BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejak pertengahan abad ke-20 ini, peranan bahan tambahan pangan BTP khususnya bahan pengawet menjadi semakin penting sejalan dengan kemajuan
teknologi produksi bahan tambahan pangan sintetis. Banyaknya bahan tambahan pangan dalam bentuk lebih murni dan tersedia secara komersil dengan harga yang
relatif murah akan mendorong meningkatnya pemakaian bahan tambahan pangan yang berarti meningkatkan konsumsi bahan tersebut bagi setiap individu Cahyadi,
2008. Kita hidup dalam masyarakat harus sadar akan gizi dan sadar untuk menjadi
konsumen yang baik. Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek apakah bahan pangan memberikan cita rasa enak, apakah anak-anak mau menikmati
pangan yang disajikan, tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal apakah bahan pangan itu baik untuk dikonsumsi dan komponen apa saja yang
terdapat di dalamnya Cahyadi, 2008. Penggunaan bahan tambahan pangan BTP dalam proses produksi pangan
perlu diwaspadai bersama, baik oleh produsen maupun oleh konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat.
Penyimpangan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Di bidang pangan kita
memerlukan sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi, dan lebih mampu bersaing
Universitas Sumatera Utara
dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan food safety dan pembangunan gizi nasional food nutrient merupakan bagian integral dari kebijakan pangan nasional,
termasuk penggunaan bahan tambahan pangan Cahyadi, 2008. Beberapa penelitian tentang penggunaan bahan tambahan pangan dilakukan di
kota Medan. Penelitian oleh Cory 2009, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel daging burger sapi yang dijual di grosir Warung Roti menggunakan zat
pewarna sintetis yang diizinkan yaitu sampel berwarna merah Ponceau 4R. Penelitian oleh Ginting 2009, terasi yang diperoleh dari pasar tradisional Padang Bulan di
Kota Medan, yaitu terasi merek SL, pada hasil pemeriksaan di Laboratorium yang dilakukan selama 3 kali pengujian terdapat adanya zat pewarna merah sintetis.
Selain itu dilakukan juga penelitian terhadap perilaku ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sintetik yang dilakukan oleh Sari 2010
yang menemukan bahwa perilaku ibu tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di TK AL-UMMI di Aceh Utara berada pada kategori sedang, hal ini
dikarenakan ibu masih menuruti keinginan anak dalam memilih dan mengonsumsi makanan jajanan, meskipun makanan jajanan tersebut mengandung pemanis buatan.
Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu dilakukan peningkatan penyuluhan oleh petugas puskesmas mengenai bahan tambahan pangan yang
berbahaya bagi kesehatan anak kepada ibu, agar ibu mampu memilih makanan yang baik dikonsumsi oleh anaknya.
Di Kelurahan Mabar terdapat dua sekolah yang saling berdekatan yaitu sekolah dasar negeri 064011 dan sekolah dasar negeri 067250, kedua sekolah tersebut
berada di sekitar pemukiman penduduk dimana sebagian penduduknya mencari
Universitas Sumatera Utara
nafkah dengan berjualan di lingkungan sekolah. Banyak dari makanan yang dijual tersebut menggunakan bahan tambahan pangan yang dapat dilhat dari tampilan warna
yang pekat dan mencolok, dan rasa yang sangat manis yang membuat anak-anak sangat tertarik untuk membelinya, tanpa memperhatikan efeknya terhadap kesehatan.
Dalam hal ini sangat diperlukan perhatian dari para guru yang berperan sebagai pedidik sekaligus orang tua dari siswa-siswinya, yang merupakan informan
terbaik dalam menyampaikan informasi tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan berbahaya kepada masyarakat terutama kepada anak didiknya di
sekolah. Selama anak-anak berada di sekolah, mereka sepenuhnya menjadi tanggung jawab para guru terutama memperhatikan apa saja yang dilakukan siswa-siswinya
dan makanan apa yang mereka makan selama di sekolah, namun guru di sekolah dasar negeri 064011 dan sekolah dasar negeri 067250 yang diharapkan mengetahui
tentang makanan-makanan yang baik dikonsumsi dan mana yang tidak baik dan diharapkan dapat mengajak murid-muridnya untuk lebih berhati-hati dalam memilih
makanan yang sehat, seperti kurang peduli dengan makanan yang dikonsumsi anak- anak didiknya, dapat dilihat dari bebasnya anak-anak didik mereka membeli makanan
disekitar lingkungan sekolah, bahkan tidak jarang guru juga ikut membeli makanan yang dijual dilingkungan sekolah mereka. Alasan inilah yang melatarbelakangi
penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul pengetahuan, sikap dan tindakan guru sekolah dasar tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan pada
Sekolah Dasar di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011.
Universitas Sumatera Utara
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui tentang pengetahuan, sikap dan tindakan Guru Sekolah
Dasar terhadap makanan-makanan yang mengandung Bahan Tambahan Pangan BTP.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan Guru Sekolah Dasar terhadap makanan yang mengandung bahan tambahan pangan.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik guru umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja
2. Untuk mengetahui sumber informasi guru tentang makanan yang mengandung bahan tambahan pangan.
1.4.Manfaat Penelitian
Sebagai bahan masukan bagi instansi kesehatan seperti dinas kesehatan dan puskesmas untuk melakukan berbagai kegiatan mengenai pemberian informasi
kesehatan khususnya mengenai dampak buruk dari mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan pangan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA