ali Imron, M.Pd. menyatakan bahwa: “Fungsi pembinaan guru

adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap guru-guru dalam wujud

layanan profesional.”46

Maka dapat disimpulkan bahwa fungsi pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik adalah untuk meningkatkan proses pendidikan ke arah yang lebih baik sehingga mutu pendidikan akan mengalami peningkatan yang signifikan.

Agar pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik tersebut dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dipedomani dengan prinsip-prinsip pembinaan tenaga pendidik sebagai berikut.

a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru.

44

Ibid., h. 13.

45 Jamal Ma‟mur Asmani, op. cit.,

h. 31.

46

Ali Imron. loc. cit.


(47)

b. Hubungan antara guru dengan Pembina didasarkan atas kerabat kerja.

c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka.

d. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada.

e. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan singkronisasi

horizontal dan vertical baik di tingkat pusat maupun daerah.47

Selanjutnya Djajadisastra seperti yang dikutip oleh H. Hamzah B. Uno mengemukakan prinsip pembinaan kompetensi profesional menjadi dua gologan, yaitu: prinsip fundamental dan prinsip praktis. Prinsip fundamental adalah pembinaan guru atau supervisi dipandang sebagai bagian dan keseluruhan proses pendidikan yang tidak terlepas dari dasar-dasar pendidikan nasional Indonesia, yakni Pancasila. Sedangkan prinsip praktis adalah kaidah-kaidah yang harus dijadikan pedoman praktis dalam pelaksanaan supervisi. Prinsip praktis ini dibagi lagi menjadi

prinsip positif dan negatif.48

Tahalele (1979) yang dikutip dalam H. Hamzah B. Uno juga mengemukakan bahwa prinsip pembinaan guru atau supervisi dapat digolongkan menjadi prinsip positif dan negatif.

Adapun prinsip-prinsip positif tersebut meliputi:

a. Ilmiah.

b. Kooperatif.

c. Konstruktif.

d. Realitis.

e. Progresif.

f. Inovatif.

g. Menimbulkan perasaan aman bagi guru-guru.

h. Memberikan kesempatan kepada Pembina dan guru untuk

mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas kekurangannya.

Adapun prinsip-prinsip negatif tersebut meliputi:

a. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan dengan otoriter.

b. Pembinaan guru tidak boleh mencari-cari kesalahan guru.

c. Pembinaan guru tidak boleh dilaksanakan berdasarkan tingginya

pangkat.

47

H. Hamzah B. Uno, op. cit., h. 172.

48


(48)

d. Pembinaan guru tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil.

e. Pembinaan guru tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan

dan pengajaran.

f. Pembina tidak boleh merasa dirinya lebih tahu dibandingkan

dengan guru.

g. Pembinaan guru tidak boleh terlalu memerhatikan hal-hal yang

terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud

pembinaan.49

Maka dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam pembinaan kompetensi tenaga pendidik tersebut harus berdasarkaan prinsip ilmiah, kooperatif, konstruktif, realistis, progresif, inovatif, demokratis, dan tidak boleh menakut-nakuti serta mencari-cari kesalahan pendidik.

4. Ruang Lingkup Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berada di sekolah atau yang dapat kita sebut sebagai Sumber Daya Tenaga Kependidikan merupakan salah satu asset lembaga yang menjadi tulang punggung suatu lembaga pendidikan dalam menjalankan aktivitasnya dan sangat berpengaruh terhadap kinerja dan kemajuan lembaga yang bersangkutan. Maka dalam hal ini sekolah dituntut untuk meningkatkan kualitas sumber daya tenaga kependidikan atau guru yang tersedia, sehingga dapat meningkatkan out put sekolah dan mutu pendidikan.

