Profenofos pada Cabai Merah Segar dan Cabai Merah Giling di Beberapa Pasar Tradisional Kota Medan Tahun 2012”.
1.2. Perumusan Masalah
Banyaknya petani cabai yang menggunakan insektisida secara berlebihan sehingga meninggalkan residu pada batang, daun, buah dan juga akar. Dengan
demikian bahan pangan yang masih mengandung residu insektisida ini akan masuk dalam tubuh manusia dan dapat menimbulkan efek berbahaya terhadap kesehatan
manusia. Maka perumusan masalah yang dapat dikembangkan adalah bagaimana Analisa kuantitatif residu insektisida profenofos pada cabai merah segar dan cabai
merah giling di beberapa pasar tradisional di Kota Medan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui residu insektisida profenofos golongan organofosfat pada cabai merah segar dan cabai merah giling di beberapa pasar tradisional Kota Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui unsur-unsur bahan tambahan yang dipakai pada cabai giling.
2. Untuk mengetahui kadar residu insektisida profenofos pada cabai segar di
beberapa pasar tradisional di Kota Medan. 3.
Untuk mengetahui kadar residu insektisida profenofos pada cabai merah giling di beberapa pasar tradisional di Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat melatih peneliti untuk menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik serta menambah pengetahuan mengenai cabai dan
pestisida organofosfat. 2.
Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kesehatan
masyarakat tentang penggunaan pestisida dan dampak yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida yang berlebihan.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi kepada masyarakat agar lebih teliti dalam memilih dan mengkonsumsi cabai.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sekilas Tentang Cabai
Capsicum annuum L.
Cabai Capsicum annuum L. adalah tanaman yang termasuk ke dalam keluarga tanaman Solanaceae. Cabai mengandung senyawa kimia yang dinamakan
capsaicin 8-methyl-N-vanillyl-6-nonenamide. Selain itu, terkandung juga berbagai senyawa yang mirip dengan capsaicin, yang dinamakan capsaicinoids. Sedangkan
Buah cabai merupakan buah buni dengan bentuk garis lanset, merah cerah, dan rasanya pedas. Daging buahnya berupa keping-keping tidak berair. Bijinya berjumlah
banyak serta terletak di dalam ruangan buah Setiadi, 2008. Tanaman cabai dapat tumbuh subur di berbagai ketinggian tempat mulai dari
dataran rendah sampai dataran tinggi tergantung varietasnya. Sebagian besar sentra produsen cabai berada didataran tinggi dengan ketinggian antara 1.000-1250 meter
dari permukaan laut. Walaupun di dataran rendah yang panas kadang-kadang dapat juga diperoleh hasil yang memuaskan, namun di daerah pegunungan buahnya dapat
lebih besar dan manis. Rata-rata suhu yang baik adalah antara 21 -28
C. suhu udara yang lebih tinggi menyebabkan buahnya sedikit Tim Bina Karya Tani, 2009.
Tanaman yang berbuah pedas ini digunakan secara luas sebagai bumbu masakan di seluruh dunia. Tanaman cabai pada mulanya diketahui berasal dari
Meksiko, dan menyebar di negara-negara sekitarnya di Amerika Selatan dan Amerika Tengah pada sekitar abad ke-8. Dari Benua Amerika kemudian menyebar ke benua
Eropa diperkirakan pada sekitar abad ke-15. Kini tanaman cabai sudah menyebar ke
Universitas Sumatera Utara
berbagai negara tropik terutama di benua Asia, dan Afrika Tim Bina Karya Tani, 2009.
Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Vitamin A, B, dan Vitamin C. selain
digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industri diantaranya, Industri bumbu masakan, Industri makanan, Industri
obat-obatan atau jamu Setiadi, 2008. Di Indonesia pengembangan budidaya tanaman cabai mendapat prioritas
perhatian sejak tahun 1961. Tanaman cabai menempati urutan atas dalam skala prioritas penelitian pengembangan garapan Puslitbang Hortikurtura di Indonesia
bersama 17 jenis sayuran komersial lainnya Tim Bina Karya Tani, 2008. Dan daerah-daerah di Indonesia yang merupakan sentra produksi cabai mulai dari urutan
yang paling besar adalah daerah-daerah di jawa timur, padang, Bengkulu dan lain-lain sebagainya. Menurut Pickersgill 1989 terdapat lima spesies cabai, yaitu Capsicum
annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense, Capsicum bacctum, dan Capsicum pubescens. Di antara kelima spesies tersebut yang memiliki potensi
ekonomis ialah C. annuum dan C. frutescens Santika,1999 .
