Motif Diversi Dan Tayangan Infotainment (Studi Korelasional Pemenuhan Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU Melalui Tayangan Infotainment Di Stasiun Televisi Swasta)

(1)

MOTIF DIVERSI DAN TAYANGAN INFOTAINMENT

(Studi Korelasional Pemenuhan Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU

Melalui Tayangan Infotainment Di Stasiun Televisi Swasta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana (S-1) pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Komunikasi

OLEH:

SEKAR SUSFINA

060904092

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

USU MEDAN


(2)

BERITA ACARA PERSETUJUAN

Telah selesai diberikan bimbingan dalam penulisan skripsi sehingga naskah skripsi ini telah memenuhi syarat dan dapat disetujui untuk dipertahankan dalam ujian skripsi oleh:

Nama : Sekar Susfina

NIM : 060904092

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Motif Diversi Dan Tayangan Infotainment (Studi Korelasional Pemenuhan Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU Melalui Tayangan Infotainment Di Stasiun Televisi Swasta)

DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

ILMU KOMUNIKASI

DRS. AMIR PURBA, MA

NIP. 196110011987011001 NIP. 195102191987011001 DRS. AMIR PURBA, MA

a. n. DEKAN FISIP USU PEMBANTU DEKAN I

NIP. 196605251992031002 ZAKARIA TAHER


(3)

BERITA ACARA PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh:

Nama : Sekar Susfina

NIM : 060904092

Program Studi : Ilmu Komunikasi Pada hari, tanggal : ... Waktu : Pukul...

TIM PENGUJI:

PENGUJI I : ... ( ... ) PENGUJI II : ... ( ... ) PENGUJI III : ... ( ... )

PANITIA PENGUJI

KETUA SEKRETARIS


(4)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Motif Diversi Dan Tayangan Infotainment (Studi Korelasional Pemenuhan Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU Melalui Tayangan Infotainment Di Stasiun Televisi Swasta)”. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment dengan menggunakan pendekatan uses and gratifications. Pendekatan ini menekankan bahwa khalayak adalah pihak yang aktif dalam menggunakan media. Khalayak bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhannya, dalam hal ini kebutuhan motif diversi.

Penelitian ini dimulai pada bulan April 2010 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 90 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik stratifikasi proporsional berdasarkan jenis kelamin responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler FISIP USU angkatan 2007-2008.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 13.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0.604. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment di televisi swasta menunjukkan korelasi yang cukup berarti. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KD = r2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 36,5%.

Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment di televisi swasta dengan peranan sebesar 36,5%.


(5)

KATA PENGANTAR

Diawali dengan ungkapan rasa syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas izin-Nya, skripsi dengan judul “ Motif Diversi Dan Tayangan Infotainment (Studi Korelasional Pemenuhan Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU Melalui Tayangan Infotainment Di Stasiun Televisi Swasta)” dapat diselesaikan. Shalawat bermahkotakan salam penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia ke alam penuh peradaban seperti sekarang ini.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian terhadap fenomena yang dipilih. Kemudian disempurnakan dengan kajian teori, pengolahan data dan hingga akhirnya penarikan kesimpulan akhir mengenai penemuan terkait penelitian yang dilakukan tersebut. Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memenuhi porsi tujuan dan manfaatnya sehingga skripsi ini dapat berguna untuk menjadi referensi di masa yang akan datang.

Terima kasih diucapkan untuk semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Papa Ir. Muslim Lubis dan Ibu Sri Retnowati yang selalu memberikan dukungan dan doa yang terbaik buat penulis.

2. Bapak Drs. Amir Purba, M.A selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan pengetahuan.

3. Ibu-ibu dan Bapak-bapak dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama dibangku perkuliahan. 4. Seluruh staff Departemen Ilmu Komunikasi dan staff Laboratorium Ilmu


(6)

5. Kakak dan adik tercinta, Sekar Kurniasih dan Sekar Musfira yang memberikan penulis sebuah persaudaraan yang indah.

6. Keluarga gg. Hormat dan gg. Pendidikan yang penulis sayangi.

7. Teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2006, terutama J_LO Genk yang memberikan persahabatan yang indah dan tak terlupakan selama kuliah. 8. Seseorang yang sangat spesial dihati penulis, terima kasih telah menjadi

teman dikala suka dan duka, berbagi airmata, tawa canda dan selalu memotivasi penulis.

9. Semua pihak yang telah telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, skripsi ini disadari masih memiliki kekurangan baik dari segi sistematika penulisan maupun dari segi isi. Demi kesempurnaan di masa yang akan datang, diharapkan berbagai saran dan kritikan konstruktif dari semua pihak yang menggunakan skripsi ini. Atas perhatian semua pihak, disampaikan terima kasih.

Medan, Oktober 2010


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN ... 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH ... 1.2PERUMUSAN MASALAH ... 1.3PEMBATASAN MASALAH ... 1.4TUJUAN PENELITIAN

1.5MANFAAT PENELITIAN.. ... 1.6KERANGKA TEORI ... 1.7KERANGKA KONSEP ... 1.8MODEL TEORITIS ... 1.9VARIABEL OPERASIONAL ... 1.10 DEFINISI OPERASIONAL ... 1.11 HIPOTESIS ... 1.12 METODOLOGI PENELITIAN ...

BAB II URAIAN TEORITIS ... 2. 1 USES AND GRAFICATIONS APPROACH... 2. 2 KOMUNIKASI MASSA... ...

2.2.1Pengertian Komunikasi Massa... 2.2.2Karakteristik Komunikasi Massa... 2.2.3Fungsi Komunikasi Massa... 2. 3 MOTIF PENGGUNAAN MEDIA ... 2.3.1Motif dan Pemuasan Kebutuhan... 2.3.2Motif Diversi dan Tayangan Hiburan... 2. 4 TELEVISI DAN TAYANGAN TELEVISI

2.4.1Televisi... 2.4.2Tayangan Televisi... 2. 5 TEORI GENDER...


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

3.1DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 3. 1. 1 Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ... 3. 1. 2 Program Studi ... 3. 1. 3 Visi dan Misi FISIP USU... 3. 1. 4 Tujuan, Tugas dan Fungsi FISIP USU ... 3.2METODOLOGI PENELITIAN... 3. 2. 1 Metode Penelitian ... 3. 2. 2 Lokasi Penelitian ... 3. 2. 3 Waktu Penelitian ... 3. 2. 4 Populasi dan Sampel ... 3. 2. 5 Teknik Penarikan Sampel ... 3. 2. 6 Teknik Pengumpulan Data ... 3. 2. 7 Teknik Analisis Data ...

BAB IV PEMBAHASAN ... 4.1ANALISIS TABEL TUNGGAL ... 4.2ANALISIS TABEL SILANG ... 4.3PENGUJIAN HIPOTESIS ... 4.4PEMBAHASAN ...

BAB V PENUTUP ... 5.1KESIMPULAN ... 5.2SARAN...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN………


(9)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Halaman

3.1 Jumlah Mahasiswa Program S-1 FISIP USU Angkatan 2007-2008.... 4.1 Jenis Kelamin ... 4.2 Departemen... ... 4.3 RCTI... ... 4.4 TRANS TV... 4.5 Global TV... ... 4.6 SCTV... ... 4.7 TRANS 7... ... 4.8 Indosiar... ... 4.9 ANTV... ... 4.10 Istirahat Dari Rutinitas... ... 4.11 Lupa Masalah... ... 4.12 Pelepasan Emosi... ... 4.13 Isi Waktu Luang... ... 4.14 Usir Bosan... ... 4.15 Hiburan Utama... ... 4.16 Infotainment Tayangan Menarik... ... 4.17 Infotainment Menyajikan Berita Yang Menarik... 4.18 Usir Rasa Bosan... ... 4.19 Solusi Masalah... ... 4.20 Lepas Ketegangan Emosi... ... 4.21 Hiburan... ...


(10)

4.22 Rasa Santai... ... 4.23 Jam Tayang Sesuai... ... 4.24 Tidak Mengganggu Acara Lain... 4.25 Frekuensi Tayang Sehari... ... 4.26 Frekuensi Tayang Seminggu... ... 4.27 Insert Pagi... ... 4.28 WAS-WAS... ... 4.29 OBSESI... ... 4.30 ESPRESSO... ... 4.31 Insert Siang... ... 4.32 SILET... ... 4.33 KISS... ... 4.34 Frekuensi Menonton... 4.35 Terhibur... ... 4.36 Mengisi Waktu Luang... ... 4.37 Mengusir Rasa Bosan... ... 4.38 Lepas Ketegangan Emosi... 4.39 Lupa Masalah... ... 4.40 Santai... ... 4.41 Hubungan Antara Jenis Kelamin (Z) dan Frekuensi Menonton

Infotainment di Televisi (X)... ... 4.42 Hubungan Antara Menonton Televisi Dapat Beristirahat dari Rutinitas (X)

dan Infotainment Memberikan Hiburan Saat Beristirahat (Y) Pada Responden Laki-laki... ...


(11)

4.43 Hubungan Antara Menonton Televisi Dapat Beristirahat dari Rutinitas (X) dan Infotainment Memberikan Hiburan Saat Beristirahat (Y) Pada

Responden Perempuan... 4.44 Hubungan Antara Menonton Televisi Dapat Mengisi Waktu Luang (X)

dan Kesesuaian Jam Tayang Infotainment Sebagai

Tayangan Hiburan (Y) Pada Responden Laki-laki... ... 4.45 Hubungan Antara Menonton Televisi Dapat Mengisi Waktu Luang (X)

dan Kesesuaian Jam Tayang Infotainment Sebagai

Tayangan Hiburan (Y) Pada Responden Perempuan... ... 4.46 Korelasi Pemenuhan Motif Diversi dan Tayangan Infotainment Pada

Responden Laki-Laki... ... 4.47 Korelasi Pemenuhan Motif Diversi dan Tayangan Infotainment Pada

Responden Perempuan... ... 4.48 Korelasi Pemenuhan Motif Diversi dan Tayangan Infotainment... 4.49 Independent Sample Test Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU...


