Boraks Deskripsi Lokasi Penelitian .1 Gambaran Pusat Pasar Hasil Identifikasi Zat Pewarna Sintetis

a. Boraks

1. Analisis kualitatif Reaksi kurkumin adalah salah satu metode pengujian untuk mengetahui apakah di dalam sampel terdapat boraks atau tidak. Prosedur kerjanya: 1. Sampel dihaluskan dan dihomogenkan di dalam lumpang timbang ± 50 g masukkan ke dalam cawan porselin. 2. Bakar diatas api langsung sampai menjadi abu dalam lemari asam 3. Sampel yang sudah menjadi abu larutkan dalam HCL, celupkan kertas kurkumin. 4. Jika terjadi perubahan warna kertas kurkumin dari kuning menjadi merah kecoklatan menunjukkan terdapat senyawa boraks. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah : a. Alat : 1. Batang Pengaduk 2. Cawan Porselin 3. Api Bunsen Furnace 4. Lumpang 5. Tabung reaksi b. Bahan : 1. Bawang Merah Giling 2. Bawang Putih Giling 3. Cabe Merah Giling 4. Jahe Giling 5. Kunyit Giling 6. HCL 7. Kertas kurkumin Universitas Sumatera Utara

b. Natrium Benzoat

1. Pemeriksaan Secara Kualitatif Prinsip pemeriksaan ini dilakukan dengan reaksi esterifikasi. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi Natrium Benzoat yang terdapat di dalam sampel.Prosedur kerjanya : 1. Sampel ditambah etanol kemudian ditambahkan asam sulfat dimasukkan ke dalam erlenmeyer lalu dikocok. 2. Mulut erlenmeyer ditutup dengan kapas yang telah dibasahi dengan air. 3. Uapkan di atas penangas air, jika kapas tercium bau afitson, berarti terdapat Natrium Benzoat dalam sampel. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah : a. Alat : 1. Batang Pengaduk 2. Labu Erlenmeyer 3. Water Bath Penangas air b. Bahan : 1. Asam Sulfat 2. Aquadest 3. Bawang Merah Giling 4. Bawang Putih Giling 5. Cabe Merah Giling 6. Etanol 7. Jahe Giling 8. Kunyit Giling 9. Kapas Universitas Sumatera Utara 2. Pemeriksaan Secara Kuantitatif Metode titrasi dapat mendeteksi kadar Natrium Benzoat yang terdapat pada sampel, dengan prosedur kerja : 1. Timbang 5 gr sampel lalu pindahan kedalam erlenmeyer. 2. Tambahkan 25 ml heksan lalu diesktrakdisari selama 30 menit hingga terbentuk 2 lapisan dimana lapisan atas lapisan heksan dipisahkan ke dalam gelas erlenmeyer. 3. Sari yang telah dipisahkan diuapkan di penangas air pada suhu 60 C tunggu sampe hampir kering. 4. Kedalam sisa sari heksan ditambahkan 10 ml etanol dan 50 ml aquadest dikocok hingga larut sempurna. 5. Tambahkan 2-3 tetes indikator fenolptalein. 6. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari tidak berwarna menjadi warna merah jambu muda. 7. Catat volume pentiter. 8. Lakukan titrasi blanko. Kadar Natrium Benzoat = 1− 2 × × � x 100 Keterangan : V1 : Volume titrasi untuk sampel V2 : Volume titrasi untuk blanko N : Normalitas NaOH yang dipakai BM: Berat molekul asam benzoat 144 W : Berat sampel yang ditimbang Dimana, pembuatan Blanko : 1. Ambil 20 ml aquadest tambahkan 15 ml etanol masukkan kedalam erlenmeyer. Universitas Sumatera Utara 2. Tambahkan indikator fenolptalein 2-3 tetes. 3. Titrasi dengan Natrium hidroksida 0,1 N sampai terbentuk warna merah jambu muda. Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah : a. Alat : 1. Buret 2. Beaker Glass 3. Corong 4. Gelas Ukur 5. Labu Erlenmeyer 6. Water Bath Penangas air 7. Pipet tetes 8. Timbangan Analitik b. Bahan : 1. Aquadest 2. Bawang Merah Giling 3. Bawang Putih Giling 4. Cabe Merah Giling 5. Etanol 6. Heksan 7. NaOH 8. Indikator PP 9. Jahe Giling 10. Kunyit Giling