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Cabai
Klasifikasi tanaman cabai sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta Subdivisi
: Angiospermae Kelas
: Dicotyledoneae Subkelas
: Metachlamidae
Universitas Sumatera Utara
Ordo : Tubiflorae
Famili : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Ada dua spesies cabai yang terkenal yaitu cabai besar atau cabai merah dan cabai kecil atau cabai rawit. Cabai yang termasuk ke dalam cabai besar atau cabai
merah adalah paprika, cabai manis, dan lain-lain. Dan cabai yang termasuk ke dalam golongan cabai kecil adalah cabai rawit, cabai kancing, cabai udel, dan cabai yang
biasanya dipelihara sebagai tanaman hias. Pada umumnya cabai kecil ini lebih panjang umurnya, lebih tahan terhadap hujan, dan rasanya lebih pedas Tim Bina
Karya Tani, 2009.
2.1.2. Jenis-jenis Tanaman Cabai Merah C. annuum var. Longum
Tanaman cabai memiliki varietas yang jumlahnya sangat banyak. Berkat kemajuan teknologi di bidang pembibitan telah banyak dihasilkan berbagai varietas
cabai unggul hibrida oleh berbagai negara atau perusahaan benih unggul di dunia Setiadi, 2008 yaitu :
1. Cabai Kriting
Cabai ini berukuran kecil dari cabai merah biasanya, tetapi rasanya lebih pedas dan aromanya lebih tajam. Bentuk fisiknya memang agak berkelok-
kelok dengan permukaan buah tidak rata sehingga memberikan kesan “keriting”. Buah mudanya ada yang berwarna hijau dan ada yang ungu. Bai
Dibandingkan dengan cabai lainnya, cabai keriting lebih tahan terhadap serangan penyakit.
Universitas Sumatera Utara
2. Cabai tit atau tit super
Tit super dikenal sebagai cabai lokal. Tinggi tanaman antara 30-70 cm. buahnya berwarna merah tua menyala dengan ukuran besar, panjang, dan
mulus serta ujungnya mengecil runcing dan bengkok. 3.
Cabai hot beauty Dikalangan petani umumnya cabai ini sering disebut cabai Taiwan. Memang
cabai ini merupakan hybrid yang diproduksi dari Taiwan. Ukuran buahnya besar, panjang dan lurus. Daging buahnya tipis dengan rasa kurang pedas
dibandingkan cabai keriting. 4.
Cabai merah lainnya Selain jenis cabai merah yang sudah dijelaskan diatas, ada beberapa jenis
cabai merah lain yang ada di Indonesia. Beberapa diantaranya ialah cabai semarang, cabai paris, cabai jatilaba, dan cabai long chili. Cabai semarang
mirip cabai tit super. Perbedaannya hanya terletak pada buah yang lebih kecil, pangkalnya lurus, dan berujung bengkok. Cabai paris buahnya besar, lurus
dan pangkal sampai ujung, berwarna merah kekuningan, dan berurat atau bergaris putih. Cabai jatilaba buahnya besar, lurus, berkerut-kerut, berujung
runcing, dan berwarna merah kehitaman. Cabai long chili merupakan cabai produksi dari Taiwan. Buahnya ramping, panjang berkulit halus, dan
berdaging agak tebal dibandingkan hot beauty.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Kandungan Buah Cabai Table 2.1. Kandungan Zat Gizi Buah Cabai Segar dan Kering Setiap 100 Gram
Bahan
Kandungan Segar
Kering Cabe hijau
besar Cabe
merah besar
Cabe rawit abe hijau besar
Cabe merah besar
Cabe rawit
alori kal 23
31 103
- 311
- rotein g
0,7 1
4,7 -
15,9 15
emak g 0,3
0,3 2,4
- 6,2
11 arbohidrat g
5,2 7,3
19,9 -
61,8 33
alsium mg 14
29 45
- 160
150 osfor mg
23 24
85 -
370 -
esi mg 0,4
0,5 2,5
- 370
- it. A SI
260 470
11,050 -
576 1.00
it. B1 mg 0,05
0,05 0,05
- 50
10 It. Cmg
84 18
70 -
50 10
ir g 93,4
90,9 71,2
- 10
8 ml d.d
82 85
85 -
85 -
Catatan :b.d.d=bagian yang dapat dimakan Sumber: Depertemen Kesehatan
2.1.4. Kegunaan Buah Cabai
Buah cabai dapat dimanfaatkan untuk banyak keperluan, baik yang berhubungan dengan kegiatan masak-memasak maupun untuk keperluan yang lain
seperti untuk bahan ramuan obat tradisional. Cabai mengandung capsaicin yang memberi rasa pedas. Selain mengandung capsaicin, cabai juga mengandung semacam
Universitas Sumatera Utara
minyak asiri, yaitu capsicol. Selain itu juga cabai memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh, yaitu:
a. Cabai dapat meningkatkan nafsu makan seseorang.
b. Menurunkan kadar kolesterol dan menstabilkan kadar insulin dalam darah.
c. Mengurangi seseorang terkena stroke, penyumbatan pembuluh darah,
impotensi dan jantung koroner. d.