Pelaksanaan program pembinaan terhadap para pendidik adalah tanggung jawab Kepala Sekolah dan Penilik Sekolah serta Pembina lainnya. Dalam buku Wahjosumidjo yang berjudul Kepemimpinan Kepala Sekolah tertulis bahwa dalam bab dan pasal peraturan pemerintah yang mengatur pelaksanaan UU No.2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, sehingga dengan

49


(49)

demikian kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk selalu mengadakan pembinaan. Di antara penyelenggaraan pendidikan yang harus selalu dibina secara terus menerus oleh kepala sekolah adalah: (a) Program pengajaran, (b) Sumber Daya Manusia, (c) Sumber daya yang bersifat fisik, (d) Hubungan kerja sama antara sekolah dengan

masyarakat.50

Menurut Piet A. Sahertian yang termasuk usaha pembinaan dan peningkatan kualitas belajar mengajar meliputi:

a. Pemahaman tentang ciri mengajar sebagai suatu profesi.

b. Pemahaman strategi belajar sesuai dengan kultur Indonesia

c. Memahami arah kebijaksanaan dan sasaran yang hendak dicapai.

d. Kemampuan membedakan berbagai pengalaman belajar yang

diperoleh melalui berbagai rancangan kegiatan belajar.

e. Kemampuan untuk menetapkan tolok ukur keberhasilan, serta

kemampuan menilai hasil-hasil yang telah ditentukan.51

Adapun ruang lingkup yang berkaitan dengan pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik menurut Ali Imron, antara lain: pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru, pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru, pembinaan terhadap disiplin kerja guru, dan

pembinaan terhadap kepuasan kerja guru.52

Penjelasan keempat aspek pembinaan profesional tenaga pendidik di atas sebagai berikut.

Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru merupakan pembinaan terhadap cara-cara atau penggunaan metode mengajar guru yang meliputi persiapan guru ketika mengajar di kelas, keterampilan dasar dalam menjelaskan bahan pengajaran, prosesi tanya jawab antara guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung, memberikan penguatan dalam penyampaian materi pelajaran di kelas, melakukan

50

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah: Tinjauan Teoretik dan Permasalahannya, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), cet. 7, h. 203.

51

Piet A. Sahertian dan Ida Aleida Sahertian, Supervisi Pendidikan: dalam Rangka Program Inservice Education, (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), cet. 1, h. 136.

52


(50)

bimbingan kepada siswa, menjelaskan materi secara terperinci, dan keterampilan dalam mengelola kelas dengan baik.

Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru merupakan pembinaan terhadap kecakapan, kesanggupan, ataupun penguatan diri dalam mengajar yang mencakup kemampuan merencanakan pengajaran, kemampuan melaksanakan prosedur pengajaran, dan kemampuan melaksanakan hubungan atau interaksi yang baik dengan siswa.

Pembinaan terhadap disiplin kerja guru merupakan pembinaan terhadap sikap mental dan bentuk ketaatan sehingga terciptanya suatu keadaan tertib dan teratur yang dimiliki oleh pendidik/guru dalam bekerja di sekolah, bertingkah laku sesuai dengan kode etik keguruan, serta mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.

Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru, antara lain menjalin kerjasama dengan semua pihak yang terkait, kesempatan untuk mengembangkan karier atau potensi, perasaan nyaman selama bekerja, pelayanan kesejahteraan bagi guru dan hak masing-masing individu, dan melibatkan guru dalam memutuskan suatu kebijakan.

5. Metode Pembinaan Kompetensi Profesional Tenaga Pendidik

Dalam pembinaan profesionalisme guru perlu adanya latihan dan pengembangan yang dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja, mengurangi absensi, serta memperbaiki kepuasan kerja. Adapun metode pokok yang digunakan di antaranya yaitu:

a. Metode praktis (On The Job Training)

b. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode simulasi

(Off The Job Training).53

53

T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Ed. II, (Yogyakarta: BPFE, 2001), h. 110.


(51)

Adapun penjelasan kedua metode di atas sebagai berikut:

a. On The Job Training

Teknik-teknik “on-the-job” merupakan metode latihan yang paling

banyak digunakan. Karyawan dilatih tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang “pelatih” yang berpengalaman (biasanya karyawan lain).

b. Off The Job Training

Dengan pendekatan ini karyawan peserta latihan menerima representasi tiruan (artificial) suatu aspek organisasi dan diminta untuk

menanggapinya seperti dalam keadaan sebenarnya.54

C. Kerangka Berpikir

Pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik merupakan pemberian bantuan jasa atau layanan profesional yang direncanakan, dimana

layanan tersebut diberikan oleh orang yang ahli (expert). Dalam dunia

pendidikan pembinaan kompetensi profesional adalah hal urgent yang harus

dilakukan karena bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses dan hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan profesional dan berperan penting dalam menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar siswa. Kondisi nyata yang teridentifikasi oleh penulis antara lain: belum optimalnya pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik, kurang komprehensifnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran, belum sistematisnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran, terbatasnya buku/literatur yang digunakan dalam mendukung proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), belum efektifnya metode yang digunakan guru dalam pembelajaran, belum efesiennya guru dalam menerapkan skenario pembelajaran, dan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki. Itu semua dapat

54


(52)

berimplikasi pada rendahnya efektivitas proses pembelajaran dan mutu pembelajaran.

Berdasarkan uraian tentang hasil pembinaan dan fungsi pembinaan kompetensi profesional, serangkaian program pembinaan kompetensi profesional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas ataupun pembina lainnya diharapkan hasil pembinaan terhadap tenaga pendidik dapat menuju perubahan yang signifikan secara bertahap ke arah yang lebih baik, terjadinya peningkatan kompetensi profesional guru yang akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran.

Selama tenaga pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan belum mendapatkan pembinaan kompetensi profesional yang optimal seperti pendidikan dan pelatihan (diklat), seminar, lokakarya, workshop, penataran ataupun kegiatan ilmiah lainnya, maka akan mengakibatkan kurangnya kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru sebagai tenaga pendidik, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran dan hasil belajar siswa yang kurang baik.

Pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan menjadi permasalahan. Agar dapat menciptakan pembinaan kompetensi profesional yang optimal, maka beberapa strategi yang perlu dilakukan antara lain:

1. Pengadaan buku referensi pelajaran agar guru memiliki banyak referensi

sehingga ia memiliki pengetahuan yang luas.

2. Kepala sekolah harus melakukan supervisi terhadap guru dalam kelas

untuk mengetahui kemampuan mengajar dan melihat permasalahan yang dihadapi guru.

3. Kepala sekolah memberikan pembinaan kepada tenaga pendidik dalam

bentuk supervisi akademik.

4. Sekolah mengadakan program KKG dan MGMP secara intensif.

5. Sekolah seharusnya mengadakan seminar tentang profesional guru.

6. Kepala sekolah mengikutsertakan guru melalui pelatihan, lokakarya,


(53)

Diknas maupun di luar Diknas. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kinerja guru dan diarahkan untuk mencari berbagai pengalaman mengenai metodologi pembelajaran dan bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam kelas.

7. Sekolah menambahkan fasilitas atau sarana dan prasarana untuk


(54)

Kondisi

 Belum optimalnya pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik.

 Kurang komprehensifnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

 Belum sistematisnya guru dalam menyampaikan materi pelajaran.

 Terbatasnya buku/literatur yang digunakan dalam mendukung proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).

 Belum efektifnya metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran.

 Belum efesiennya guru dalam menerapkan skenario

pembelajaran.

 Terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang dimiliki.

Hasil

 Terjadi perubahan yang signifikan secara bertahap ke arah yang lebih baik, dan peningkatan kompetensi

profesional guru yang akan berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran. Masalah  Belum optimalnya pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik. Strategi

 Melakukan program pengadaan buku referensi pelajaran.

 Melakukan supervisi terhadap guru dalam mengembangkan pengelolaan kelas.

 Melakukan pembinaan kepada tenaga pendidik dalam bentuk supervisi akademik.

 Mengadakan program KKG dan MGMP secara intensif.

 Mengadakan kegiatan seminar tentang profesional guru.

 Mengikutsertakan guru melalui pendidikan dan pelatihan, lokakarya, workshop, penataran ataupun kegiatan ilmiah lainnya.

 Melakukan program peningkatan sarana dan prasarana .

Feed back


(55)

36

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, yang berlokasi di Jl. Raya Tegal Rotan Bintaro Sektor IX, RT.3 RW.7 Kel. Sawah Baru, Kec. Ciputat, Tangerang Selatan - Banten, Kode Pos: 15413. Pemilihan lokasi ini dilakukan berdasarkan pertimbangan bahwa SMAN 10 Kota Tangerang Selatan adalah sekolah yang belum lama berdiri dan penulis ingin mengetahui tentang rangkaian program pembinaan yang sudah berlangsung dan bagaimana efektivitas pembinaan yang dilaksanakan di sekolah tersebut.

Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari tahap perencanaan dan pembuatan instrument yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan terbagi menjadi dua tahap, yaitu:

Tahap I : 3 Agustus 2015 s.d. 16 September 2015 (penyebaran dan pengolahan data angket serta wawancara dengan Kepala Sekolah).

Tahap II : 4 Januari 2016 (Wawancara lebih mendalam dengan Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum) .

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dan metode penelitian kuantitatif dalam bentuk deskriptif analisis. Data yang dikumpulkan berupa data-data kuantitatif kemudian dihimpun, diolah, dan dianalisis menggunakan teknik kuantitatif dan analisa kumulatif frekuensi sederhana untuk mendapatkan kejelasan atau deskripsi masalah yang diangkat.


(56)

C. Populasi dan Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh guru yang mengajar di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 37 orang. Sedangkan sumber data pelengkap adalah kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum.

Adapun sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan atau sampel populasi sebanyak 37 orang guru.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data lapangan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Angket

Teknik ini digunakan untuk mengetahui pendapat/persepsi tenaga pendidik tentang tingkat efektifitas pembinaan profesional tenaga pendidik yang meliputi: pembinaan langsung dan tidak langsung yang dilakukan oleh kepala sekolah yang bersifat perorangan ataupun kolektif, pembinaan terhadap keterampilan mengajar, pembinaan kemampuan mengajar, pembinaan disiplin, dan pembinaan terhadap kepuasan kerja.

Angket disusun dalam bentuk pertanyaan dengan 4 (empat) alternatif jawaban atau skala 4 (empat) dengan bobot sebagai berikut:

a. Alternatif jawaban A diberi skor 4

b. Alternatif jawaban B diberi skor 3

c. Alternatif jawaban C diberi skor 2

d. Alternatif jawaban D diberi skor 1

2. Wawancara

Teknik ini merupakan teknik pelengkap dan digunakan untuk menggali atau mendalami data hasil angket dalam rangka untuk mengkroscek pandangan atau pendapat yang dikemukakan oleh tenaga pendidik, kepala sekolah dan wakil kepala sekolah.


(57)

3. Studi Dokumentasi

Teknik ini digunakan untuk mendukung atau melengkapi data hasil angket yang berupa dokumen-dokumen tentang profil sekolah, guru dan data lain tentang bentuk-bentuk pembinaan yang dilakukan sekolah, kegiatan KBM, pembinaan disiplin dan kinerja tenaga pendidik.

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Dalam proses pengumpulan data mengenai program hasil pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik di SMAN 10 Kota Tangerang Selatan, penulis menggunakan angket sebagai instrumen utama yang dibuat dalam bentuk non test. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia sehingga responden dapat menentukan/memilih jawaban yang sesuai. Berikut akan diuraikan kisi-kisi instrumen penelitian.

Tabel 1

Kisi - kisi Instrumen Penelitian

No. Variabel Dimensi Indikator Butir Soal

1 Pembinaan kompetensi profesional tenaga pendidik

Intensitas Pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah

1, 2, 3, 4, dan 5.

1.1 Pembinaan terhadap keterampilan mengajar tenaga pendidik

1.1.1 Keterampilan

menggunakan metode pembelajaran secara variatif.

6, 7, 8, dan 9. 1.1.2 Keterampilan

menjelaskan materi pelajaran.

10, 11, 12, dan 13.

1.1.3 Keterampilan bertanya. 14, 15, 16, 17, dan 18. 1.1.4 Keterampilan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)