3.7.3 Analisis Zat Penyedap Rasa

Prinsip pemeriksaan ini dilakukan dengan metode titrasi bebas air. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi zat penyedap rasa yaitu Monosodium Glutamat MSG dan kadarnya. Prosedur kerja yaitu sebagai berikut : 1. Timbang 1 gr sampel, masukkan ke dalam erlenmeyer Universitas Sumatera Utara 2. Tambahkan 25 ml etanol dan 5 tetes indikator kristal violet 3. Kemudian larutan dihomogenkan 4. Titrasi dengan larutan asam perklorat 0,1 N, jika tejadi perubahan warna larutan menjadi biru kehijauan maka + mengandung MSG. 5. Jika larutan sudah berubah menjadi biru kehijauan catat volume titrasinya, kemudian hitung kadar MSG Menghitung kadar MSG dengan rumus: Kadar MSG = Vol titrasi × N perklorat × BM MSG ×100 � �� � Dimana, BM MSG = 147,13 Peralatan dan bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah : a. Alat : 1. Beaker Glass 2. Labu Erlenmeyer 3. Timbangan 4. Pipet Tetes 5. Buret b. Bahan : 1. Asam Perklorat 2. Etanol 3. Indikator Kristal Violet 4. Bawang Merah Giling 5. Bawang Putih Giling 6. Cabe Merah Giling 7. Jahe Giling 8. Kunyit Giling Universitas Sumatera Utara 3.8Analisis Data Sesuai dengan jenis penelitian, data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium secara kualitatif dan kuantitatif diolah dan dianalisis secara deskriptif yang ditampilkan dalam bentuk tabel, narasi dan pembahasan serta diambil kesimpulan apakah bumbu giling cabe merah giling, bawang merah giling, bawang putih giling, kunyit giling dan jahe giling yang dijual di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan memenuhi persyaratan untuk dikonsumsi mengacu pada Permenkes RI No.033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan tertentu yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya. Universitas Sumatera Utara 46

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Gambaran Pusat Pasar Kota Medan merupakan kota metropolitan terbesar ketiga di Indonesia yang memiliki 53 unit pasar tradisional yang secara langsung maupun tidak langsung dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan PDPKM. Pusat Pasar juga dikenal dengan nama Pajak Sentral adalah sebuah pasar besar yang berdiri sejak tahun 1918 terletak di Medan Kota, Kota Medan, Indonesia. Pusat Pasar merupakan pasar yang pertama berdiri di Kota Medan. Gedung Pusat Pasar ini terhubung langsung dengan gedung Medan Mall, sebuah pusat perbelanjaan modern. Pasar ini mengalami perubahan pembangunan sebanyak dua kali akibat terjadi kebakaran pada tahun 1978 dan tahun 1984. Luas wilayah ± 20.000 m2, dengan luas bangunan 9.000 m2. Lokasi berada di kelurahan Pusat Pasar kecamatan Medan Kota, Medan. Saat ini terdapat 2048 kios dan 496 stanmeja pedagang yang terdaftar dan jumlah pedagang bumbu giling sebanyak 9 pedagang.

