Share Margin Lembaga Tataniaga

akan dijual sehingga tidak terlalu memerlukan biaya besar. Pedagang ini sama sekali tidak melakukan proses perawatan karena kelinci yang tidak habis dijual akan dikembalikan ke pedagang tempat ia membeli kelinci tersebut. Oleh karena itu, risiko pasar yang dihadapi relatif tidak ada. Sistem informasi pasar diperoleh dari para pedagang dan konsumen.

5.3 Share Margin Lembaga Tataniaga

Share margin adalah rasio antara harga jual akhir pada tingkat peternak dengan harga yang diterima konsumen akhir yang dinyatakan dalam persentase. Share margin juga merupakan persentase price spread terhadap harga beli konsumen di pasaran. Sementara itu, price spread adalah sebaran harga pada setiap komponen biaya tataniaga dan lembaga tataniaga. Untuk menganalisis share margin dan price spread di setiap lembaga tataniaga maka perlu dihitung biaya tataniaga yang dilakukan oleh masing-masing peternak dan lembaga tataniaganya dalam satuan waktu satu bulan kalender. Berikut rata-rata share margin dan price spread tataniaga kelinci pada setiap saluran. Universitas Sumatera Utara Tabel 13. Rata-Rata Share Margin dan Price Spread Tataniaga Kelinci Pada Saluran I No Uraian Price Spread Rpekor Share 1. Peternak a. Harga jual peternak b. Total Biaya - Perawatan - Tenaga kerja - Penyusutan - Marketing loss c. Margin keuntungan d. Nisbah margin keuntungan 25.000 3.637,43 1.000 2.000 137,43 500 21.362,57 30,76 1,7 3,5 0,24 0,89 37,98 5,88 2. Pedagang Pengumpul Daerah a. Harga beli b. Harga jual c. Total biaya : - Penyusutan - Transportasi - Marketing loss d. Margin keuntungan e. Nisbah margin keuntungan 25.000 81.250 538,88 138,8 250 150 55.711,12 0,24 0,44 0,26 99,04 103,38 3. Harga beli konsumen 81.250 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 5, 6, 7, 8, 10, dan 12 Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai tunai yang diperoleh peternak adalah sebesar Rp25.000,00 30,76 sedangkan biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan adalah Rp3.637,43. Dengan demikian, share peternak adalah sebesar Rp21.362,57 per ekor kelinci. Peternak menjual kelincinya dengan harga Rp25.000,00 per ekor ke pedagang pengumpul. Margin yang terjadi antara peternak dengan pedagang pengumpul adalah sebesar Rp56.250,00. Angka ini tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan harga jual peternak itu sendiri. Di lain sisi, pedagang menjual kelincinya dengan harga Rp81.250,00 per ekor. Biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul daerah adalah sebesar Rp538,88 dengan rincian penyusutan sebesar Rp138,8 0,24, transportasi sebesar Rp250,00 0,44, serta marketing loss sebesar Rp150,00 0,26. 44 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul adalah Rp55.711,12 99,04. Nisbah margin keuntungan bagi peternak dan pedagang pengumpul daerah masing-masing adalah 5,88 dan 103,38. Artinya, tambahan pendapatan yang diperoleh peternak adalah sebesar 5,88 output untuk setiap tambahan satu unit input. Demikian juga untuk pedagang pengumpul. Tambahan pendapatan yang diperolehnya adalah 103,38 output untuk setiap tambahan satu unit input. Pada saluran II, ada tiga lembaga yang terlibat dalam tataniaga kelinci. Hal ini menyebabkan jalur yang dilalui juga semakin panjang dan biaya yang dikeluarkan juga semakin besar. Dari hasil penelitian untuk saluran II diperoleh bahwa bahwa harga yang diterima peternak adalah sebesar Rp25.000,00 33,33. Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan adalah Rp3.637,43 dengan rincian biaya perawatan sebesar Rp1.000,00 2, biaya tenaga kerja sebesar Rp2.000,00 4, penyusutan sebesar Rp137,43 0,27, serta biaya marketing loss sebesar Rp500,00 1 .Dengan demikian, keuntungan yang diterima peternak adalah Rp21.362,57 per ekor kelinci. Nilai price spread dan share margin untuk masing-masing lembaga tataniaga dalam saluran II dapat dilihat dalam Tabel 14. Universitas Sumatera Utara Tabel 14. Rata-Rata Share Margin dan Price Spread Tataniaga Kelinci Pada Saluran II No Uraian Price Spread Rpekor Share 1. Peternak a. Harga jual peternak b. Total Biaya - Perawatan - Tenaga kerja - Penyusutan - Marketing loss c. Margin keuntungan d. Nisbah margin keuntungan 25.000 3.637,43 1.000 2.000 137,43 500 21.362,57 33,33 2 4 0,27 1 42,72 5,88 2. Pedagang Pengumpul Daerah Sekaligus Peternak a. Harga beli b. Harga jual c. Total biaya : - Perawatan - Penyusutan - Transportasi - Marketing loss d. Margin keuntungan e. Nisbah margin keuntungan 25.000 50.000 13.907,91 1.000 157,91 250 12.500 11.092,09 2 0,31 0,5 25 22,10 0,79 2. Pedagang Pengecer Luar Daerah a. Harga beli b. Harga jual c. Total biaya : - Transportasi d. Margin keuntungan e. Nisbah margin keuntungan 50.000 75.000 60 60 24.940 0,12 49,88 415,66 3. Harga beli konsumen 75.000 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, dan 14 Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa selisih harga antara peternak dengan pedagang pengumpul adalah sebesar Rp25.000,00. Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul daerah sekaligus peternak adalah senilai Rp13.907,91 dengan rincian biaya perawatan sebesar Rp1.000,00 2, penyusutan sebesar Rp157,91 0,31, biaya transportasi sebesar Rp250,00 0,5, dan biaya marketing loss sebesar Rp12.500,00 25. Biaya marketing loss merupakan biaya tertinggi. Hal ini disebabkan oleh tanggung jawab yang besar terhadap kelinci yang dijual oleh pedagang pengecer luar daerah. Pedagang 46 Universitas Sumatera Utara kemudian menjual kelincinya ke pedagang pengecer dengan harga Rp50.000,00 per ekor. Oleh karena itu, keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul daerah dalam saluran II yaitu hanya Rp11.092,09 22,10. Sementara itu pedagang pengecer luar daerah membeli kelinci dari pedagang sebelumnya seharga Rp50.000,00 per ekor. Kemudian ia mengeluarkan biaya transportasi yang hanya sejumlah Rp60,00 0,12. Hal ini dikarenakan transportasi yang digunakan juga bersamaan dengan kendaraan pengangkut sayuran dan tidak terlalu memerlukan tempat khusus dalam pengangkutan. Pada saluran ini pedagang pengecer tidak menanggung biaya marketing loss. Dengan demikian, keuntungan yang diperolehnya adalah Rp24.940,00 49,88 per ekor kelinci. Nisbah margin keuntungan untuk peternak adalah senilai 5,88. Sedangkan pedagang pengumpul daerah dan pedagang pengecer luar daerah masing-masing 0,79 dan 415,66. Artinya, keuntungan terbesar dari tataniaga kelinci pada saluran II terdapat pada pedagang pengecer luar daerah. Peternak menerima kenaikan output sebesar 5,88 unit setiap kenaikan satu unit input. Sedangkan untuk pedagang pengumpul daerah menerima kerugian sebesar 0,79 output untuk setiap kenaikan satu unit input dan pedagang penecer luar daerah menerima kenaikan 415,66 output untuk setiap kenaikan satu unit input. Untuk saluran III, nilai price spread dan share margin masing-masing lembaga tataniaga yang terlibat dapat dilihat dalam Tabel 15. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa total nilai yang diperoleh peternak adalah Rp25.000,00 31,25. Biaya yang dikeluarkan peternak dalam saluran III adalah Rp3.637,43 yang terdiri dari komponen biaya perawatan sebesar Rp1.000,00 1,81, biaya tenaga kerja sebesar Rp2.000,00 3,63, penyusutan sebesar Rp137,43 0,24 serta biaya 47 Universitas Sumatera Utara marketing loss sebesar Rp500,00 0,90. Dengan demikian margin keuntungan yang diperoleh peternak adalah Rp21.362,57 per ekor kelinci. Tabel 15. Rata-Rata Share Margin dan Price Spread Tataniaga Kelinci Pada Saluran III No Uraian Price Spread Rpekor Share 1. Peternak a. Harga jual peternak b. Total Biaya - Perawatan - Tenaga kerja - Penyusutan - Marketing loss c. Margin keuntungan d. Nisbah margin keuntungan 25.000 3.637,43 1.000 2.000 137,43 500 21.362,57 31,25 1,81 3,63 0,24 0,90 38,84 5,87 2. Pedagang Pengumpul Luar Daerah a. Harga beli b. Harga jual c. Total biaya : - Perawatan - Penyusutan - Transportasi - Marketing loss d. Margin keuntungan e. Nisbah margin keuntungan 25.000 80.000 3.810,85 1.000 60,85 1.500 1250 51.189,15 1,81 0,11 2,72 2,27 93,07 13,43 3. Harga beli konsumen 80.000 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 5, 6, 7, 8, 10, dan 13 Peternak menjual kelincinya seharga Rp25.000,00 per ekor ke pedagang pengumpul luar daerah. Sementara itu, pedagang pengumpul luar daerah menjual kelincinya seharga Rp80.000,00 per ekor. Sehingga, margin yang terdapat antara peternak dengan pedagang pengumpul luar daerah adalah sebesar Rp55.000,00 Komponen biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul luar daerah adalah Rp3.810,85 yang terdiri dari biaya perawatan sebesar Rp1.000 1,81, biaya penyusutan Rp60,85 0,11, biaya transportasi Rp1.500,00 2,72, serta biaya marketing loss sebesar Rp1.250,00 2,27. Biaya transportasi cukup besar dikarenakan jarak antara peternak dengan pedagang cukup jauh Medan, Binjai, dan Pematangsiantar. Demikian juga dengan risiko dalam perjalanan cukup besar 48 Universitas Sumatera Utara yang tercerminkan oleh nilai marketing loss. Margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengumpul luar daerah adalah sebesar Rp51.189,15. Nilai ini cukup besar apabila dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh peternak yaitu hanya Rp21.362,57 per ekor. Sementara itu, nisbah margin keuntungan untuk peternak adalah senilai 5,87. Sedangkan pedagang pengumpul luar daerah memperoleh nisbah margin keuntungan sebesar 13,43. Artinya, setiap kenaikan satu input maka peternak memperoleh kenaikan output sebesar 5,87 sedangkan pedagang pengumpul luar daerah dapat memperoleh kenaikan output sebesar 13,43. Sementara itu untuk saluran IV terdapat peran pedagang pengumpul yang bertindak sebagai peternak. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa harga yang diterima peternak adalah sebesar Rp25.000,00 38,46. Total biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp3.637,43 dengan rincian biaya perawatan sebesar Rp1.000,00 1,53, biaya tenaga kerja sebesar Rp2.000,00 3,07, biaya penyusutan Rp137,43 0,21, dan biaya marketing loss sebesar Rp500,00 0,76. Margin yang terdapat antara peternak dengan pedagang sekaligus pedagang pengumpul daerah adalah sebesar Rp10.000,00. Dalam hal ini, pedagang sekaligus peternak ini mengeluarkan biaya perawatan sebesar Rp1.000,00 1,53, biaya penyusutan sebesar Rp157,91 0,24, biaya transportasi sebesar Rp250,00 0,38, dan biaya marketing loss sebesar Rp150,00 0,76, sehingga total biaya yang dikeluarkannya adalah senilai Rp5.566,00. Share margin keuntungan bagi peternak sekaligus pedagang pengumpul adalah Rp8.092,09 12,44. Nilai price spread dan share margin saluran IV dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. 