(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Halaman

1.1 Bagan Cara Uses and Gratications Approach Beroperasi ... 1.2 Model Teoritis Penelitian... ... 1.3 Bagan Variabel Operasional... 2.1 Bagan Uses and Gratifications... 2.2 Model Uses and Gratification...


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner

2. Tabel Pengolahan Data

3. Surat Permohonan Penelitian dari FISIP USU 4. Lembar Catatan Bimbingan


(14)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul “Motif Diversi Dan Tayangan Infotainment (Studi Korelasional Pemenuhan Motif Diversi Mahasiswa FISIP USU Melalui Tayangan Infotainment Di Stasiun Televisi Swasta)”. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk melihat hubungan antara pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment dengan menggunakan pendekatan uses and gratifications. Pendekatan ini menekankan bahwa khalayak adalah pihak yang aktif dalam menggunakan media. Khalayak bebas memilih media mana yang mampu memuaskan kebutuhannya, dalam hal ini kebutuhan motif diversi.

Penelitian ini dimulai pada bulan April 2010 dengan lama penelitian yang disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mencari jumlah sampel dalam penelitian ini maka dipakai rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Dari hasil ini maka didapatlah jumlah responden yaitu 90 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah teknik stratifikasi proporsional berdasarkan jenis kelamin responden. Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa reguler FISIP USU angkatan 2007-2008.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Untuk menguji hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien korelasi tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank Order Correlations) yakni data dari variabel-variabel yang diteliti harus ditetapkan peringkatnya dari yang terkecil sampai terbesar dengan alat bantu SPSS Seri 13.0 for Windows. Lalu didapatlah kekuatan hubungannya sebesar r = 0.604. Sesuai dengan skala Guilford, maka kekuatan hubungan antara pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment di televisi swasta menunjukkan korelasi yang cukup berarti. Angka probabilitas yang terlihat dalam hasil tabel pengolahan data SPSS adalah 0.00 < 0.05 maka hubungan kedua variabel adalah signifikan dan layak diteliti. Ini juga berarti bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Dari hasil penghitungan koefisien determinasi yang dilakukan dengan rumus KD = r2 x 100%, hasil yang diperoleh adalah 36,5%.

Dengan demikian dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment di televisi swasta dengan peranan sebesar 36,5%.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, media massa mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang dipergunkannya. Semua digunakan untuk memuaskan penggunanya yang heterogen dengan jangkauan yang sangat luas. Salah satu media massa yang terus berkembang adalah televisi melalui beragam jenis tayangannya.

Televisi sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa. Menurut Wikipedia, 2005 Televisi adalah sistem telekomunikasi untuk penyiaran dan penerimaan gambar dan suara dari jauh.

Dibandingkan media-media yang lain, baik media elektronik, media massa maupun media online, televisi tergolong yang paling banyak diminati. Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2004 ada 65 persen lebih rumah tangga pemilik televisi di Indonesia. Hiburan yang disajikan mampu menarik mayoritas penduduk untuk menekuni tayangan televisi dalam kegiatannya sehari-hari. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006, lebih tiga perempat (86%) dari seluruh penduduk usia 10 tahun ke atas di Indonesia memiliki aktivitas rutin mengikuti acara televisi dalam seminggu.


(16)

Semua media massa umumnya mempunyai fungsi yang sama. Sebagai alat komunikasi memberikan informasi (fungsi informatif), artinya melalui isinya seseorang dapat mengetahui dan memahami suatu hal. Sebagai alat yang mendidik (fungsi edukatif), artinya isi televisi dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan moral seseorang. Sebagai alat hiburan (fungsi entertainment), artinya seseorang dapat terhibur, menyenangkan hati, memenuhi hobi dan mengisi waktu luangnya melalui tayangan-tayangan televisi.

Dalam perkembangannya terutama setelah lahirnya televisi-televisi swasta porsi tayangan menjadi berubah. Fungsi hiburan menjadi dominan karena lebih banyak mendatangkan iklan yang merupakan nyawa bagi kelangsungan hidup suatu stasiun televisi. Saat ini terdapat sebelas stasiun televisi, mulai dari TVRI, RCTI, SCTV, TPI, Indosiar, ANTV, Metro TV, Global TV, Trans TV, Trans 7 dan TV One. Namun, Metro TV dan TV One mengkhususkan dirinya sebagai TV berita.

Sejumlah program yang ditawarkan oleh stasiun TV berhasil menarik sejumlah besar pemirsa, yang menjadikannya sebagai tayangan yang patut diperhitungkan sebagai tayangan TV. Namun sebagian lainnya justru menjauhkan pemirsa. Setiap tahunnya stasiun TV menghadirkan beragam tayangan; banyak di antaranya yang kreatif, yang kemudian menjadi tren, tetapi yang lainnya hanya menjadi “pengikut”. Program kontes menyanyi atau sinetron misteri sempat naik daun beberapa tahun silam, meski beberapa “pengikut” gagal mengikuti jejak program yang menjadi “trend setter”. Belakangan, reality show yang sempat memunculkan kontroversi, karena diragukan keaslian realitasnya, menjadi tren baru, terutama sejak akhir tahun 2008.


(17)

Secara umum, pada tahun 2009, porsi tayangan hiburan (seperti reality show, musik, variety show, kuis, dll) dan berita di stasiun TV nasional adalah yang terbesar, yaitu 21% dari total jam tayang. Porsi ini meningkat 3% dibandingkan tahun 2008. Sebaliknya, porsi tayang program informasi berkurang 2%, sementara porsi tayang film dan serial masing-masing turun 1%. Tahun ini, penonton terlihat menambah porsi menonton program hiburan sebanyak 4% dan berita sebanyak 2% dari total jam menonton mereka. Sebaliknya porsi menonton serial dan film mereka turun masing-masing 2%. Namun, porsi menonton terbesar pemirsa diberikan untuk program hiburan (25%) dan serial (24%)1

Namun, pemirsa hanya menghabiskan 10% dari 2- jam-42-menit waktu menonton setiap harinya untuk menonton program informasi. Sementara 25% dihabiskan untuk program hiburan. Dari program-program berkategori Informasi, tampak bahwa setiap sub-genre menarik perhatian dari pemirsa yang berbeda-beda. Biasanya laki-laki menonton program dokumenter (seperti The Shark Fin,

.

Masih menurut riset dari AGB Nielsen, dua puluh empat persen (24%) dari total jam siaran dialokasikan oleh stasiun televisi untuk program Informasi selama bulan April-Juni 2008. Rata-rata durasi tayang program Informasi sama banyaknya dengan program Hiburan (25%), seperti musik, kuis, game show, variety show, komedi, dll. Sekarang tergantung apakah Anda lebih memilih untuk memperoleh informasi daripada hiburan dari kotak ajaib bernama televisi? Atau Anda menyukai kombinasi keduanya? “Nyalakan TV dan dapatkan informasi yang menghibur darinya”, itu mungkin yang akan dikatakan oleh stasiun TV.


(18)

Reptiles of the Living Desert, Halal, dll.) dan ketrampilan/ hobi (seperti Jejak Petualang, Mancing Mania, Impossible Matic 2, dll.). Di sisi lain, perempuan memperlihatkan ketertarikan pada program bincang-bincang (Dunia Bunda, Kick Andy, dll.), infotainment (Silet, Hot Shot, dll.), infomercial (Summarecon Serpong Better Living, Sahabat Hemat, dll.), majalah TV (Griya Unik, Jelang, dll.), dan jalan-jalan/gaya hidup (Paspor Selebritis, Nikmatnya Dunia, dll).

Program bincang-bincang dan dokumenter mendapat alokasi waktu yang lebih banyak di antara sub-sub-genre di dalam kategori program Informasi. Masing-masing dialokasikan 21% dan 23% dari total jam siar Informasi dalam satu hari atau rata-rata satu jam per hari pada setiap stasiun TV (21 stasiun TV) yang dimonitor oleh AGBNielsen. Alokasi jam tayang berikutnya adalah infotainment (16%), infomercial (15%), jalan-jalan/gaya hidup (10%), majalah TV (8%), dan ketrampilan/hobi (7%)2

Berdasarkan profil pemirsa pada bulan April-Juni 2006, persentase dari penonton dewasa muda sebanyak penonton anak-anak. Dua puluh satu persen (21%) dari total pemirsa adalah para dewasa muda. Meskipun persentasenya besar, kepemirsaan TV mereka tidak setinggi anak-anak atau orang dewasa. Angka indeks – yang menunjukkan kedekatan target pemirsa tertentu pada program TV – dari pemirsa dewasa muda di bawah 100, artinya program TV kurang efektif dalam menjangkau kelompok ini. Kelompok ini juga pada penonton dewasa pada pukul 08.00 hingga 11.00 (maksimum 10,6% dari populasi dewasa muda menonton TV, sedangkan 10% dari populasi dewasa menonton

.

2


(19)

TV). Remaja merupakan penonton yang paling dominan. Pada pencapaian tertingginya antara pukul 08.00 hingga 11.00, semua stasiun TV dapat meraih 14,7% dari populasi remaja dan 13,3% dari populasi anak-anak.