4.2. Deskripsi Sampel

Sampel bumbu giling yang terdiri dari cabe merah giling, bawang merah giling, bawang putih giling, kunyit giling dan jahe giling, masing-masing diambil sebanyak 100 gr dari pedagang di pusat pasar tradisional, dimana sampel yang dipilih merupakan bumbu giling yang paling banyak diproduksi dan paling Universitas Sumatera Utara banyak dibeli oleh pembeli tetapi tidak habis terjual dalam satu hari yang berasal dari 5 pedagang yang mana memproduksi sendiri dalam jumlah yang banyak berkisar 15-25 kg yang ditampung dalam wadah besar yaitu berupa ember. Waktu yang diperlukan agar bumbu terjual habis dari masing-masing pedagang bumbu giling hampir sama ± 2-4 hari; pedagang I 2-3 hari, pedagang II 3-4 hari, pedagang III 2-3 hari, pedagang IV 2-3 hari, pedagang V 2-3 hari. Waktu produksinya dilakukan setelah bumbu giling sebelumnya hampir terjual habis. Pada umumnya, bumbu giling dapat bertahan paling lama empat hari sampai akhirnya membusuk. Jika bumbu giling masih tersisa maka akan dicampurkan dengan bumbu giling yang baru diproduksi. Berdasarkan hasil observasi langsung di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan, kelima macam bumbu giling yang dijual mempunyai warna yang berbeda. Perbedaan warna pada bumbu giling bisa dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini. Gambar 4.1 Bumbu Giling dari Kelima Pedagang Universitas Sumatera Utara 4.3 Hasil Pemeriksaan Laboratorium 4.3.1 Identifikasi Jenis Zat Pewarna Sintetis yang Terdapat dalam Cabe Merah Giling Identifikasi jenis zat pewarna sintetis terhadap sampel cabe merah giling secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode kromatografi kertas dengan prinsip uji menghitung nilai Rf yang terdapat pada kertas kromatografi dan membandingkannya kepada standar zat warna dengan menggunakan eluen sebagai pelarutnya. Identifikasi kualitatif ini dilanjutkan dengan metode kromatografi kertas jika bulu domba yang dimasukkan pada sampel dengan ditambahkannya asam asetat yang kemudian dididihkan berubah warna seperti warna sampel tersebut karena warna sampel yang ditariknya yang artinya bahwa pada sampel tersebut terdapat zat pewarna sintetis. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Zat Pewarna Sintetis pada Cabe Merah Giling yang Dipasarkan di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016 No. Kode Sampel Pengamatan Pemeriksaan Sampel+Bulu Domba Hasil 1 CM 1 Bulu DombaTidak Menarik Warna Sampel Negatif - 2 CM 2 Bulu DombaTidak Menarik Warna Sampel Negatif - 3 CM 3 Bulu DombaTidak Menarik Warna Sampel Negatif - 4 CM 4 Bulu DombaTidak Menarik Warna Sampel Negatif - 5 CM 5 Bulu DombaTidak Menarik Warna Sampel Negatif - Keterangan: CM 1 : Cabe Merah Giling dari Pedagang I CM 2 : Cabe Merah Giling dari Pedagang II CM 3 : Cabe Merah Giling dari Pedagang III CM 4 : Cabe Merah Giling dari Pedagang IV CM 5 : Cabe Merah Giling dari Pedagang V Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa seluruh sampel yang diperiksa secara kualitatif, tidak adawarna sampel yang ditarik bulu domba sehingga kelima sampel dari lima pedagang bumbu giling di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan tidak menggunakan zat pewarna sintetis pada cabe merah giling yang mereka jual.

4.3.2 Pemeriksaan Boraks yang Terdapat dalam Bumbu Giling

Hasil pemeriksaan bumbu giling secara kualitatif terhadap penggunaan boraks dilakukan dengan menggunakan metode reaksi kurkumin dengan prinsip adanya perubahan warna kertas kurkumin dari kuning menjadi merah kecoklatan jika terdapat boraks dalam sampel. Berdasarkan Tabel 4.2 di bawah dapat diketahui bahwa seluruh sampel yang diperiksa secara kualitatif dengan reaksi kurkumin, terlihat dari hasil pemeriksaan pada semua sampel bahwa kertas kurkumin tidak mengalami perubahan dari kuning ke merah kecoklatan sehingga semua sampel dari lima pedagang bumbu giling di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan tidak menggunakan boraks sebagai pengawet pada bumbu giling yang mereka jual. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Boraks pada Bumbu Giling yang Dipasarkan di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016 No. Pedagang Kode Sampel Pengamatan Pemeriksaan Warna Kertas Kurkumin Hasil 1 I CM 1 Warna Kuning Negatif - 2 BM 1 Warna Kuning Negatif - 3 BP 1 Warna Kuning Negatif - 4 J 1 Warna Kuning Negatif - 5 K 1 Warna Kuning Negatif - 6 II CM 2 Warna Kuning Negatif - 7 BM 2 Warna Kuning Negatif - 8 BP 2 Warna Kuning Negatif - 9 J 2 Warna Kuning Negatif - 10 K 2 Warna Kuning Negatif - 11 III CM 3 Warna Kuning Negatif - 12 BM 3 Warna Kuning Negatif - 13 BP 3 Warna Kuning Negatif - 14 J 3 Warna Kuning Negatif - 15 K 3 Warna Kuning Negatif - 16 IV CM 4 Warna Kuning Negatif - 17 BM 4 Warna Kuning Negatif - 18 BP 4 Warna Kuning Negatif - 19 J 4 Warna Kuning Negatif - 20 K 4 Warna Kuning Negatif - 21 V CM 5 Warna Kuning Negatif - 22 BM 5 Warna Kuning Negatif - 23 BP 4 Warna Kuning Negatif - 24 J 5 Warna Kuning Negatif - 25 K 5 Warna Kuning Negatif - Keterangan : CM 1,2,3,4,5 : Cabe Merah Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V BM 1,2,3,4,5 : Bawang Merah Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V BP 1,2,3,4,5 : Bawang Putih Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V K 1,2,3,4,5 : Kunyit Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V J 1,2,3,4,5 : Jahe Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V