49 Universitas Sumatera Utara Tabel 16. Rata-Rata Share Margin dan Price Spread Tataniaga Kelinci Pada Saluran IV No Uraian Price Spread Rpekor Share 1. Peternak a. Harga jual peternak b. Total Biaya - Perawatan - Tenaga kerja - Penyusutan - Marketing loss c. Margin keuntungan d. Nisbah margin keuntungan 25.000 3.637,43 1.000 2.000 137,43 500 21.362,57 38,46 1,53 3,07 0,21 0,76 32,86 5,87 2. Pedagang Pengumpul Daerah Sekaligus Peternak a. Harga beli b. Harga jual c. Total biaya : - Perawatan - Penyusutan - Transportasi - Marketing loss d. Margin keuntungan e. Nisbah margin keuntungan 25.000 35.000 1.907,91 1.000 157,91 250 500 8.092,09 1,53 0,24 0,38 0,76 12,44 4,24 3. Pedagang Pengumpul Luar Daerah a. Harga beli b. Harga jual c. Total biaya : - Perawatan - Penyusutan - Transportasi - Marketing loss d. Margin keuntungan e. Nisbah margin keuntungan 35.000 90.000 3.810,85 1.000 60,85 1.500 1.250 51.189,15 1,53 0,09 2,30 1,92 78,75 13,43 3. Harga beli konsumen 90.000 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, dan 13 Pedagang pengumpul luar daerah membeli kelinci dari peternak sekaligus pedagang pengumpul dengan harga Rp35.000,00 dan menjualnya kembali dengan harga Rp90.000,00. Total biaya biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp3.810,85, dengan rincian biaya perawatan sebesar Rp1.000,00 1,53, biaya penyusutan sebesar Rp60,85 0,09, transportasi sebesar Rp1.500,00 2,30 50 Universitas Sumatera Utara dan marketing loss sebesar Rp1.250 1,92. Pedagang pengumpul luar daerah memperoleh keuntungan sebesar Rp51.189,15 78,75. Nisbah margin keuntungan yang diperoleh peternak, peternak sekaligus pedagang pengumpul serta pedagang pengumpul luar daerah masing-masing adalah 5,87; 4,24; serta 13,43. Artinya, untuk setiap kenaikan satu unit input maka peternak memperoleh kenaikan 5,87 unit output. Sedangkan untuk peternak sekaligus pedagang pengumpul memperoleh kenaikan output sebesar 4,24 unit untuk setiap kenaikan satu unit input dan pedagang pengumpul luar daerah memperoleh kenaikan output sebesar 13,43 unit. Nisbah margin keuntungan terbesar pada saluran IV diperoleh oleh pedagang pengumpul luar daerah. Dari perhitungan keempat saluran tataniaga di atas, rekapitulasi share margin dan margin keuntungan untuk setiap lembaga tataniaga dalam setiap saluran dapat dilihat dalam Tabel 17. Tabel 17. Rekapitulasi Share Margin dan Margin Keuntungan Setiap Lembaga Tataniaga pada Setiap Saluran Tataniaga Saluran Lembaga Tataniaga Share Margin Margin Keuntungan Rp I a. Peternak b. Pedagang Pengumpul Daerah 37,98 99,04 21.362,57 55.711,12 II a. Peternak b. Pedagang Pengumpul Daerah Sekaligus Peternak c. Pedagang Pengecer Luar Daerah 42,72 22,10 49,88 21.362,57 11.092,09 24.940,00 III a. Peternak b. Pedagang Pengumpul Luar Daerah 38,84 93,07 21.362,57 51.189,15 IV a. Peternak b. Pedagang Pengumpul Sekaligus Peternak c. Pedagang Pengumpul Luar Daerah 38,46 12,44 78,75 21.362,15 8.092,09 51.189,15 Sumber : Diolah dari Lampiran 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, dan 14 Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa share margin yang diperoleh peternak pada saluran I adalah 37,98 dengan keuntungan sebesar Rp21.362,57. Sementara itu, untuk saluran II, share margin yang diperoleh peternak adalah 51 Universitas Sumatera Utara 42,72 dengan margin keuntungan sebesar Rp21.362,57. Pada saluran III, share margin yang diperoleh peternak sebesar 38,84 dan margin keuntungan sebesar Rp21.362,57. Untuk saluran IV, peternak memperoleh share margin sebesar 38,46 dengan perolehan margin keuntungan sebesar Rp21.362,57. Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa untuk peternak, share margin terbesar yang diperoleh berada pada saluran II yaitu sebesar 42,72 dengan nilai margin keuntungan sebesar Rp21.362,57. Nilai share margin peternak yang berbeda-beda antar saluran disebabkan oleh banyak atau sedikitnya lembaga tataniaga yang terlibat. Dalam hal ini, semakin banyak lembaga tataniaga menyebabkan semakin kecil share margin bagi peternak. Hal ini disebabkan jika semakin banyak lembaga tataniaga terlibat maka harga akhir yang diterima konsumen semakin mahal dan mengakibatkan share margin yang diterima peternak semakin kecil. Sementara itu, untuk pedagang pengumpul daerah baik yang bertindak sebagai peternak ataupun tidak memperoleh selisih keuntungan yang sangat berbeda antar saluran. Pada saluran I dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul daerah yang bukan peternak memperoleh share margin sebesar 99,04 dengan margin keuntungan sebesar Rp55.711,12. Sementara itu pada saluran II, pedagang pengumpul daerah yang bertindak sekaligus peternak memperoleh share margin sebesar 22,10 dengan nilai margin keuntungan sebesar Rp11.092,09. Pada saluran IV, pedagang pengumpul yang bertindak sekaligus peternak memperoleh share margin sebesar 12,44 dengan nilai margin keuntungan sebesar Rp8.092,09. Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa pedagang pengumpul daerah memperoleh keuntungan terbesar pada saluran I yaitu ketika pedagang pengumpul 52 Universitas Sumatera Utara hanya bertindak sebagai pedagang tanpa menjadi peternak. Begitu juga dengan nilai share marginnya. Pedagang pengumpul pada saluran I memperoleh 99,04 share margin. Hal ini dikarenakan untuk sekaligus menjadi peternak, pedagang pengumpul juga memerlukan biaya tambahan lain dibandingkan hanya dengan menjadi pedagang saja. Keuntungan yang diperoleh yaitu Rp55.711,12. Keuntungan ini sangat besar jika dibandingkan dengan keuntungan pedagang pengumpul yang bertindak sebagai peternak pada saluran II Rp11.092,09 dan saluran IV Rp8.092,09. Pedagang pengecer luar daerah yang dalam hal ini hanya terdapat dalam saluran II memperoleh share keuntungan sebesar 49,88 dengan nilai margin keuntungan sebesar Rp24.940,00. Nilai margin keuntungan ini cukup besar jika dibandingkan dengan lembaga tataniaga lainnya dalam saluran yang sama. Hal ini diakibatkan pedagang pengecer luar daerah tidak memerlukan biaya yang besar dikarenakan sifatnya hanya menjadi pengecer tanpa menanggung risiko yang terjadi. Sementara itu untuk pedagang pengumpul luar daerah memiliki keuntungan yang sama yaitu sebesar Rp51.189,15 pada saluran III dan IV. Namun nilai share margin untuk pedagang ini berbeda. Pada saluran III nilai share margin yang diperoleh adalah sebesar 93,07 sedangkan saluran IV memperoleh 78,75.Nilai perolehan margin keuntungan yang sama ini menunjukkan bahwa pedagang pengumpul luar daerah lebih leluasa dalam membeli kelinci baik dari peternak murni ataupun pedagang pengumpul daerah yang bertindak sebagai peternak saluran III atau saluran IV. Kondisi ini diakibatkan baik saluran III maupun saluran IV memberikan kontribusi keuntungan yang sama bagi pedagang ini. 53 Universitas Sumatera Utara

5.4 Efisiensi Tataniaga