Dewasa muda memilih tayangan hiburan di televisi sebagai untuk memenuhi kebutuhannya melalui tayangan ringan seperti Selamat Pagi (Indeks 168). Nilai indeks menunjukkan bahwa jumlah penonton dewasa muda pada program tersebut 68% lebih tinggi daripada semua penonton TV usia 5 tahun ke atas. Pada pukul 23.00-04.00, kebanyakan dewasa muda menonton program yang menarik perhatian seperti film, baik horor maupun drama.

Mahasiswa termasuk dalam kategori usia dewasa muda. Sebagai kaum terpelajar dan intelek, akan sangat menarik untuk melihat bagaimana kecenderungan konsumsi media massa—terutama televisi— di kalangan mahasiswa. Bagaimana cara mereka menggunakan televisi untuk mendapatkan sebuah kepuasan (artinya televisi mampu memenuhi kebutuhan mereka akan suatu hal).

Ditengah kian maraknya kritik terhadap tayangan hiburan televisi yang dianggap tidak mendidik, pilihan tayangan para mahasiswa ini tentu menarik untuk diteliti. Tayangan-tayangan seperti apa yang dapat memberikan hiburan bagi mereka, tentunya sesuai dengan selera dan keinginan. Terlepas dari apakah tayangan hiburan itu mendidik atau tidak, yang menjadi fokus adalah apakah mereka merasa terhibur atau tidak setelah menyaksikan tayangan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk melihat sejauhmanakah pemenuhan motif diversi dalam diri mahasiswa mempengaruhi keputusannya dalam memilih tayangan di televisi.


(20)

1. 2. Perumusan Masalah

Mencermati uraian latar belakang masalah di atas, penelitian ini ingin menjawab rumusan masalah sebagai berikut:

“Sejauhmanakah pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU terhadap tayangan infotainment di stasiun televisi swasta?”

1. 3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari pembahasan masalah yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapaun pembatasn masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. 3. 1 Penelitian ini utuk menemukan pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU.

1. 3. 2 Penelitian ini hanya meneliti tayangan hiburan khususnya infotainment di televisi swasta.

1. 3. 3 Objek penelitian ini adalah tayangan infotainment ditelevisi, bukan stasiun televisi yang menayangkannya.

1. 3. 4 Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis.


(21)

1. 4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. 4. 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut

1. 4. 1. 1. Untuk mengetahui upaya pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU.

1. 4. 1. 2. Untuk mengetahui motif diversi mahasiswa FISIP USU dapat terpenuhi atau tidak (fungsional dan disfungsional) melalui tayangan infotainment di televisi swasta.

1. 4. 1. 3 Untuk mengetahui sejauhmanakah motif diversi mahasiswa FISIP USU terpenuhi terhadap tayangan infotainment di televisi swasta.

1. 5. 2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagi berikut:

1. 5. 2. 1. Secara akademik, penelitian ini disumbangkan kepada Departemen ilmu komunikasi untuk memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan. 1. 5. 2. 2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan

dan wawasan peneliti tehadap penelitian.

1. 5. 2. 3. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak media televisi agar dapat terus-menerus meningkatkan kualitas tayangannya untuk memenuhi kebutuhan penonton.


(22)

1. 5. Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok – pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti.3

Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi diantara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.4

Pendekatan uses and gratification dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi atas pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa bidang penelitian komunikasi sudah mati. Katz berpendapat bahwa bidang yang sedang sekarat adalah kajian komunikasi massa sebagai persuasi.

Dalam penelitian ini teori yang dianggap relevan adalah pendekatan uses and gratifications, komunikasi massa, motif penggunaan media, televisi dan tayangan hiburan serta teori gender.

1. 5. 1. Uses and Gratifications Approach

5

Pendekatan uses and gratifications merupakan perpanjangan dari teori kebutuhan dan motivasi. Dalam model ini yang ingin dilihat adalah apa yang

3

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1995), h. 40.

4

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi: dilengkapi Contoh Analisis

Statistik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 6.

5

Severin dan Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media


(23)

dilakukan seseorang terhadap media, bukan apa yang dilakukan media pada diri seseorang. Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain.

Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Blumler dan Katz (1974) merumuskan asumsi-asumsi dasar dari uses and gratifications ini, yaitu :

1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.

2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas, bagaimana


(24)

kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.

4. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya otang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Uses and gratifications ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi di dalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumler dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat model ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak bagi dirinya.

Katz, Gurevitch dan Haas (1973) memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan individu-individu untuk berhubungan dengan yang lain. Para peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari literatur fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa, kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori:6

1. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman.

6


(25)

2. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis.

3. Kebutuhan integratif personal (personal integrative needs), yaitu memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas dan status.

4. Kebutuhan integratif sosial (social integrative needs), yaitu memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan sebagainya.

5. Kebutuhan pelepasan ketegangan (escapist needs), yaitu pelarian dan pengalihan.

Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang diuraikan diatas, maka secara sederhana bagan uses and gartification menurut Katz dkk, sebagai berikut7

7

Alexis Tan, Mass Communications: Theories and Research, (Grid Publishing, Inc, 1981), h. 299.


(26)

Gambar. 1

Bagan cara Uses and Gratificatins approach Beroperasi Social Environment 1. Demographic characteristics 2. Group affilations 3. Personality characteristics Individual’s Needs 1. Cognitive needs 2. Affective needs 3. Personal

integrative needs 4. Social integrative

needs

5. Tension-release needs

Nonmedia Sources of Need Satisfaction 1. Family, friends 2. Interpersonal

communication 3. Hobbies 4. Sleep 5. Drugs, etc

Mass Media Use 1. Media type—

newspaper, radio, TV, movies 2. Media content 3. Exposure to

media

4. Social context of media exposure

Media Gratificatons 1. Surveillance 2. Diversion/

entertainment 3. Personal identity 4. Social


(27)

1. 5. 2. Motif Penggunaan Media

Motif berasal dari bahasa Latin “movere” yang artinya bergerak. Motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu/merupakan driving force. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif merupakan suatu pengertian yang melingkupi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu.

Perbedaan motif berlaku juga dalam proses pemilihan media. Perbedaan seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula pada tingkat kepuasan yang didapat individu dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motif, semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Motif timbul karena adanya motivasi. Motivasi adalah pernyataan dari dalam berupa gerakan yang sering muncul sebelum bertingkah laku, hubungan motivasi dan tingkah laku berdekatan. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu.

2. Apabila orang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya orang terdorong melakukan kegiatan tersebut.

Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulus) perbedaan situasi sekarang dan situasai yang akan datang, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.


(28)

Dapat disimpulkan bahwa motif adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indicator sebagai berikut:

1. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan. 2. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan. 3. Adanya harapan dan cita-cita.

4. Penghargaan dan penghormatan atas diri. 5. Adanya lingkungan yang baik.

6. Adanya kegiatan yang menarik.

Salah satu motif dalam pendekatan uses and gratifications adalah motif diversi. Motif diversi adalah motif yang meliputi kebutuhan atau pelepasan diri dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan. Apabila motif ini terpenuhi setelah menonton tayangan hiburan di televisi maka tayangan tersebut dinilai fungsional dalam memenuhi kebutuhan akan hiburan dan pelepasan. Sebaliknya apabila tidak terpenuhi maka tayangan tersebut dinilai disfungsional/tidak berguna.

Motif diversi dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut:

1. Melepaskan diri dari kegiatan rutin.

2. Melupakan masalah yang ada meski hanya untuk sesaat.

3. Melepaskan/mengurangi ketegangan dan emosi yang sedang dirasakan.

4. Mengisi waktu luang.

Menurut Zillman dan Bryant pilihan-pilihan dalam dalam hiburan dibuat ”mendadak” atau secara spontan. Orang memilih hiburan secara intutif, tergantung mood/selera mereka. Para peneliti itu mengatakan:


(29)

”Program-program syur lebih banyak menarik perhatian subjek-subjek yang mengalami kebosanan secara signifikan dibandingkan dengan subjek yang tertekan.... Program-program relaks lebih banyak menarik perhatian subjek yang tertekan dibandingkan subjek yang bosan.... Hampir semua subjek telah memilih materi-materi yang membantu mereka secara efektif lari dari keadaan yang tidak diinginkan....”8

1. 5. 3. 1. Televisi

1. 5. 3. Televisi dan Tayangan Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa, berasal dari dua suku kata yaitu tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang bejarak jauh.9

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya yaitu memberi informasi pada audiens, mendidik dengan memberikan informasi-informasi bagi audiens, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh informasi.10

Jika dihubungkan dengan penggunaan media, motif seorang anggota khalayak adalah untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fungsi media itu sendiri. Adapun fungsi media yang sesuai dengan pendekatan uses and gratification adalah11:

8

Ibid. , h. 169-170.

9

Sutisno, 1993, h. 1.

10

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 123.

11

Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 72.


(30)

1. Informasi

• Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

• Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

• Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. • Belajar, pendidikan sendiri

2. Identitas diri

• Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi • Menemukan model prilaku

• Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (media) • Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri

3. Integrasi dan interaksi sosial

• Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial • Memperoleh teman

• Memperoleh pengetahuan tentang orang lain empati 4. Hiburan

• Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan • Bersantai

• Memperoleh kenikmatan jiwa.

Motif diversi dalam diri seseorang menjadikan fungsi hiburan televisi begitu dominan. Seseorang sering mengaku menghabiskan waktu dengan menonton televisi sebagai pelarian dari rutinitas maupun masalah. Setelah menonton tayangan hiburan di televisi seseorang berharap akan mendapatkan


(31)

kepuasan berupa adanya perasaan terhibur atau lebih jauh lagi bisa mendapatkan jawaban untuk memecahkan masalahnya.