4.3.3 Pemeriksaan Natrium Benzoat yang Terdapat pada Bumbu Giling

Hasil pemeriksaan bumbu giling secara kualitatif terhadap penggunaan Natrium Benzoat dilakukan dengan menggunakan metode reaksi esterifikasi Universitas Sumatera Utara dengan prinsip jika timbul aroma afitson menandakan adanya pemakaina Natrium Benzoat pada sampel. Tabel 4.3 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Natrium Benzoat pada Bumbu Giling yang Dipasarkan di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016 No. Pedagang Kode Sampel Pengamatan Pemeriksaan Sampel dengan reaksi Esterifikasi Hasil 1 I CM 1 Tidak Berbau Negatif - 2 BM 1 Tidak Berbau Negatif - 3 BP 1 Tidak Berbau Negatif - 4 J 1 Tidak Berbau Negatif - 5 K 1 Tidak Berbau Negatif - 6 II CM 2 Berbau Afitson Positif + 7 BM 2 Berbau Afitson Positif + 8 BP 2 Berbau Afitson Positif + 9 J 2 Berbau Afitson Positif + 10 K 2 Berbau Afitson Positif + 11 III CM 3 Tidak Berbau Negatif - 12 BM 3 Tidak Berbau Negatif - 13 BP 3 Tidak Berbau Negatif - 14 J 3 Tidak Berbau Negatif - 15 K 3 Tidak Berbau Negatif - 16 IV CM 4 Tidak Berbau Negatif - 17 BM 4 Tidak Berbau Negatif - 18 BP 4 Tidak Berbau Negatif - 19 J 4 Tidak Berbau Negatif - 20 K 4 Tidak Berbau Negatif - 21 V CM 5 Berbau Afitson Positif + 22 BM 5 Berbau Afitson Positif + 23 BP 4 Berbau Afitson Positif + 24 J 5 Berbau Afitson Positif + 25 K 5 Berbau Afitson Positif + Keterangan : CM 1,2,3,4,5 : Cabe Merah Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V BM 1,2,3,4,5 : Bawang Merah Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V BP 1,2,3,4,5 : Bawang Putih Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V K 1,2,3,4,5 : Kunyit Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V J 1,2,3,4,5 : Jahe Giling dari Pedagang I, II, III, IV, V Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa seluruh sampel yang diperiksa secara kualitatif dengan reaksi esterifikasi, ada 10 sampel yang tercium Universitas Sumatera Utara berbau afitson dari dua pedagang yaitu pedagang II dan V sehingga diperlukan pemeriksaan kuantitatif terhadap 10 sampel tersebut apakah kadar zat pengawet yang digunakan yaitu Natrium Benzoat masih memenuhi syarat atau tidak berdasarkan ketentuan Permenkes RI No.033 tahun 2012. Hasil pemeriksaan bumbu giling secara kuantitatif terhadap penggunaan Natrium Benzoat dilakukan dengan menggunakan metode titrasi dengan prinsip titrasi dihentikan hingga larutan sampel berubah menjadi warna merah jambu dan kemudian dilakukan perhitungan terhadap kadar Natrium Benzoat. Tabel 4.4 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Natrium Benzoat pada Bumbu Giling yang Dipasarkan di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016 No. Kode Sampel Berat Sampel gr Volume Pentiter ml Kadar Pemeriksaan mgkg Batas Maksimum mgkg Keterangan 1 CM 2 5,2733 0,3 546 600 MS 2 BM 2 5,1397 0,2 281 600 MS 3 BP 2 5,4356 0,3 530 600 MS 4 J 2 5,0907 0,2 283 600 MS 5 K 2 5,3810 0,2 267 600 MS 6 CM 5 5,3160 0,4 812 600 TMS 7 BM 5 5,1062 0,3 564 600 MS 8 BP 5 5,2133 0,4 828 600 TMS 9 J 5 5,1611 0,3 558 600 MS 10 K 5 5,2018 0.3 553 600 MS Keterangan : CM 2,5 : Cabe Merah Giling dari Pedagang II, V MS : Memenuhi Syarat BM 2,5 : Bawang Merah Giling dari Pedagang II, V TMS : Tidak Memenuhi Syarat BP 2,5 : Bawang Putih Giling dari Pedagang II, V K 2,5 : Kunyit Giling dari Pedagang II, V J 2,5 : Jahe Giling dari Pedagang II, V Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa dari 10 sampel yang diperiksa secara kuantitatif dengan metode titrasi, ada 2 sampel yaitu cabe merah giling dan bawang putih giling yang berasal dari pedagang V yang kadar zat Natrium Benzoatnya melebihi kadar yang ditentukan berdasarkan Permenkes RI No.033 tahun 2012 sehingga dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

