digunakan dalam mengukur atau melihat kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik pada materi fluida statis.
Penelitian ini menggunakan dua sampel, yaitu X IPA 1 sebagai kelas eksperimen menggunakan metode pembelajaran quantum learning dan X IPA
2 sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran langsung. Data penelitian ini diperoleh dari hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik. Pretest dilakukan sebelum perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal dari kedua kelas. Adapun data hasil pretest dan
posttets pada kedua kelas, yaitu sebagai berikut:
1. Kelas Eksperimen
Penelitian di kelas eksperimen menggunakan Metode Pembelajaran quantum learning saat kegiatan belajar mengajar KBM berlangsung. Diawal
dan diakhir pertemuan peserta didik diberikan pretest dan posttest untuk mengetahui level kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Berikut
Tabel 4.1. menunjukkan data kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No Data
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Sebelum
Sesudah
1 Nilai Tertinggi
40 85
2 Nilai Terendah
25 55
3 Mean
32,21 73,46
4 Standar Deviasi
4,49 6,56
Berdasarkan Tabel 4.1 kemampuan berpikir tingkat tinggi sebelum dan sesudah perlakuan terdapat perbedaan perolehan nilai tertinggi dan nilai
terendah. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan level kemampuan berpikir tingkat tinggi sebelum dan sesudah diadakannya perlakuan saat pembelajaran.
Level kemampuan berpikir tingkat tinggi dikelompokkan menjadi lima kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah dan sangat rendah. Untuk
menginterpretasikan hasil tes kemampuan berpikir tingkat tinggi,. Berikut data frekuensi pengkategorian kemampuan berpikir tingkat tinggi awal dan akhir
pada kelas eksperimen yang ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Data Kategori Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No Kategori
KBTT Sebelum KBTT Sesudah
F Prosentase
F Prosentase
1 Sangat Tinggi
8 30,76
2 Tinggi
15 57,70
3 Cukup
2 7,69
4 Rendah
1 3,85
5 Sangat Rendah
26 100
Jumlah 26
100 26
100
Untuk memperjelas data dari Tabel 4.2 frekuensi pengkategorian, maka disajikan dalam bentuk gambar 4.1.
Gambar 4.1 Frekuwensi Pengkategorian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
5 10
15 20
25 30
Sesudah Perlakuan
Sebelum Perlakuan
Dari gambar 4.1 diketahui bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik sebelum perlakuan adalah sama. Setelah diberi perlakuan,
kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik mendapatkan perubahan yang lebih baik. Terbukti dengan adanya perubahan skor perolehan posttest yang
jauh lebih baik daripada sebelumnya. Selain data tes kemampuan berpikir tingkat tinggi, berikut hasil observasi kemampuan berpikir tingkat tinggi
peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.3 hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran 12.
Tabel 4.3 Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No Indikator
Peserta Didik Yang Terlibat Pert
2 Prosen
Tase Pert
3 Prosen
Tase Pert
4 Prosen
Tase Pert
5 Prosen
Tase
1 Kemampuan
Menganalisis 4
15,38 5
19,23 7
26,92 13
50,00 2
Kemampuan Mengevaluasi
4 15,538
7 26,92
8 30,77
9 34,61
3 Kemampuan
Mencipta 2
7,69 3
11,54 5
19,23 7
26,92
Pada Tabel 4.3 erjadi peningkatan jumlah peserta didik yang terlibat
selama KBM berlangsung. Terlihat dari prosentase yang didapat peserta didik bertambah besar untuk tiap indikator kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal
ini menunjukkan bahwa peserta didik telah menggunakan kemampuan berpikir tingkat tingginya untuk menyelesaikan soal.
2. Kelas Kontrol