1. 5. 3. 2. Tayangan Televisi

Hadirnya stasiun TV swasta untuk mengakomodir keinginan masyarakat, yang membutuhkan hiburan, dengan format yang berbeda. Dengan adanya keterbatasan TVRI, bersaing dengan stasiun televisi asing, yang dapat diperoleh melalui parabola saat itu, TVRI hampir kehilangan peminat, dan masyarakat lebih tertarik untuk menyaksikan program di stasiun televisi asing, itulah salah satu alasan diizinkannya stasiun televisi swasta muncul dengan format yang lebih segar, sehingga pemirsa kembali pada produksi lokal. Saat ini terdapat sebelas stasiun televisi swasta di Indonesia.

Sepanjang tahun 2009, porsi hiburan lebih banyak mewarnai televisi swasta Indonesia. Hasil riset AGB Nielsen menunjukkan porsi tayangan hiburan dan berita mendominasi sebanyak 21 persen dari total jam tayang. Porsi ini meningkat 3 persen dibandingkan tahun 2008. Sementara porsi program informasi berkurang 2 persen dan porsi tayang film dan serial masing-masing turun 1 persen. Porsi penonton berbanding lurus dengan porsi tayangan. Penonton terbesar terhitung untuk program hiburan sebanyak 25 persen dan film serial sebesar 24 persen.

Masing-masing stasiun televisi berlomba-lomba menyuguhkan berbagai jenis tayangan hiburan untuk pemirsanya dengan lebih ekspresif. Seperti tayangan sinetron stripping, acara musik, pertandingan olah raga, komedi, beragam jenis


(32)

talk show, reality show bahkan infotainment yang setiap hari mengudara di televisi. Selain itu tayangan-tayangan yang menampilkan eksplorasi alam Indonesia juga menjadi tontonan yang menarik.

1. 5. 3. 3. Teori Gender

Gender adalah segala sesuatu yang diasosiasikan dengan jenis kelamin seseorang, termasuk juga peran, tingkah laku, preferensi, dan atribut lainnya yang menerangkan kelaki-lakian atau kewanitaan di budaya tertentu (Baron&Byrne, 1979). Pada beberapa kepentingan, norma sosial mengacu pada norma tradisional dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya diharapkan oleh masyarakat, dimana laki-laki lebih diharapkan lebih kuat, dominan, asertif, sementara perempuan seharusnya mempunyai sifat merawat, sensitif, dan ekspresif. Jika situasinya sesuai dan nyaman, maka akan sangat memuaskan untuk mengikuti dan bertingkah laku sesuai norma sosial tersebut, namun jika tidak sesuai, maka tingkah laku dapat disesuaikan dengan kondisi.

Teori gender digunakan dalam penelitian ini untuk melihat perbedaan pilihan tayangan hiburan antara responden pria dan wanita. Karena pada dasarnya pria dan wanita itu berbeda dalam banyak hal.


(33)

1. 6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Kerangka konsep akan menuntun peneliti dalam memutuskan hipotesis.12

1. 6. 1. Variabel Bebas (X)

Agar konsep – konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel – variabel. Adapun variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel bebas merupakan variabel yang diduga sebagai peneyebab atau pendahulu dari variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motif diversi mahasiswa FISIP USU.

1. 6. 2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pilihan jenis tayangan hiburan.

1. 6. 3. Variabel Antara (Z)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tak dapat terkontrol akan tetapi dapat diperhitungkan dalam pengaruhnya terhadap variabel bebas. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik responden.

12


(34)

1. 7. Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigma yang mentransformasikan permasalahan – permasalahan terkait antara satu dengan lainnya. Variabel – variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Gambar. 2

Model Teoritis Penelitian Social Environment

• Personality characteristics

(Jenis Kelamin Mahasiswa FISIP

USU)

Individual’s Needs

Tension-release needs (Motif Diversi)

Mass Media Use • Media type— TV (Televisi swasta) • Media content

(Infotainment)

Media Gratificatons • Diversion/

entertainment (Terhibur dan nyaman)


(35)

1. 8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka selanjutnya dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk membentuk kesatuan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

Gambar. 3

Bagan variabel Operasional Social

Environment 1. Jenis Kelamin

Mahasiswa FISIP USU • Pria • Wanita

Individual’s Needs 1. Motif Diversi

• Pelarian dari rutinitas • Pelarian dari

masalah

• Pelepasan emosi • Mengisi waktu

luang.

Mass Media Use 1. Infotainment

• Waktu tayang • Frekuensi tayang • Durasi penayangan

Media Gratifications 1. Terhibur atau tidak terhibur


(36)

1. 9. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti yang ingin menggunakan variabel yang sama.13

1. 9. 1. Variabel Bebas (Motif Diversi), yaitu:

Definisi operasional dari variabel – variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. 9. 1. 1. Pelarian dari rutinitas, yaitu mencari hiburan setelah sekian waktu bergelut dengan rutinitas belajar maupun pekerjaan.

1. 9. 1. 2. Pelarian dari masalah, yaitu upaya untuk melupakan sejenak permasalahan yang sedang dihadapi.

1. 9. 1. 3. Pelepasan emosi, yaitu cara atau upaya yang dilakukan untuk melampiaskan emosi.

1. 9. 1. 4. Mengisi waktu luang, yaitu untuk mencari hiburan saat tidak ada kegiatan.

1. 9. 2. Variabel Terikat (Infotainment), adalah tayangan yang menggabungkan information dan entertainment yang menyajikan sisi-sisi pribadi artis dan selebritis.

1. 9. 2. 1. Waktu tayang, jam penayangan tayangan tersebut. 1. 9. 2. 2. Frekuensi Tayang, intensitas tayangan muncul di televisi 1. 9. 2. 3. Durasi Penayangan, lamanya waktu sekali penayangan.

13


(37)

1. 9. 3. Variabel Antara (Karakteristik Responden), yaitu:

1. 9. 3. 1. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin responden pria atau wanita.

1. 10. Hipotesis

Menurut Suparmoko14

Menurut Soehartono

, hipotesis adalah pernyataan tentatif yang berhubungan dengan permasalahan sehingga berguna dalam mencari atau mendapatkan alat pemecahan.

15

14

Suparmoko, Metode Penelitian Praktis, (Yogyakarta: BPFE, 1999), h. 19.

15

Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h. 26.

, hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Tidak terdapat hubungan yang signifikan dalam pemenuhan motif diversi mahasiswa FISIP USU melalui tayangan infotainment di televisi swasta. Ha: Terdapat hubungan yang signifikan dalam pemenuhan motif diversi


(38)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2. 1. Uses and Gratifications Approach

Pendekatan uses and gratifications merupakan kritik dari teori jarum hipodermik. Pendekatan uses and gratification dijabarkan untuk pertama kalinya dalam sebuah artikel oleh Elihu Katz (1959) sebagai reaksi atas pernyataan Bernard Berelson (1959) bahwa bidang penelitian komunikasi sudah mati. Katz berpendapat bahwa bidang yang sedang sekarat adalah kajian komunikasi massa sebagai persuasi.16

Pendekatan uses and gratifications merupakan perpanjangan dari teori kebutuhan dan motivasi. Dalam model ini yang ingin dilihat adalah apa yang dilakukan seseorang terhadap media, bukan apa yang dilakukan media pada diri seseorang. Pemirsa dilihat sebagai individu aktif dan memiliki tujuan, mereka bertanggung jawab dalam pemilihan media yang akan mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka dan individu ini tahu kebutuhan mereka dan bagaimana memenuhinya. Media dianggap hanya menjadi salah satu cara pemenuhan kebutuhan dan individu bisa jadi menggunakan media untuk memenuhi kebutuhan mereka, atau tidak menggunakan media dan memilih cara lain.

Pendekatan ini menekankan bukan pada apa yang dilakukan media pada khalayak (what media do to people) tetapi pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media (what people do to media). Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya.

16

Severin dan Tankard, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam


(39)

Dalam pandangan uses and gratifications, khalayak pada dasarnya menggunakan media massa berdasarkan motif-motif tertentu. Media dianggap berusaha memenuhi motif khalayak. Jika motif itu terpenuhi maka kebutuhan khalayak akan terpenuhi. Sehingga khalayak secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Khalayak aktif dan sangat selektif menerima setiap terpaan dari media massa yang sampai kepadanya dan tidak begitu saja menerima semua terpaan itu. Sehingga pertanyaan utama dalam pendekatan bukan bagaimana media mengubah sikap khalayak, melainkan bagaimana media dapat mempertemukan kebutuhan sosial dan individual khalayak.

Khalayak aktif berkaitan dengan terpaan selektif. Terpaan selektif artinya khalayak memilih media massa dan isi pesan yang mereka yakini paling sesuai dengan pandangan, pendapat dan pengalaman mereka. Dengan kata lain, khalayak akan menggunakan media yang berguna bagi dirinya dan akan cenderung menghindari media yang kurang bergunan bagi dirinya.

Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch, uses and gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain, barangkali termasuk juga yang tidak kita inginkan. Blumler dan Katz (1974) merumuskan asumsi-asumsi dasar dari uses and gratifications ini, yaitu :

6. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan.


(40)

7. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

8. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah bagian dari rentangan kebutuhan manusia yang lebih luas, bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada prilaku khalayak yang bersangkutan.

9. Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu.

10.Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Uses and gratifications ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi didalam melihat media. Artinya, manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumler dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu jalan bagi khalayak untuk menggunakan media. Sebaliknya, mereka percaya bahwa ada banyak alasan khalayak untuk menggunakan media. Menurut pendapat model ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak bagi dirinya.

