dikarenakan forum masyarakat desa yang belum aktif dan memerlukan pembinaan dan sosialisasi yang intensif dari tenaga kesehatan dan sektor lainnya.
Menurut Depkes RI 2007, Kriteria Desa Siaga adalah apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-
kurangnya Pos Kesehatan Desa Poskesdes. Poskesdes merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM
yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan
kesehatan dasar bagi masyarakat desa
.
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan baik di Puskesmas Hamparan Perak maupun Puskesmas Bandar Khalipah didapat bahwa pembinaan
dukun bayi sudah sering dilakukan, juga adanya kerjasama antara bidan dan dukun bayi. Dukun bayi sudah tidak diperbolehkan lagi untuk menolong
persalinan dan hanya dapat membantu bidan dan ibu pasca persalinan. Hasil wawancara dengan bidan desa Sei Baharu di Hamparan Perak
menyatakan bahwa dukun bayi juga sudah mau merujuk ibu hamil ke bidan apabila diminta pertolongannya dalam persalinan. Menurut Pramono dan Sadewo
2012, Bahwa pola kemitraan bidan dengan dukun hanya salah satu cara untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Pendekatannya harus
dilakukan dari dua sisi, yaitu juga pada masyarakat.
5.5 Audit Maternal Perinatal
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas Hamparan Perak dan Puskesmas Bandar Khalipah menyatakan bahwa ada tim
audit maternal perinatal yang bertugas melakuakn autopsy verbal apabila terjadi kasus kematian ibu dan kematian bayi dan melaporkannya ke Dinas Kesehatan
kabupaten Deli Serdang. Tim AMP di Puskesmas hanya melakukan audit apabila terjadi kematian ibu dan bayi saja, sementara AMP juga harus dilakukan untuk
mengetahui penyebab kesakitan yang terjadi pada ibu dan bayi, sehingga dengan diketahui penyebab kesakitan , kematian ibu dan bayi dapat dicegah.
Menurut Kementerian Kesehatan RI 2010, Audit Maternal Perinatal AMP adalah proses penelaahan bersama kasus kesakitan dan kematian ibu dan
perinatal serta penatalaksanaanya, dengan menggunakan berbagai informasi dan pengalaman dari kelompok terkait, untuk mendapatkan masukan mengenai
intervensi yang paling tepat dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA di suatu RS atau wilayah. AMP merupakan suatu kegiatan untuk
menelusuri sebab kesakitan dan kematian ibu dan perinatal dengan maksud mencegah kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang, penelusuran ini
memungkinkan tenaga kesehatan menentukan hubungan antara faktor penyebab yang dapat dicegah dan kesakitan kematian yang terjadi. AMP juga dapat
berfungsi sebagai alat pemantauan dan evaluasi sistem rujukan.
5.6 Program
Expanding Maternal dan Neonatal Survival EMAS
EMAS adalah program kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan USAID untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi baru lahir sebesar
25 di Indonesia kurun waktu 5 tahun 2012-2016 sehingga target yang ingin dicapai dalam MDGs bisa terwujud yaitu angka kematian ibu 102 per 100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Secara teknis, strategi EMAS meliputi penguatan kualitas kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dan meningkatkan efisiensi dan neonatal
dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas rujukan antar puskesmas klinik masyarakat dan rumah sakit. Kedua tujuan utama ini didukung oleh kerjasama
lintas sektoral untuk memperkuat tata kelola klinis serta untuk meningkatkan penggunaan sistem teknologi komunikasi informasi.
Pelaksanaan program EMAS di Kabupaten Deli Serdang dirasakan manfaatnya terutama oleh Puskesmas Bandar Khalifah sebagai salah satu
vanguard dari 10 puskesmas yang dipilih. Manfaat pelaksanaan EMAS yang dirasakan antara lain meningkatnya kualitas tenaga keshatan khususnya bidan-
bidan di puskesmas sehingga lebih terampil dalam menangani kasus kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir, selain itu sistem rujukan juka semakin
baik karena adanya sms gateway SIJARIEMAS sehingga setiap pasien yang akan dirujuk sudah terlebih dahulu dilaporkan ke rumah sakit jejaring rujukannya
sehingga lebih terarah dan tidak memakan banyak waktu. Dimana melalui sistem ini diharapkan tidak ada lagi yang ditemukan ibu bersalin dengan komplikasi atau
bayi baru lahir terlambat ditangani karena tenaga kesehatan yang tidak berkualitas maupun pasien terlalu lama dirujuk. Sedangkan kekurangan pelaksanaan program
EMAS ini antara lain dalam hal sosialisasi program EMAS ini kepada seluruh staf puskesmas yang masih kurang. Sosialisasi tidak secara khusus dilakukan oleh tim
EMAS sehingga masih banyak staf puskesmas yang tidak mengetahui mengenai tujuan pelaksanaan EMAS ini.
Sosialisasi program EMAS juga sudah dilakukan oleh Dinas Kesehatan ke Puskesmas lain diluar sepuluh puskesmas yang diintervensi EMAS salah satunya
yaitu Puskesmas Hamparan Perak yang juga sudah di sosialisasikan dan juga akan diintervensi EMAS. Perbaikan pelaksanaan rujukan juga sudah disosialisasikan
mengenai program SIJARIEMAS dan semua tenaga kesehatan dan bidan desa sudah mulai mengetahui tentang program tersebut.
5.7 Evaluasi Pelaksanaan Rujukan KIA di Puskesmas