Mengurangi resiko seseorang terkena kanker. e.
Cabai dapat meringankan sakit kepala dan nyeri sendi. Salah satu manfaat cabai adalah mengurangi rasa sakit. Ini disebabkan timbulnya rasa pedas dari
zat capsaicin mampu menghalangi aktifitas otak untuk menerima sinyal dari pusat sistem saraf.
f. Cabai dapat memperlambat penuaan, karena adanya zat antioksidan yaitu
vitamin C dan betakaroten pada cabai.
2.1.5. Hama pada Tanaman Cabai
Hama adalah hewan yang merusak tanaman atau hasil tanaman karena aktivitas hidupnya, terutama aktivitas untuk memperoleh makanan. Hama tanaman memiliki
kemampuan merusak yang sangat hebat. Akibatnya, tanaman dapat rusak atau bahkan tidak dapat menghasilkan sama sekali. Hama tanaman berupa hewan mamalia,
misalnya tikus, babi hutan, dan kera, berupa burung, misalnya burung gelatik dan burung pipit, berupa serangga, misalnya wereng, kutu daun, walang sangit, belalang,
berbagai ulat, dan berbagai kumbang Tim bina Karya tani, 2008. Diantara hama tersebut yang paling menimbulkan kerugian besar pada tanaman
adalah kelompok serangga. Untuk memberantas serangga hama, kita perlu
Universitas Sumatera Utara
mengetahui siklus hidupnya. Dengan mengetahui siklus hidupnya, maka dapat ditentukan pada stadium apa serangga tersebut menyerang tanaman. Dengan
demikian kita dapat melakukan pemberantasan yang tepat mengenain sasarannya. Tanaman cabai termasuk tanaman sayuran buah. Tanaman ini sering diserang oleh
hama di antaranya gurem, cacing, ulat buah, ulat tanah, siput, dan kutu pucuk Tim Bina Karya Tani, 2008.
2.1.6. Penyakit Pada Tanaman Cabai
Menurut Tim Bina Karya Tani 2009, ada beberapa penyakit pada tanaman cabai yaitu:
1. Penyakit Keriting Daun
Penyakit keriting daun menyerang tanaman sejak masih kecil hingga pertumbuhannya terhenti.
2. Penyakit Antraknosa
Penyakit yang menyerang buah cabai itu disebut penyakit busuk buah, yang dikenal dengan nama antraknosa.
3. Penyakit Layu
Penyakit layu pada tanaman sayuran cabai disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporium. Penyakit layu ini bisa menular melalui luka.
4. Penyaki Virus Mozaik
Penyakit mozaik pada tanaman sayuran cabai disebabkan oleh virus. Penyakit virus ini menyerang daun tanaman.
Universitas Sumatera Utara
5. Penyakit Bakteri Xanthomonas solanacearum
Penyakit bakteri yang menyerang tanaman sayuran cabai adalah Xanthomonas Solanacearum.
6. Busuk Buah Cabai
Penyakit fisiologis akibat kekurangan unsur hara tertentu. Salah satu di antaranya yang sering ditemukan pada tanaman cabai adalah busuk ujung
buah.
2.1.7. Jenis-Jenis Insektisida pada Cabai
Menurut Setiadi 2008 ada beberapa jenis insektisida yang digunakan pada cabai untuk mengendalikan hama tanaman yaitu :
1. Insektisida yang dapat dipakai dengan penyemprotan Tokuthion 500 EC yang mempunyai bahan aktif protiofos untuk membunuh hama seperti
serangga yang merusak daun, pucuk, serta tunas baru. Dengan dosis 1-2 ccl air, dilarutkan dalam air baru disemprotkan merata pada tanaman dengan
selang waktu 7-10 hari sekali 2. Insektisida Tokuthion 500 EC yang mempunyai bahan aktif protiofos dengan
dosis 1-2 ccl air, Anthion 33 EC yang mempunyai bahan aktif dimetoat dengan dosis 1,5-2 lha tanaman, yang digunakan untuk membunuh kutu daun
pada cabai. 3. Insektisida Curacron yang mempunyai bahan aktif profenofos untuk mengatasi
ulat buah, perusak daun, dan kutu daun, takarannya sebanyak 2 ccl air. 4. Insektisida Cymbush 5 EC yang mempunyai bahan aktif piretroid yang
digunakan untuk memberantas ulat yang merusak tunas, daun dan buah.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Perlakuan Pascapanen
Menurut Setiadi 2008, banyak yang memasarkan cabai bukan dalam bentuk segar, melainkan bentuk kering, olahan atau awetan. Namun, bila ingin memasarkan
dalam bentuk segar tentu harus diperhatikan cara pengemasan dan peSnyimpanannya.