Seperti kebanyakan teori yang berdasarkan motivasi manusia, pendekatan use and gratification dimulai dari mengklasifikasikan kebutuhan manusia kedalam


(41)

beberapa kategori-kategori yang jelas dan dapat diuji secara teoritis. Katz, Gurevitch dan Haas (1973) memandang media massa sebagai suatu alat yang digunakan individu-individu untuk berhubungan dengan yang lain. Para peneliti tersebut membuat daftar 35 kebutuhan yang diambil dari literatur fungsi-fungsi sosial dan psikologis media massa, kemudian menggolongkannya ke dalam lima kategori:17

6. Kebutuhan kognitif (cognitive needs), yaitu memperoleh informasi, pengetahuan dan pemahaman. Kebutuhan ini berdasarkan pada hasrat untuk mengerti dan menguasai lingkungan, sehingga bisa memuaskan rasa ingin tahu khalayak.

7. Kebutuhan afektif (affective needs), yaitu emosional, pengalaman menyenangkan, atau estetis. Inilah motivasi umum dari manusia dalam mengkonsumsi media.

8. Kebutuhan integratif personal (personal integrative needs), yaitu memperkuat kredibilitas, rasa percaya diri, stabilitas dan status. Kebutuhan ini berangakat dari hasrat manusia untuk mempertahankan diri dilingkungannya.

9. Kebutuhan integratif sosial (social integrative needs), yaitu memperkuat hubungan dengan keluarga, teman dan sebagainya. Kebutuhan ini dikarenakan adanya kebutuhan manusia untuk diakui dan merasakan kasih sayang dari lingkungannya.

10. Kebutuhan pelepasan ketegangan (escapist needs), yaitu pelarian dan pengalihan.

17


(42)

Untuk melihat unsur-unsur dan cara kerja pendekatan uses and gratifications, dapat diketahui dengan memahami model pendekatan ini dari bagan berikut18

Gambar. 2

Bagan Uses and Gratifications :

Selain bagan diatas, bagan Rakhmat dibawah ini juga dapat membantu untuk memahami pendekatan uses and gratifcations19

18

Alexis Tan, Mass Communication: Theories and Research, (Grid Publishing, Inc: 1981), h. 299.

: Social Environment 5. Demographic characteristics 6. Group affilations 7. Personality characteristics Individual’s Needs 7. Cognitive needs 8. Affective needs 9. Personal

integrative needs 10. Social integrative

needs

11. Tension-release needs

Nonmedia Sources of Need Satisfaction 7. Family, friends 8. Interpersonal

communication 9. Hobbies 10. Sleep 11. Drugs, etc

Mass Media Use 5. Media type—

newspaper, radio, TV, movies 6. Media content 7. Exposure to

media

8. Social context of media exposure

Media Gratificatons 5. Surveillance 6. Diversion/

entertainment 7. Personal identity 8. Social


(43)

Anteseden Motif Penggunaan Efek Media

- Variabel - Kognitif - Hubungan - Kepuasan

Individual

- Variabel - Diversi - Macam Isi - Pengetahuan

Lingkungan

- Personal Identity - Hubungan dengan - Dependensi

Isi

Gambar. 2

Model Uses and Gratifications Rakhmat20

1. Variabel Anteseden terbagi atas dua dimensi yaitu:

menjelaskan struktur model tersebut sebagai berikut.

a. Individual, dimensi ini menyajikan informasi perihal data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan. b. Lingkungan, dimensi ini dapat terdiri atas data mengenai organisasi,

sistem sosial, dan strukt ur sosial.

2. Variabel Motif terbagi atas tiga dimensi, yaitu:

a. Kognitif, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan informasi, dan eksplorasi realitas.

b. Diversi, dimensi ini menyajikan informasi perihal data kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

c. Personal identity atau identitas personal, dimensi menyajikan perihal data tentang bagaimana penggunaan isi media untuk memperkuat atau 19

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), h. 66.

20


(44)

menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri.

3. Variabel penggunaan Media terbagi atas tiga dimensi, yaitu:

a. Jumlah waktu, dimensi ini menyajikan jumlah waktu yang digunakan dalam menggunakan media.

b. Jenis isi media, dimensi ini menyajikan jenis media yang dipergunakan.

c. Hubungan, dimensi ini menyajikan perihal hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.

4. Variabel Efek terbagi atas tiga dimensi, yaitu:

a. Kepuasan, dimensi ini menyajikan informasi perihal evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan.

b. Dependensi media, dimensi ini menyajikan informasi perihal ketergantungan responden pada media dan isi media untuk kebutuhannya.

c. Pengetahuan, dimensi ini menyajikan perihal persoalan tertentu.

2. 2. Komunikasi Massa


(45)

Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melaui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan inforamsi kepada khalayak luas. Definisi komunikasi massa yang lebih rinci dikemukakan oleh ahli komunikasi, yaitu Gerbner (1967), yaitu: “ Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continous flow of message in industrial societies”. (Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri.21

Ahli komunikasi Joseph A. Devito merumuskan definisi komunikasi massa yang pada intinya merupakan penjelasan tentang pengertian massa, dan media yang dipergunakannya. Ia mengemukakan definisinya dalam dua item yaitu; Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini berarti khalayk itu besar dan agak sukar didefinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau visual.

Dari definisi Gebner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan-pesan komunikasi. Produk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus-menerus dalam jarak waktu yang tetap. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perseorangan, melainkan harus lembaga dan membutuhkan suatu teknologi tertentu.

22

21

Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala, Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), h. 3-4.

22


(46)

Rakhmat merangkum definisi-definisi komunikasi massa tersebut menjadi: “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah besar khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”.23

23

Ibid., h. 7.

2. 2. 2. Karakteristik Komunikasi Massa

Komunikasi massa berbeda dengan komunikasi lainnya. Perbedaan itu meliputi komponen-komponen yangterlibat didalamnya, juga proses berlangsungnya komunikasi tersebut. Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:

2. 2. 2. 1. Komunikator terlembaga

Komunikasi massa menggunakan media massa baik cetak maupun elektronik. Komunikasi massa melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.

2. 2. 2. 2. Pesan bersifat umum

Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu di tujukan untuk semua orang, bukan untuk sekelompok orang tertentu saja. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Pesan komunikasi massa yang dikemas adalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik bagi sebagian besar komunikan.


(47)

Dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa juga heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda.

2. 2. 2. 4. Media massa menimbulkan keserempakan

Kelebihan komunikasi massa dibanding komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khlayak atau komunikan yang dicapainya relatif banyak. Bahkan, secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula. Keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut dalam keadaan yang terpisah.

2. 2. 2. 5. Komunikasi mengutamakan isi ketimbang hubungan

Dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan. Sehingga penekanannya terletak pada “apa” yang disampaikan.

2. 2. 2. 6 Komunikasi massa bersifat satu arah

Komunikasi massa dilakukan melaui media massa sehingga antara komunikator dan komunikan tidak terjadi kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.


(48)

Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indera bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanyan melihat. Pada radio siaran, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada televisi khalayak menggunakan penglihatan dan pendengaran.

2. 2. 2. 8. Umpan balik tertunda

Komunikator tidak dapat melihat secara langsung feedback dari komunikan. Sehingga komunikator tidak dapat mengetahui pesan-pesannya dapat diterima atau tidak, dimengerti atau tidak oleh komunikan.

2. 2. 3. Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Joseph R. Dominick24

Pengawasan peringatan, pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai ancaman bencana alam, meningkatnya inflasi dan serangan militer. Peringatan ini dapat diinformasikan segera dan serentak.

, antara lain: 2. 2. 3. 1. Pengawasan (Surveillance)

Menurut Dominick bahwa surveillance mengacu pada peranan berita dan informasi dari media massa. Media mengadakan pengawasan dan mengumpulkan informasi dan berita yang tidak bisa kita peroleh untuk selanjutnya disampaikan kepada organisasi-organisasi media massa keseluruh jaringannya di dunia.

Fungsi pengawasan dapat dibagi menjadi dua jenis:

Pengawasan instrumental, pengawasan jenis ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari-hari.

24

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori & Praktek, (Bandung: PT Remaja Rodakarya, 2005), h. 29-31.


(49)

Contohnya adalah berita harga barang kebutuhan di pasar, peluncuran produk-produk baru maupun informasi tentang film yang akan tayang di bioskop.

2. 2. 3. 2. Interpretasi (Interpretation)

Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data, tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya adalah tahuk rencana surat kabar. Tajuk rencana merupakan pemikiran para redaktur media tersebut mengenai topik berita yang paling penting. Adakalanya fungsi interpretasi ini tidak berbentuk tulisan, terdakang dapat dibuat menjadi karikatur atau gambar-gambar lucu yang bersifat sindiran.

2. 2. 3. 3. Hubungan (Linkage)

Media massa mampu menghubungkan unsur-unsur yang terdapat didalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. Ketika para pemuka partai politik muncul di suatu media maka serta merta para pengikutnya dan pengagum partai tersebut akan menggunakan media tersebut demi melihat tokoh idolanya.

2. 2. 3. 4. Sosialisasi

Menurut Dominick, sosialisasi merupakan transmisi nilai-nilai yang mengacu kepada cara-cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai-nilai dari suatu kelompok. Media massa menyajikan penggamabaran masyarakat; masyarakat yang membaca, melihat dan mendengarkannya akan mempelajari bagaimana khalayak berprilaku dan nilai-nilai apa yang penting.


(50)

Diantara jenis-jenis media massa, televisi termasuk media yang daya persuasinya paling kuat. Televisi memberikan berbagai variasi tayangan, terutama yang sifanya hiburan. Tayangan-tanyangan tersebut dikemas sedemikian rupa agar bisa menghibur penontonnya.