4.3.4 Pemeriksaan Zat Penyedap Rasa yang Terdapat dalam Bumbu Giling

Hasil pemeriksaan bumbu gilingdilakukan dengan metode titrasi bebas airuntuk mendeteksi zat penyedap rasa yaitu Monosodium Glutamat MSG dan kadarnya dengan prinsip jika dilakukan titrasi terjadi perubahan larutan menjadi biru kehijauan maka pada sampel mengandung Monosodium Glutamat dan kemudian dilakukan pengukuran kadar. Berdasarkan Tabel 4.5 di dibawah dapat diketahui bahwa seluruh sampel yang diperiksa secara kualitatif dengan titrasi bebas air, terlihat dari hasil pemeriksaan pada semua sampel bahwa larutan tidak mengalami perubahan menjadi warna biru kehijauan sehingga semua sampel dari lima pedagang bumbu giling di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan tidak menggunakan penyedap rasa yaitu monosodium glutamat pada bumbu giling yang mereka jual. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Monosodium Glutamat MSG pada Bumbu Giling yang Dipasarkan di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016 No. Pedagang Kode Sampel Pengamatan Pemeriksaan Warna Larutan Hasil 1 I CM 1 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 2 BM 1 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 3 BP 1 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 4 J 1 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 5 K 1 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 6 II CM 2 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 7 BM 2 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 8 BP 2 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 9 J 2 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 10 K 2 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 11 III CM 3 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 12 BM 3 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 13 BP 3 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 14 J 3 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 15 K 3 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 16 IV CM 4 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 17 BM 4 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 18 BP 4 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 19 J 4 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 20 K 4 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 21 V CM 5 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 22 BM 5 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 23 BP 5 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 24 J 5 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - 25 K 5 Tidak Berubah Menjadi Biru Kehijauan Negatif - Keterangan : CM 1,2,3,4,5 : Cabe Merah Giling dari pedagang I, II, III, IV, V BM 1,2,3,4,5 : Bawang Merah Giling dari pedagang I, II, III, IV, V BP 1,2,3,4,5 : Bawang Putih Giling dari pedagang I, II, III, IV, V K 1,2,3,4,5 : Kunyit Giling dari pedagang I, II, III, IV, V J 1,2,3,4,5 : Jahe Giling dari pedagang I, II, III, IV, V Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Hasil Identifikasi Zat Pewarna Sintetis

