Ayo menerjemahkan QS al-Baqarah 2: 267-268, Mari memahami isi kandungan QS al-Baqarah 2: 267-268,
136
Ilmu Tafsir Kurikulum 2013
siapa diberikan dan waktu mengeluarkan infaq adalah pada saat mendapatkan rezeki tanpa ditentukan kadar jumlah yang harus dikeluarkannya.
• Kata
ُ ْبقسقك
kasabtum, yang kamu usahakan, terambil dari akar kata
ق قسقك
kasaba, yang berarti melakukan sesuatu dengan mudah dan tidak disertai dengan upaya sungguh-sungguh. Kata kasaba, jika digandeng dengan sesuatu
kebaikan berarti menunjuk pada isarat bahwa kebaikan walau dalam bentuk niat dan belum mujud dalam kenyataan, sudah mendapat imbalan dari
Allah. Dan jika dikaitkan dengan sesuatu yang bernilai keburukan, ia baru dicatat sebagai dosa setelah diusahakan denga kesungguhan dan lahir dalam
kenyataan. • Kata
قن قغ
ghaniy, kaya, pada awalnya bermakna tidak membutuhkan sesuatu, Jika dinisbahkan kepada Allah berarti Dia tidak butuh terhadap siapapun dan
apapun, sedangkan yang lain butuh kepada-Nya. • Kata
ْيق ق
hamid, terpuji, Pada ayat diatas dinisbahkan atas nama Allah yakni, Yang Maha Terpuji. Sesuatu yang terpuji paling tidak mengandung unsur
perbuatan yang harus disandang oleh yang dipuji sehingga ia wajar mendapat pujian yakni, indah, dilakukan secara sadar dan tidak terpaksa atau dipaksa.
• Jadi jika kata hamid, terpuji, disandangkan kepada Allah , maka Dia yang
telah menciptakan dengan penuh maksud dan yang diciptakan itu adalah indahbaik, Dia melakukan perbuatan tersebut dengan penuh kesadaran dan
tentunya tanpa paksaan atau dalam keterpaksaan. • Kata
حق ق ْغقم
maghfira, ampunan, terambil dari akar kata
ق ق قٲ
yang artinya menutup. Allah menutupi dosa hamba-hamba-Nya karena kemurahan dan
anugerah-Nya atas penyesalan atas segala dosa, sehingga penyesalan ini berakibat kesembuhan, dalam hal ini adalah terhapusnya dosa.
• Kata
ً ْ قف
fadl, karunia, pada mulanya berarti kelebihan, Allah mempunyai kelebihan yang agung, karena segala sesuatu adalah miliknya, dengan
demikian berarti Allah yang memberi karunia kepada siapapun karena semua pada hakekatnya adalah milik-Nya. Manusia yang mendapat karunia Allah
berarti mereka di lebihkan dari yang lainya karena perbuatan tertentu yang dilakukan.