2. 3. Motif Penggunaan Media

2. 3. 1. Motif dan Pemuasan Kebutuhan

Motif berasal dari bahasa Latin “movere” yang artinya bergerak. Motif berarti kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat sesuatu/merupakan driving force. Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu.

Motif adalah impuls atau dorongan yang memberi energi pada tindakan manusia sepanjang lintasan kognitif/perilaku kearah pemuasan kebutuhan. Motif merupakan suatu “keadaan perasaan”. Motif bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan. Ada tatanan yang erat “suatu hubungan dinamis antara motivasi dan tujuan” (Giddens, 1984).25

Menurut Wahjosumidjo, motivasia adalah suatu proses psikolgi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang untuk bertingkah laku dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dirasakan26

Perbedaan motif berlaku juga dalam proses pemilihan media. Perbedaan seseorang dalam menggunakan media menimbulkan perbedaan pula pada tingkat

25

James Lull, op. cit., h. 121-122.

26


(51)

kepuasan kebutuhan yang didapat individu dalam menggunakan media. Semakin sesuai pesan komunikasi dengan motif, semakin besar pula kemungkinan komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Menurut Mc Quail dkk, kebutuhan berasal dari “pengalaman sosial” dan media massa terkadang dapat membantu membangkitkan khalayak terhadap kesadaran akan kebutuhan tertentu yang berhubungan dengan situasi sosialnya.27

3. Seseorang senang terhadap sesuatu, apabila ia dapat mempertahankan rasa senangnya maka akan termotivasi untuk melakukan kegiatan itu.

Informasi atau hiburan bukan sebagai sesuatu yang dibutuhkan oleh seseorang, melainkan sebagai sesuatu yang digunakan untuk memuaskan suatu kebutuhan atau hasrat pribadi yang dalam.

Motif timbul karena adanya motivasi. Motivasi adalah pernyataan dari dalam berupa gerakan yang sering muncul sebelum bertingkah laku, hubungan motivasi dan tingkah laku brdekatan. Konsep motivasi yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

4. Apabila orang merasa yakin mampu menghadapi tantangan maka biasanya orang terdorong melakukan kegiatan tersebut.

Sumber utama munculnya motif adalah dari rangsangan (stimulus) perbedaan situasi sekarang dan situasai yang akan datang, sehingga tanda perubahan tersebut tampak pada adanya perbedaan afektif saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.

27


(52)

Dapat disimpulkan bahwa motif adalah dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang untuk mengadakan perubahan tingkah laku, yang mempunyai indikator sebagai berikut:

7. Adanya hasrat dan keinginan untuk melakukan kegiatan. 8. Adanya dorongan dan kebutuhan melakukan kegiatan. 9. Adanya harapan dan cita-cita.

10.Penghargaan dan penghormatan atas diri. 11.Adanya lingkungan yang baik.

12.Adanya kegiatan yang menarik.

2. 3. 2. Motif Diversi dan Tayangan Hiburan

Industri film dan penyiaran sejak awal lebih dianggap sebagai media hiburan. Daya tarik hiburanlah yang membuat orang menonton tayangan televisi yang menampilkan artis terkenal. Ini mereka dilakukan untuk dapat melepaskan sejenak kesibukan dan rutinitas. Itulah motif yang melatarbelakanginya. Salah satu motif dalam pendekatan uses and gratifications adalah motif diversi. Motif diversi adalah motif yang meliputi kebutuhan atau pelepasan diri dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan.

Motif diversi dapat diukur melalui indikator-indikator sebagai berikut:

5. Melepaskan diri dari kegiatan rutin.

6. Melupakan masalah yang ada meski hanya untuk sesaat.

7. Melepaskan/mengurangi ketegangan dan emosi yang sedang dirasakan.


(53)

Menurut Zillman dan Bryant pilihan-pilihan dalam dalam hiburan dibuat ”mendadak” atau secara spontan. Orang memilih hiburan secara intutif, tergantung mood/selera mereka. Para peneliti itu mengatakan:

”Program-program syur lebih banyak menarik perhatian subjek-subjek yang mengalami kebosanan secara signifikan dibandingkan dengan subjek yang tertekan.... Program-program relaks lebih banyak menarik perhatian subjek yang tertekan dibandingkan subjek yang bosan.... Hampir semua subjek telah memilih materi-materi yang membantu mereka secara efektif lari dari keadaan yang tidak diinginkan....”28

28

Severin dan Tankard, op. cit., h. 169-170.

Secara keseluruhan isi media adalah hiburan atau sesuatu yang dimaksudkan sebagai hiburan. Salah satu cara apakah suatu acara hiburan atau bukan, adalah dengan menyimak isinya dan memperkirakan dampaknya. Ada pendapat bahwa sesuatu bersifat menghibur jika hal itu menjadikan kita gembira dan melupakan sejenak berbagai kesulitan dan masalah. Makna hiburan juga tergantung pada motivasi orang yang menggunakan media. Jika seseorang menjadikan televisi sebagai media hiburan, maka apa saja acaranya akan dianggap sebagai hiburan.


(54)

Dalam studi komprehensifnya mengenai dampak media massa, Joseph T. Kappler melaporkan bahwa orang-orang mencari hiburan acapkali karena mereka ingin melepaskan tekanan emosinya dari beratnya kehidupan sehari-hari. Mereka ingin menentramkan perasaan dengan membaca komik atau menonton televisi. Paling tidak, hiburan membantu seseorang merasa gembira.29 Tentu saja hiburan tidak hanya membuahkan dampak positif, namun juga mengandung unsur negatif. Chalene Brown dari Universitas Stanford berkata:30

29

William L. Rivers dkk, Media Massa dan Masyarakat Modern, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 287.

30

Ibid., h. 282.

”Hiburan memang dibutuhkan setiap orang agar dapat rileks dan tahan menghadapi tekanan kehidupan modern.... Saya tidak ingin menyaksikan film-film yang hanya membuat saya sedih dan berlarut-larut memprihatinkan nasib dunia. Namun kenyataannya bioskop dan televisi acapkali gagal menghibur saya....”

Penyataan diatas berkaitan dengan kenyatan bahwa terkadang taynagn hiburan gagal menghibur. Seperti istilah yang dikenal dalam pendekatan uses and gratifications, bahwa tayangan di televisi disfungsional terhadap pemuasan kebutuhan hiburan. Pemberian informasi menimbulkan efek yang tidak diinginkan dan bukannya menghibur tetapi malah menimbulkan kekesalan atau ketegangan setelah menonton tayangan tersebut.


(55)

2. 4. Televisi dan Tayangan Televisi

2. 4. 1. Televisi

Televisi sebagai media komunikasi massa, berasal dari dua suku kata yaitu tele yang berarti “jarak” dalam bahasa Yunani dan visi yang berarti “citra atau gambar” dalam bahasa Latin. Jadi, kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut suaranya dari suatu tempat yang bejarak jauh.

Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya yaitu memberi informasi pada audiens, mendidik dengan memberikan informasi-informasi bagi audiens, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh informasi.31

Stasiun penyiaran swasta adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio dan televisi.

Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno pada tanggal 24 Agustus 1962 pukul 14.30 wib. Undang-Undang Penyiaran di Indonesia membagi jenis stasiun penyiaran ke dalam empat jenis. Keempat jenis stasiun penyiaran ini berlaku untuk televisi dan radio. Keempat jenis stasiun penyiaran itu adalah stasiun penyiaran swasta, stasiun penyiaran berlangganan, stasiun penyiaran public dan stasiun penyiaran komunitas.

32

31

Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala, op. cit., h. 123.

32

Pasal 13, Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002.

Saat ini terdapat sepuluh stasiun televisi swasta di Indonesia yaitu, RCTI, TPI, SCTV, Metro TV, Indosiar,


(56)

ANTV, Trans TV, Trans 7, Global TV dan Tv One. Khusus Metro Tv dan Tv One adalah stasiun televisi berita.

Jika dihubungkan dengan penggunaan media, motif seorang anggota khalayak adalah untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan fungsi media itu sendiri. Adapun fungsi media yang sesuai dengan pendekatan uses and gratification adalah33

5. Informasi :

• Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.

• Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat, hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.

• Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum. • Belajar, pendidikan sendiri.

6. Identitas diri

• Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi. • Menemukan model prilaku.

• Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (media). • Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.

7. Integrasi dan interaksi sosial

• Menemukan bahan percakapan dan interaksi social. • Memperoleh teman.

• Memperoleh pengetahuan tentang orang lain empati.

33

Dennis Mc Quail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h. 72.


(57)

8. Hiburan

• Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan. • Bersantai dan memperoleh kenikmatan jiwa

Motif diversi dalam diri seseorang menjadikan fungsi hiburan televisi begitu dominan. Seseorang sering mengaku menghabiskan waktu dengan menonton televisi sebagai pelarian dari rutinitas maupun masalah. Setelah menonton tayangan hiburan di televisi seseorang berharap akan mendapatkan kepuasan berupa adanya perasaan terhibur atau lebih jauh lagi bisa mendapatkan jawaban untuk memecahkan masalahnya.

2. 4. 2. Tayangan Televisi

Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sanagt banyak dan beragam jenis. Pada dasarnya apa saja bias dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hokum, dan peraturan yang berlaku..

Berbagai jenis program itudapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu, program informasi (berita) dan program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan; dan berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gossip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukkan.


(58)

Selain pembagian jenis program diatas, terdapat pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program itu bersifat factual atau fiktif. Program factual antara lain meliputi program berita, documenter atau reality show. Sementara program yang bersifat fiktif antara lain drama atau komedi.