1. Pengemasan
Yang sering terjadi, cabai yang berdatangan dari luar daerah tidak pernah dikemas dalam kemasan khusus. Cabai tersebut hanya dimasukkan dalam goni atau karung
plastik. Secara umum, kekeliruhan terbesar dari pengepakan cabai selama ini adalah tidak memperhitungkan beberapa hal-hal seperti :
a. Wadah atau tempat buah cabai
b. Penempatan buah cabai dalam wadah
c. Cara penumpukan cabai
d. Jumlah tumpukan, dan
e. Jumlah buah dalam setiap wadah
2. Penyimpanan Cara Hipobarik
a. Keuntungan Penyimpanan
Hipobarik merupakan salah satu cara penyimpanan cabai dalam ruang dengan kondisi udara tertentu. Cara ini mulai berkembang sekitar tahun 1960_an di negara-
negara maju yang diakui sebagai cara yang mahal. Daya tahan penyimpanan ruang dingin hanya berkisar 10-20 hari, sedangkan penyimpanan hipobarik dapat mencapai
50 hari.
Universitas Sumatera Utara
b. Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan hipobarik merupakan suatu ruangan tekanan, suhu, dan kelembapan udaranya dapat dikontrol. Untuk penyimpanan cabai, tekanan udara
antara 4-400 mmHg, suhu udara antara 2 -15
C, dan kelembapan antara 90-95.
3. Pengeringan
Cabai yang dikeringkan untuk keperluan ekspor merupakan cabai merah. Untuk jenis lainnya, pengeringan masih kurang umum dilakukan meskipun manfaatnya
tidak kalah pentingnya dengan cabai merah. 1.
Cara Pengeringan Mengeringkan cabai ada dua cara, yaitu dengan bantuan sinar matahari atau
dengan alat pengering. a.
Pengeringan Alamiah dengan Sinar Matahari Cabai yang akan dikeringkan diseleksi lebih dulu, yaitu tingkat kemasakannya
lebih dari 60 . Setelah terpilih, tangkai-tangkainya dibuang dan buahnya dicuci sampai bersih. Cabai sudah dibela dimasukkan ke dalam air panas 90
C blancing selama 6 menit. Air panas untuk merendam tersebut dicampur kalium metabisulfat
0.2 setiap 2 gram bahan dicampurkan 1 liter air. Setelah direndam, cabai langsung dimasukkan ke dalam air dingin beberapa saat, lalu ditiriskan dalam rak-rak bambu.
Rak-rak bambu dipanaskan di bawah sinar matahari. Lama pemanasan sekitar 7-10 hari.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengeringan Buatan dengan Alat Pengering Sederhana
1. Spesifikasi Alat
Pengeringan cabai dengan bantuan alat pengering, baik modern maupun sederhana, masih lebih baik dibandingkan dengan cara alamiah. Cara buatan ini,
sebenarnya ada dua cara sesuai jenis alat yang digunakan, yaitu dengan alat modern dan dengan alat sederhana. Alat pengering ini bekerja seperti pemanas oven dalam
pembuatan kue. 2.
Penggunaan Alat Rigen atau tampan dibersihkan dahulu. Sesudah cukup bersih cabai yang
sebelumnya di blancing diletakkan diatas rigen secara teratur. 3.
Perlakuan Setelah Pengeringan Cabai yang sudah cukup kering dapat langsung dikemas. Kemasan dapat
dipilih yang bagus, bersih, dan rapi.
4. Cara Pengawetan Lain
1. Digiling Langsung
Selain cara pengeringan, cabai terutama cabai merah dapat diawetkan dengan cara digiling langsung. Caranya ialah cabai yang baru dipanen dipilih yang
bagus-bagus, lalu tangkainya dibuang, dan dicuci bersih. Setelah itu, cabai digiling hingga halus. Hancuran cabai ini dicampurkan merata dengan garam dan bahan
pengawet seperti Natrium Benzoat. Namun, dengan cara ini tetap tidak bertahan lama karena tidak melalui proses pemanasan atau pasteurisasi.
Universitas Sumatera Utara
2. Dibuat Saus
Cabai yang sudah dikumpulkan langsung dikukus hingga matang. Sesudah cukup matang, cabai tersebut didinginkan. Cabai yang sudah dingin itu langsung
digiling. Dalam gilingan sekaligus dimasukkan bumbu-bumbu lain. Setelah halus, dipanaskan hingga selama 5 menit. Setelah itu diangkat dan didinginkan selam 20
jam. Setelah dingin dipanaskan kembali selama 3 menit.
2.3. Cabai Merah Giling