Penelitian ini dilakukan mengingat bumbu giling yaitu cabe merah giling yang dijumpai pada beberapa pedagang memiliki warna bervariasi, kemungkinan ada pedagang yang menambahkan bahan tambahan seperti wortel atau papaya dengan tujuan untuk menambah berat cabe merah giling tetapi dapat membuat warna cabe merah giling kelihatan pudar sehingga untuk mendapatkan warna yang lebih bagus ditambahkan pewarna. Pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya zat pewarna sintetis sekaligus mengetahui jenis zat pewarna yang terdapat di dalam sampel menggunakan metode kromatografi kertas. Hasil pemeriksaan sampel terhadap penggunaan zat pewarna yang dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Medan dengan menggunakan bulu domba bebas lemak yang dimasukkan ke dalam 50 gr sampel dan asam asetat 10. Campuran tersebut dididihkan selama 10 menit kemudian didinginkan, lalu dibersihkan dengan aquades. Kemudian bulu domba diamati, apabila bulu domba berwarna seperti warna sampel menunjukkan bahwa adanya penggunaan zat pewarna sintetis pada sampel yang diamati. Pengamatan yang dilakukan terhadap bulu domba yang dimasukkan kedalam masing-masing sampel cabe merah giling ternyata tidak berwarna. Hasil pengamatan ini menunjukkan bahwa pada kelima sampel cabe merah giling yang berasal dari 5 pedagang di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan tidak menggunakan zat pewarna sintetis. Sehingga proses pemeriksaan dengan uji Universitas Sumatera Utara kromatografi kertas untuk mengetahui jenis zat warna yang digunakan pada sampel tidak dilanjutkan lagi. Adanya perbedaan warna dari masing-masing cabe merah giling yang dicurigai ditambahkan pewarna sintesis, yang nyatanya negatif terhadap penambahan warna sintetis mungkin dikarenakan perbedaan waktu produksinya dan kematangan ataupun warna dari cabe segar yang diproduksi. Salah satu masalah keamanan pangan yang masih memerlukan pemecahan diantaranya beberapa bahan tambahan pangan ditambahkan pada makanan tidak memenuhi syarat, salah satunya zat pewarna. Pewarna makanan harus memiliki syarat aman dikonsumsi, artinya kandungan bahan pada pewarna tersebut tidak mengakibatkan gangguan kesehatan saat dikonsumsi dalam jumlah sedikit ataupun banyak serta tidak menunjukkan bahaya apabila dikonsumsi secara terus- menerus. Oleh sebab itu suatu bahan pewarna sintetis diperbolehkan pemakaiannya jika masih sesuai dengan batas ketentuan dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan Hidayat, 2006. Penelitian yang dilakukan Dixit dkk 2013, tentang upaya yang telah dilakukan untuk memahami penilaian paparan dari warna makanan di India, bahwa sebagian besar pangan yang dijual di India menunjukkan 80,3 menggunakan pewarna yang diizinkan seperti Tartrazine dan Sunset Yellow yang merupakan zat pewarna yang paling banyak digunakan, tetapi 72,3 diantaranya telah melebihi batas yang diizinkan seperti ditemukannya kandungan Sunset Yellow sebesar 47,8 telah melebihi batas yang diizinkan yaitu 100 mgkg. Sedangkan pada penggunaan pewarna yang tidak diizinkan sebesar 28,7, Rhodamin B yang merupakan pewarna yang paling banyak digunakan pada Universitas Sumatera Utara kelompok ini yang merupakan penyebab keprihatinan karena dapat menimbulkan risiko kesehatan seperti kanker. Penelitian mengenai identifikasi zat pewarna sintetis pada bumbu giling ini dilakukan karena mengingat seringnya penggunaan zat pewarna yang digunakan oleh produsen-produsen pangan dan tidak semua zat pewarna yang digunakan tersebut sesuai dengan kadar yang ditentukan dan juga diizinkan penggunaanya menurut Permenkes RI No.033 tahun 2012 tentang bahan tambahan pangan. Seperti pada beberapa hasil penelitian di bawah ini. Penelitian yang dilakukan oleh Nasution 2009 terhadap 1 sampel yang positif menggunakan zat pewarna sintetis yaitu Rhodamin B dari 10 sampel cabe giling yang diuji yang beredar di pasar tradisional Kota Medan, penelitian yang sama juga Mujianto dkk 2013 terdapat Rhodamin B dalam 4 sampel dari 36 sampel cabe giling, penelitian Putra dkk 2014 menunjukkan bahwa dari 25 sampel saus cabai sebanyak 10 sampel