2. 4. 2. 1. Infotainment

Infotainment adalah salah satu jenis kemudian menjadi istilah populer untuk atau entertainment. Infotainment di Indonesia identik dengan acara televisi yang menyajikan berita selebritis dan memiliki ciri khas penyampaian yang unik.34

Infotainment adalah berita yang menyajikan informasi mengenai kehidupan orang-orang yang dikenal masyarakat (selebitis) dank arena sebagian besar dari mereka bekerja pada industri hiburan seperti pemain film/sinetron, penyanyi, dan sebagainya maka berita mengenai mereka disebut juga infotainment. Infotainment adalah salah satu bentuk berita keras karena memuat informasi yang harus segera ditayangkan. Dewasa ini, infotainment disajikan dalam program berita sendiri yang terpisah dan khusus menampilkan berita-berita mengenai kehidupan selebritis.

35

Infotainment pada dasarnya adalah produk jurnalisme. Berbicara tentang infotainment yang pertama kali terbayang di benak audiens adalah selebriti dan gosipnya. Infotainment adalah informasi yang ringan dan aktual seputar dunia

34

35


(59)

selebritis dan orang-orang terkenal yang dikemas dalam bentuk hiburan, contohnya tentang profil selebritis. Kalaupun mencari fakta, infotainment sering tidak ada hubungannya dengan kepentingan publik yang luas.

Tayangan infotainment berkembang sangat pesat. Infotainment menyodorkan kenyataan baru, sekalipun bukan nilai kebaruan. Tayangan ini menyorot sisi-sisi pribadi selebritis dan public figure. Teknik jurnalisme dalam tayangan ini hanya meminta statement atau mengkonfirmasikan statement orang lain berkaitan dengan dirinya. Infotainment biasanya menempatkan aris sebagai tokoh utamanya, sehingga tayangan ini menjadi penting di dunia hiburan.

Saat ini, hampir semua televisi swasta memiliki tayangan infotainment. Berikut daftar infotainment yang ditayangkan dibeberapa stasiun televisi swasta:36

Trans TV: Insert Pagi, Insert Siang dan Insert investigasi. Trans 7: I-Gosip

RCTI: Go Spot, Silet, Kabar Kabari, Cek & Ricek SCTV: Was-was, Ada Gosip, Kasak-kusuk, Hot Shot ANTV: Expresso

GLOBAL TV: Obrolan Seputar Selebriti (Obses)i, Genie TPI: Go Show dan Kassel

• Indosiar: KISS

36


(60)

2. 5. Teori Gender

Gender adalah segala sesuatu yang diasosiasikan dengan jenis kelamin seseorang, termasuk juga peran, tingkah laku, preferensi, dan atribut lainnya yang menerangkan kelaki-lakian atau kewanitaan di budaya tertentu (Baron&Byrne, 1979). Pada beberapa kepentingan, norma sosial mengacu pada norma tradisional dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya diharapkan oleh masyarakat, dimana laki-laki lebih diharapkan lebih kuat, dominan, asertif, sementara perempuan seharusnya mempunyai sifat merawat, sensitif, dan ekspresif. Jika situasinya sesuai dan nyaman, maka akan sangat memuaskan untuk mengikuti dan bertingkah laku sesuai norma sosial tersebut, namun jika tidak sesuai, maka tingkah laku dapat disesuaikan dengan kondisi.37

Menurut Narwoko,38

Menurut Umar dalam Narwoko,

Gender adalah perbedaan yang tampak pada laki-laki dan perempuan apabila ditinjau dari nilai dan tingkah laku. Gender juga dapat dipandang sebagai konsep kultural, berupaya untuk membuatperbedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Gender mempunyai beberapa peranan, salah satunya adalah menjadi sebuah paradigma atau kerangka teori lengkap dengan asumsi dasar, model dan konsep-konsepnya.

39

37

bahwa gender sebagai suatu konsep untuk mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dilihat dari segi sosil budaya. Dalam satu masyarakat wanita dikaitkan dengan beberapa

Februari 2010.

38

Dwi J. Narwoko, Sosiologi : Teks dan Pengantar, (Jakarta : Prenada Media Group, 2004), h. 314.

39


(61)

pekerjaan rumah seperti mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah tangga, memasak, dan mencuci. Sedangkan laki – laki dikaitkan dengan urusan-urusan yang ada di luar rumah seperti bekerja dan mencari nafkah. Dalam beberapa pandangan budaya, wanita dianggap sebagai makhluk yang lemah lembut, emosional, dan keibuan, sedangkan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang kuat, rasional dan perkasa. Pandangan seperti ini akhirnya berimbas pada jenis-jenis pekerjaan ataupun aktivitas yang cocok untuk laki-laki ataupun perempuan.


(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian

3. 1. 1. Sejarah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara merupakan fakultas kesembilan di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Prakarsa pendirian FISIP USU berasal dari beberapa dosen dalam bidang Ilmu Sosial, Administrasi, dan Manajemen yang berada di Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Hukum pada tahun 1979.

Persiapan proposal pendirian dilakukan oleh Drs. Adham Nasution, Asma Affan MPA, Dr. AP. Parlindungan,SH. M.Solly Lubis, SH. dan beberapa dosen lainnya. Berdasarkan proposal tersebut, Rektor USU Dr. AP Parlindungan, SH memperjuangkan agar di USU didirikan FISIP. Pada tahun 1980, mulanya FISIP USU merupakan Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat di Fakultas Hukum USU. Para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengangkat Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 1181/PT05/C.80 tertanggal 1 Juli 1980.

Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat ini pertama kali menerima mahasiswa melalui ujian SIPENMARU pada tahun ajaran 1980/1981 dengan jumlah mahasiswa sebanyak 75 orang. Kegiatan perkuliahan pertama kali dimulai tanggal 18 Agustus 1980 yang pembukaannya diresmikan oleh Rektor USU yaitu Prof. Dr. AP Parlindungan, SH di gedung perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi USU, dan perkuliahan selanjutnya dilaksanakan sore hari di gedung tersebut.


(63)

Walaupun Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan salah satu jurusan di Fakultas Hukum USU, namun kegiatan perkuliahan dan kegiatan administrasi jurusan tidak dilaksanakan di Fakultas Hukum USU. Kegiatan administrasi dilaksanakan di salah satu ruangan BAAK USU yang sekarang merupakan gedung Fakultas Sastra USU. Selanjutnya pada tanggal 7 April 1983 kegiatan administrasi jurusan dipindahkan ke gedung Biro Rektor yang sekarang merupakan gedung Pusat Komputer. Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat merupakan “embrio” (cikal bakal) berdirinya FISIP USU.

Berkat perjuangan dan usaha yang dilakukan pendiri FISIP USU, maka dua tahun kemudian, yaitu tahun 1982, keluarlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1982 tanggal 7 September 1982. dalam Surat Keputusan tersebut dicantumkan Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sumatera Utara yang merupakan fakultas ke-9 di USU. Semua mahasiswa yang terdaftar pada Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat tersebut menjadi mahasiswa FISIP USU.

Pada tahun ajaran pertama ini para pendiri FISIP ini sepakat untuk mengusulkan Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan. Pada tahun 1982, terbitlah Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1982, tanggal 7 September 1982 tentang Susunan Organisasi Universitas Sumatera Utara, dimana dalam surat keputusan tersebut dicantumkan bahwa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Sumatera Utara merupaka fakultas ke sembilan atau Fakultas yang terakhir di USU. Sehubungan dengan itu, maka Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat yang berada di bawah Fakultas Hukum USU berubah statusnya menjadi fakultas. Semua mahasiswa yang terdaftar pada jurusan tersebut


(64)

otomatis menjadi mahasiswa FISIP USU, belum dibagi ke dalam jurusan-jurusan karena ketentuan jurusan yang akan dibuka di FISIP USU belum ada.

Saat ini FISIP USU berada di Jl. Dr. A. Sofian No. 1 Kampus USU. Bersebelahan dengan Fakultas Ekonomi, dan berseberangan dengan Fakultas Pertanian USU.

Setelah Jurusan Ilmu Pengetahuan Masyarakat fakultas Hukum USU ditetapkan menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, maka secara otomatis pula Drs. M. Adham Nasution sebagai Ketua Jurusan sudah habis masa jabatannya dan FISIP USU yang baru berdiri belum mempunyai dekan. Dalam rangka pengembangan FISIP USU tersebut, maka dibentuklah satu panitia persiapan pemilihan Dekan FISIP USU dengan Surat Keputusan Rektor USU Nomor 573/PT05/C.82 tertanggal 19 Oktober 1982. Tujuan dari pembentukan panitia tersebut adalah untuk memilih dekan yang akan memimpin FISIP USU. Dalam rapat tersebut dengan suara bulat menyetujui Drs. M. Adham Nasution sebagai Pejabat Sementara Dekan FISIP USU.

Kemudian pada tanggal 1 Maret 1983 terbitlah Surat Keputusan Rektor tentang Pengangkatan Drs. M. Adham Nasution sebagai pejabat sementara Dekan FISIP USU dengan Nomor 64/PT05/SK/C.83, sedangkan Pejabat Sementara para Pembantu Dekan yang diangkat sebagai pejabatnya adalah :

1. Pembantu Dekan I : T. Daoed Ahmad, SH 2. Pembantu Dekan II : Drs. Haniful Chair Nasution 3. Pembantu Dekan III : Dra. Nurlela Ketaren

Pada bulan Oktober 1983 FISIP USU yang untuk pertama kalinya melantik sebanyak 24 orang sarjana muda dari mahasiswa angkatan 1980/1981,


(65)

sedangkan pelantikannya diadakan di Gelanggang Mahasiswa Jalan Universitas kampus USU Medan.

