20
2.4.4 Efek ketamin pada fungsi organ
Ketamin memiliki kombinasi unik dari efek kardiovaskular, biasanya dikaitkan dengan takikardi, peningkatan tekanan darah, dan cardiac output. Mekanisme yang
tepat munculnya respon simpatik masih belum diketahui. Namun, dengan tidak adanya kontrol otonom, ketamin memiliki efek depresi miokard langsung, yang
biasanya diganti oleh respon sentral. Hal ini dimungkinkan untuk mengurangi efek yang tidak diinginkan dari kardiovaskular dengan memberikan ketamin sebagai infus
berkala dan bersama benzodiazepin.
34
Ketamin memiliki efek minimal pada pusat pernapasan, meskipun penurunan ventilasi dapat terjadi sementara setelah pemberian bolus. Ketamin menyebabkan
relaksasi otot polos bronkus, sehingga memiliki peran khusus pada pasien asma. Ketamin meningkatkan sekresi saliva, yang dapat menghasilkan potensial masalah
pada anak-anak dengan menyebabkan obstruksi jalan nafas atas. Meskipun refleks menelan, batuk, bersin, dan refleks muntah relatif utuh dengan ketamin, tetapi
aspirasi dapat terjadi selama pasien terbius dengan ketamin.
34
Sering dilaporkan adanya bunyi nyaring pada penggunaan ketamin yang disangkakan laringospasme. Hal ini sebenarnya terjadi karena posisi saluran napas
yang tidak bebas, dan masalah tersebut dapat dikelola hanya dengan reposisi kepala pasien. Laringospasme dapat terjadi pada penggunaan ketamin yang disebabkan oleh
stimulasi dari pita suara oleh instrumentasi atau sekresi. Sekret dapat dikurangi dengan memberikan premedikasi glycopyrolate.
34
Emergence reaction merupakan sensasi psikis setelah penggunaan ketamin
yaitu sensasi mengambang, mimpi atau ilusi dan sesekali delirium. Mimpi-mimpi dan ilusi biasanya menghilang pada saat pulih. Namun penting untuk mendiskusikan pada
pasien efek dari ketamin itu dan efek ini muncul 5-30 dari penggunaan ketamin.
34
Emergence reaction lebih sering terjadi terkait dengan faktor-faktor seperti
meningkatnya usia, perempuan, pasien yang biasanya bermimpi, pemberian intravena
Universitas Sumatera Utara
21
yang cepat dan dosis besar. Ketamin dapat mengaktifkan psikosis pada pasien dengan skizofrenia. Namun, belum terlihat adanya reaksi psikotik jangka panjang pada pasien
tanpa penyakit kejiwaan. Premedikasi dapat diberikan untuk mengurangi emergence reaction
seperti midazolam 0,07-0,1 mg kgBB, diazepam 0,15 - 0,3 kgbb , dan lorazepam 2-4 mg intravena yang telah terbukti efektif. Insiden ini juga menurun
bila digunakan bersama dengan hipnotik sedatif lain dan anestesi umum.
34
Ketamin menghasilkan apa yang disebut “disosiatif anestesia” yang telah digambarkan sebagai disosiasi fungsional dan elektrofisiologi antara sistem thalamo-
neokorteks dan limbik. EEG menunjukkan aktivitas theta yang dominan dengan penghapusan irama alfa.
Keadaan klinis yang unik yang dihasilkan oleh ketamin adalah biasanya keadaan ayan di mana mata tetap terbuka dengan memperlambat
tatapan nystagmus, sedangkan refleks kornea dan cahaya tetap utuh. Berbagai tingkat hipertonus dan sesekali gerakan yang tidak terkait dengan stimulus yang menyakitkan
dicatat di hadapan anestesi bedah. Studi telah menunjukkan rangsang aktivitas baik
di thalamus dan sistem limbik tanpa bukti klinis aktivitas kejang setelah pemberian ketamin. Dengan demikian, ketamin tidak akan mungkin dapat menyebabkan kejang
pada pasien dengan gangguan kejang dan, pada kenyataannya, data eksperimen menunjukkan bahwa ketamin memiliki antikonvulsif dan bahkan saraf properties.
34
Analgesia terjadi pada konsentrasi darah lebih rendah daripada induksi. Hal ini berlaku untuk ketamin yang rasemik dan untuk S + ketamin. Ketamin
meningkatkan metabolisme otak, aliran darah otak, dan tekanan intrakranial. Pengaruh S + ketamin pada ICP belum diketahui.
Ketamin belum terbukti memiliki efek buruk pada hati dan sistem ginjal. Tekanan intraokular sedikit meningkat setelah
pemberian ketamin. Ketamin menghasilkan peningkatan tonus otot dan kadang- kadang kejang otot, meskipun telah digunakan dengan aman pada miopati dan
hipertermia ganas. Efek yang dijumpai bervariasi yaitu kontraksi uterus serta emesis,
ruam sementara, dan agitasi.
34
Universitas Sumatera Utara
22
2.4.5 Penggunaan klinis ketamin