mengandung Rhodamin B dan 15 sampel mengandung pewarna sintetis yang diizinkan penggunaannya yaitu erytrosin yang semua sampel melebihi kadar yang diperbolehkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Armin dkk 2015 tentang analisis pewarna merah sintetis pada beberapa merek saus sambal sachet di tiga tempat makan cepat saji di Kota Padang, terdapat salah satu merek sampel yang positif Ponceau 4R dengan kadar 11,9520 mgkg yang artinya tidak melebihi batas maksimum yang telah ditentukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lubis 2009 tentang penggunaan pewarna sintetis pada saus cabe yang dipasarkan di pasar tradisional Universitas Sumatera Utara Kota Medan, menunjukkan bahwa dari 18 sampel yang diuji, terdapat 14 sampel yang positif menggunakan zat pewarna sintetis seperti Sunset Yellow, Ponceau 4R dan Tartrazine,Red 2G. Dari 14 sampel tersebut terdapat 1 sampel yang menggunakan 3 jenis zat pewarna dalam 1 bahan sekaligus yaitu Sunset Yellow, Ponceau 4R dan Tartrazine. Biasanya tujuan dari kombinasi zat pewarna jingga, kuning dan merah ini adalah untuk memperoleh tampilan yang lebih stabil dan menarik dari bahan aslinya karena bahan asli selalu memudar warnanya akibat lama penyimpanan. Sunset Yellow merupakan jenis pewarna jingga sintetik yang sangat mudah larut dalam air. Pewarna ini biasa digunakan bahan-bahan pangan lain yang mengandung warna kuning, oranye dan kemerahan seperti saus. Tartrazin merupakan pewarna kuning lemon yang umum digunakan sebagai pewarna makanan di Afrika, Swedia dan Indonesia. Jika terakumulasi dengan tembaga Cu akan mengubah warna kuning menjadi kemerah-merahan. Zat pewarna lain adalah Ponceau 4R, pewarna ini merupakan pewarna sintetis yang berwarna merah sangat umum digunakan untuk produk makanan karena termasuk pewarna yang stabil sehingga hampir seluruh produk makanan yang memiliki penampilan warna merah menggunakan pewarna Ponceau 4R ini sebagai campurannya. Red 2G dikenal dengan Food Red 2 termasuk salah satu zat pewarna sintetis yang paling stabil. Biasanya digunakan pada yogurt dan beberapa produk daging terutama sosis. Red 2G juga dapat digunakan sebagai pewarna pada buah dan sayur yang dikalengkan Anonimus, 2008. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang dilakukan European Union diketahui bahwa Red 2G, Sunset Yellow, Ponceau 4R dan Tartrazine dapat membahayakan kesehatan manusia sehingga pada Juli 2007 dikeluarkan larangan penggunaanya secara resmi karena diduga dapat memicu kepada penyakit kanker tetapi sampai saat ini di Indonesia zat pewarna ini masih dizinkan penggunaannya Anonimus, 2007. Penggunaan zat pewarna yang diizinkan hendaknya dibatasi karena meskipun relatif aman, jika penggunaannya berkesinambungan dan dalam jangka waktu yang lama dapat membahayakan kesehatan konsumen. Beberapa jenis pewarna yang harus dibatasi penggunaannya diantaranya Amaranth, Allurah Merah, Citrus Merah, Caramel, Erithrosin, Indigotine, Karbon Hitam, Ponceau SX, Fest Green FCF, Chocineal dan Kurkumin Sumarlin, 2010.

5.2 Hasil Identifikasi Zat Pengawet Boraks

Dokumen yang terkait

Analisa Penggunaan Zat Pewarna Sintetis Pada Saus Cabe Yang Dipasarkan Di Pasar Sentral Dan Pasar Simpang Limun Kota Medan Tahun 2009.

3 64 72

Analisis Kandungan Zat Pemanis, Zat Pewarna dan Zat Pengawet Pada Selai Buah Tidak Bermerek yang Dijual di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

4 77 118

Analisis Kandungan Zat Pemanis, Zat Pewarna dan Zat Pengawet Pada Selai Buah Tidak Bermerek yang Dijual di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Analisis Kandungan Zat Pemanis, Zat Pewarna dan Zat Pengawet Pada Selai Buah Tidak Bermerek yang Dijual di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 1

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 9

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 1 23

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 1 4

Analisis Penggunaan Zat Pewarna Sintetis, Zat Pengawet, Zat Penyedap Rasa Pada Beberapa Bumbu Giling yang Dipasarkan Di Pusat Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2016

0 0 25