Sesuai dengan perkembangannya sebagai suatu Fakultas, FISIP USU mengusulkan agar dapat membuka beberapa jurusan. Pada tahun 1983 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0535/0/83 tentang jenis dan jumlah fakultas di lingkungan USU, disebutkan bahwa FISIP USU terdiri dari lima jurusan, yaitu:

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan ILmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Namun demikian, pembukaan kelima jurusan tersebut dilakukan secara bertahap, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Mengingat juga terbatasnya jumlah tenaga pengajar (dosen) yang ada, dan terbatasnya disiplin ilmu yang dimiliki dosen pada masing-masing jurusan, maka jurusan yang pertama dibuka adalah Jurusan Ilmu Administrasi dan Ilmu Komunikasi.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 2001/2002 FISIP USU mengusulkan kembali agar menambah jurusan yang baru yaitu Jurusan Ilmu Politik. Berdasarkan Surat Izin Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 2809/D/T/2001 tanggal 31 Agustus 2001 dibukalah jurusan tersebut.

Melalui rapat senat tanggal 25 April 2001 FIFIP USU kembali mengusulkan ke Rektor USU agar FISIP USU membuka Program baru yaitu


(66)

Program Extention yang berada di bawah naungan masing-masing jurusan yang ada di FISIP USU.

3. 1. 2. Program Studi

Pada tahun 1983 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0535/0/83 tentang Jenis dan Jumlah pada Fakultas-Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, disebutkan bahwa FISIP USU mempunyai lima jurusan dengan urutan sebagai berikut.

1. Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2. Jurusan Ilmu Komunikasi

3. Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial 4. Jurusan Sosiologi

5. Jurusan Antropologi

Pada tahun Akademik 1995/ 1996, FISIP USU membuka Program Diploma I (D-I) dan Program Diploma III (D-III), bekerjasama dengan direktorat Jenderal Pajak. Pada tahun ajaran 2000/2001 program D-I Administrasi Perpajakan tidak menerima mahasiswa baru lagi, dengan jumlah alumni D-I seluruhnya adalah 153 orang.

Pada tahun akademik 2001/2002 telah dibuka Program Studi Ilmu Politik berdasarkan SK No. 616/J05/SK/PP/2002 dan telah menerima sejumlah 60 mahasiswa.


(1)

6. Indosiar

7. ANTV

Berikan pernyataan anda dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom TS, KS, N, S dan SS!

TS = Tidak Setuju KS = Kurang setuju

N = Netral S = Setuju SS =

Sangat Setuju MOTIF DIVERSI

Motif diversi mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan hiburan dalam dirinya.

No PERTANYAAN TS KS N S SS

1. Dengan menonton televisi Anda dapat beristirahat dari rutinitas sehari-hari.

2. Dengan menonton televisi Anda dapat melupakan permasalahan yang dihadapi. 3. Dengan menonton televisi dapat melepaskan

segala perasaan emosi yang Anda rasakan. 4. Dengan menonton televisi Anda dapat

mengisi waktu luang.

5. Dengan menonton televisi Anda dapat mengusir rasa bosan.

6. Televisi sebagai sarana utama Anda dalam memperoleh hiburan.


(2)

TAYANGAN HIBURAN DI TELEVISI

Tayangan hiburan di televisi (infotainment) mampu memberikan hiburan yang diinginkan penontonnya. Infotainment adalah jenis hard news yang menyajikan berita yang dikemas secara ringan dan menghibur.

No PERTANYAAN TS KS N S SS

1. Infotainment adalah tayangan yang menarik untuk ditonton.

2. Infotainment menyajikan berita-berita yang menghibur.

3. Isi berita infotainment dapat menghilangkan rasa bosan.

4. Isi berita infotainment dapat menjadi solusi permasalahan yang dihadapi.

No PERTANYAAN TS KS N S SS

5. Isi berita infotainment dapat mengurangi ketegangan emosi.

6. Isi berita infotainment dapat memberikan hiburan saat beristirahat dari rutinitas sehari-hari. 7. Dengan menonton infotainment dapat

memberikan rasa santai.

8. Jam tayang infotainment sudah sesuai sebagai tayangan hiburan.

9. Jam tayang infotainment tidak mengganggu penayangan acara favorit Anda lainnya.

10. Durasi infotainment dalam sekali tayang pas dan tidak berlebihan.

11. Frekuensi tayang infotainment dalam seminggu sudah pas dan tidak berlebihan.


(3)

INFOTAINMENT YANG PALING SERING DITONTON

Berikan pernyataan anda dengan memberikan tanda centang (√) pada kolom TS, KS, N, S dan SS!

TP = Tidak Pernah J = Jarang

N = Netral S = Sering SS =

Sangat Sering

No TAYANGAN INFOTAINMENT

TP J N S SS

1. Insert Pagi

2. Was-was

3. Obsesi

4. Espresso

5. Insert Siang

6. Silet

7. KISS

8. Frekuensi menonton infotainment dalam sehari


(4)

GRATIFIKASI TAYANGAN HIBURAN

Infotainment adalah tayangan yang cocok sebagai tontonan hiburan dalam pemenuhan motif diversi (fungsional dan disfungsional).

No PERTANYAAN TS KS N S SS

1. Setelah menonton infotainment Anda merasa terhibur.

2. Setelah menonton infotainment Anda dapat mengisi waktu luang.

3. Setelah menonton infotainment Anda dapat mengusir rasa bosan dari rutinitas sehari-hari. 4. Setelah menonton infotainment Anda dapat

melepaskan ketegangan emosi yang dirasakan. 5. Setelah menonton infotainment Anda dapat

melupakan sejenak beban permasalahan. 6. Setelah menonton infotainment perasaan Anda

menjadi santai.

6. Apakah infotainment sudah menjadi tayangan yang cocok untuk memenuhi kebutuhan akan hiburan?

( ) Ya ( ) Cukup ( ) Tidak Alasan:

……… 7. Sebutkan infotainment yang paling disukai dan tidak disukai! Berikan alasannya!

Jawab:

………

Peneliti, SEKAR SUSFINA


(5)

DEPARTEMEN ILMU KOMUIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 82171618

LEMBARAN CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Sekar Susfina

N I M : 060904092

PEMBIMBING : Drs. Amir Purba, MA

NO. TGL. PERTEMUAN PEMBAHASAN PARAF BIMBINGAN 1. 12 Februari 2010 Bimbingan I

2. 9 Maret 2010 ACC Seminar Proposal

3. 11 Maret 2010 Seminar Proposal

4. 5 April 2010 Penyerahan Revisi Bab I

6. 14 April 2010 Penyerahan Rancangan Kuesioner

7. 24 April 2010 ACC Kuesioner.

8. 10 Agustus 2010 Diskusi

9. 30 September 2010 Penyerahan Bab II s.d. Bab V


(6)

BIODATA

Nama : Sekar Susfina

NIM / Departemen : 060904092 / Ilmu Komunikasi Program Studi : Hubungan Masyarakat (HUMAS) Tempat / Tanggal Lahir : Medan, 11 Oktober 1988

Anak ke : 2 dari 3 bersaudara 1. Kakak : Sekar Kurniasih, S. S 2. Adik : Sekar Musfira

Pendidikan : 1. SD Negeri 1 Paya Bujok Tunong Langsa - Aceh 2. SLTP Negeri 3 Langsa - Aceh

3. SMA Negeri 1 Langsa - Aceh

4. Ilmu Komunikasi FISIP USU, lulus tahun 2010 Nama Orang tua

1. Ayah : Ir. Muslim Lubis 2. Ibu : Sri Retnowati, MS

Alamat : Jl. Medan Area Selatan Gg. Hormat No.4 / 395 – Medan 20216


Dokumen yang terkait

Talk Show Dan Sikap Mahasiswa (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan “Apa Kabar Indonesia Malam” di tvOne terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

0 71 232

Pengaruh Tayangan Televisi terhadap Sikap (Studi Korelasional Pengaruh Acara Dahsyat di Stasiun Televisi RCTI Terhadap Sikap Mahasiswa FISIP USU)

2 46 133

MOTIF MAHASISWA MENYAKSIKAN TAYANGAN INFOTAINMENT SILET DI RCTI Studi Pada Mahasiswa Fakultas Agama Islam Angkatan 2005 Universitas Muhammadiyah Malang

0 22 2

OBJEKTIVITAS BERITA DALAM INFOTAINMENT DI STASIUN TELEVISI SWASTA (Analisis Isi Program Tayangan Entertainment News Pada Stasiun Televisi NET Tv)

7 15 26

MOTIF DAN KEPUASAN MENONTON TAYANGAN TELEVISI Motif Dan Kepuasan Menonton Tayangan Televisi Studi Korelasi Motif Dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Indonesia Lawak Klub Di Trans7 Pada Kalangan Mahasiswa Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan

0 4 11

MOTIF DAN KEPUASAN MENONTON TAYANGAN TELEVISI Motif Dan Kepuasan Menonton Tayangan Televisi Studi Korelasi Motif Dan Kepuasan Dalam Menonton Tayangan Indonesia Lawak Klub Di Trans7 Pada Kalangan Mahasiswa Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan

0 2 16

SKRIPSI Siaran Televisi Dan Anak: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Tayangan Infotainment.

3 14 18

PENDAHULUAN Siaran Televisi Dan Anak: Studi Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Tayangan Infotainment.

0 1 18

"Infotainment" Jadi Tayangan Nonfaktual.

0 0 2

MOTIF DAN KEPUASAN PEMIRSA TELEVISI PADA PROGRAM INFOTAINMENT INSERT DAN INTENS

0 0 127