7,75 km
2
. Pasar Sukaramai dikelola pemerintah dan saat ini terdapat 23 penjual cabai merah segar dan 14 penjual cabai merah giling.
4.2.5. Pasar Aksara
Pasar Aksara yang berdiri pada tahun 1987 yang juga merupakan pasar yang dikelola pemerintah dan terletak di Kecamatan Medan Perjuangan dengan luas
wilayah 4,09 km
2
. Saat ini terdapat 20 penjual cabai merah segar dan 16 penjual cabai merah giling.
4.2. Hasil Pemeriksaan Residu Insektisida
Profenofos Pada Cabai Merah Segar dan Cabai Merah Giling
Pemeriksaan yang diperoleh dari Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu
Pestisida UPT BPTH I Medan dengan 10 sampel cabai yaitu 5 lima cabai merah segar dan 5 lima cabai merah giling dengan menggunakan alat Kromatografi Gas
terlihat pada Table 4.1.
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Residu Insektisida Profenofos Pada
Cabai Merah Segar Dan Cabai Merah Giling No
Sampel Residu Profenofos
BMR
1 Cabai Merah Segar A
0,733 mgkg
5 mgkg 2
Cabai Merah Segar B -
3 Cabai Merah Segar C
- 4
Cabai Merah Segar D -
5 Cabai Merah Segar E
1,205 mgkg 6
Cabai Merah Giling A -
7 Cabai Merah Giling B
- 8
Cabai Merah Giling C 0,128 mgkg
9 Cabai Merah Giling D
- 10
Cabai Merah Giling E -
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : A : Pasar Aksara
B : Pasar Padang Bulan C : Pasar Petisah
D : Pusat Pasar E : Pasar Sukaramai
BMR : Batas Maksimum Residu Berdasarkan Tabel 4.1. di atas dapat dilihat dari 10 sampel yang diperiksa ada
3 sampel yang positif mengandung residu insektisida profenofos. Cabai merah segar dari Pasar Aksara dengan nilai 0,733 mgkg, cabai merah segar dari Pasar Sukaramai
dengan nilai 1,205 mgkg, sedangkan cabai merah segar dari Pasar Padang Bulan, Pasar Petisah dan Pusat Pasar tidak mengandung residu profenofos.
Cabai merah giling dari Pasar Petisah 0, 128 mgkg, sedangkan Pasar petisah, Pasar Padang Bulan, Pasar Petisah, Pusat Pasar dan Pasar Sukararamai tidak mengandung
residu profenofos.
4.3. Data Responden Tentang Cabai Merah Segar dan Cabai Merah
Giling
Data kuesioner diperoleh dari hasil wawancara terhadap 5 lima responden dari 5 lima pasar tradisional Kota Medan yang menjual cabai merah segar dan cabai
merah giling terlihat pada Tabel 4.2. dan 4.3.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2. Data Hasil Penelitian Pada Penjual Cabai Merah Segar Responden
Lokasi Responden
Tempat Memper-
oleh Cabai Asal Cabai
Dari Daerah Mana
Yang Dilakukan Jika Cabai Tidak Habis
Terjual
1 Padang
Bulan Pusat
PasarSentral Berastagi
Selalu Habis 2
Petisah Pusat
PasarSentral Berastagi
Selalu Habis 3
Pusat Pasar Sentral
Pusat PasarSentral
Berastagi Selalu Habis
4 Sukaramai
Pusat PasarSentral
Berastagi Selalu Habis
5 Aksara
Pusat PasarSentral
Berastagi Selalu Habis
Dari Tabel 4.2. dapat dilihat 5 lima responden yang diwawancarai dari 5 lima pasar yaitu responden dari Pasar Padang Bulan yang memperoleh cabai dari
Pusat PasarSentralyang berasal dari daerah Berastagi dan selalu habis terjual setiap hari.
Responden dari Pasar Petisah yang memperoleh cabai dari Pusat PasarSentral
berasal dari daerah Berastagi dan selalu habis terjual setiap hari. Responden dari Pusat Pasar yang memperoleh cabai dari Pusat PasarSentral
berasal dari daerah Berastagi dan selalu habis terjual setiap hari. Responden dari Pasar Sukaramai yang memperoleh cabai dari Pusat
PasarSentral berasal dari daerah Berastagi dan selalu habis terjual setiap hari. Responden dari Pasar Aksara yang memperoleh cabai dari Pusat PasarSentral
berasal dari daerah Berastagi dan selalu habis terjual setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3. Data Hasil Penelitian Pada Penjual Cabai Merah Giling Responden
Lokasi Responden
Berapa Kali Mencuci Cabai
Perlakuan Pada Proses Pencucian Cabai
1 Padang Bulan
1 kali Dicuci di ember
2 Petisah
2 kali Dicuci di ember
3 Pusat Pasar
Sentral 1 kali
Dicuci di ember 4
Sukaramai 2 kali
Dicuci di ember 5
Aksara 2 kali
Dicuci di ember
Sumber Air Untuk Mencuci Cabai
Bahan Campuran Pada Cabai
Perlakuan Pada Cabai Yang Tidak Habis
Sumur Tidak Ada
Dijual ke pedagang nasiwarung nasi
Sumur Tidak Ada
Dijual ke pedagang nasiwarung nasi
Sumur Tidak Ada
Dijual ke pedagang nasiwarung nasi
Air Leading Tidak Ada
Dijual ke pedagang nasiwarung nasi
Air Leading Tidak Ada
Dijual ke pedagang nasiwarung nasi
Dari Tabel 4.3. dapat dilihat 5 lima responden yang diwawancarai dari 5 lima pasar yaitu Responden dari Pasar Padang Bulan mencuci cabai 1 satu kali
yang dicuci di ember menggunakan air sumur, tidak ada bahan campuran yang dibuat pada cabai giling dan jika tidak habis dijual ke pedagang nasiwarung nasi.
Responden dari Pasar Petisah mencuci cabai 2 dua kali yang dicuci di ember menggunakan air sumur, tidak ada bahan campuran yang dibuat pada cabai giling dan
jika tidak habis dijual ke pedagang nasiwarung nasi.
Responden dari Pusat PasarSentral mencuci cabai 1satu kali yang dicuci di ember menggunakan air sumur, tidak ada bahan campuran yang dibuat pada cabai
giling dan jika tidak habis dijual ke pedagang nasiwarung nasi.
Universitas Sumatera Utara
Responden dari Pusat Sukaramai mencuci cabai 2 dua kali yang dicuci di ember menggunakan air leading, tidak ada bahan campuran yang dibuat pada cabai
giling dan jika tidak habis dijual ke pedagang nasiwarung nasi. Responden dari Pasar Aksara mencuci cabai 2 dua kali yang dicuci di ember
menggunakan air leading, tidak ada bahan campuran yang dibuat pada cabai giling
dan jika tidak habis dijual ke pedagang nasiwarung nasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan di Laboratorium Pengujian Mutu dan Residu Pestisida UPT BPTH I Medan, 10 sampel yang diperiksa dari 5
lima pasar tradisional Kota Medan terdapat 3 yang positif mengandung residu insektisida profenofos.
Insektisida organofosfat merupakan jenis insektisida yang sangat toksik dan prefonofos termasuk bahan aktif golongan organofosfat yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai serangga hama dan tungau seperti profenofos LD
50
tikus sekitar 358 mgkg, LD
50
dermal kelinci 472 mgkg tidak menyebabkan iritasi kulit dan mata, LC
50
inhalasi tikus 3 mgliter udara Djojosumarto, 2008. Tanaman pertanian sering diganggu atau dirusak oleh organisme pengganggu
yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme pengganggu tanamantumbuhan ini dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman, gulma
Djojosumarto, 2008. Tanaman cabai yang merupakan salah satu komoditas sayuran yang
mempunyai prospek pemasaran yang tinggi juga permintaan pasar konsumen terhadap produksi cabai dunia cenderung terus meningkat dari waktu ke waktu
sejalan dengan meningkatnya rata-rata konsumsi di berbagai negara Tim Bina Karya Tani, 2008, sehingga membuat petani melakukan berbagai cara untuk meningkatkan
hasil produksi cabai salah satunya pemakaian pestisida yang mengakibatkan adanya residu pada cabai yang berdampak terhadap konsumen Djojosumarto, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Hasil beberapa survei yang dilakukan di beberapa daerah pusat pertanaman sayuran dataran tinggi dan dataran rendah di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera
diketahui bahwa penggunaan pestisida dari tahun ke tahun meningkat baik dalam hal dosis maupun pemakaian, frekuensi penggunaan, maupun jenis yang dipergunakan
Sudarwohadi, 1975. Berdasarkan penelitian Koelman, et al., tahun 1974 yang dikutip dari Achmadi tahun 2008, penelitian residu pestisida pada makanan juga
pernah dilakukan. Dari penelitian-penelitian residu pestisida dalam makanan dan sayuran, telah terbukti adanya residu pestisida.
Tinggi rendahnya residu pestisida pada tanaman ditentukan oleh jenis pestisida, dosis dan frekuensi aplikasi, serta waktu aplikasi. Pengaruh jenis pestisida
terhadap tingkat residu tergantung pada sifat-sifat fisika dan kimiawinya Djojosumarto, 2008.
Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan badan Standar Nasional Indonesia SNI tahun 2008, tentang batas maksimum residu BMR pestisida pada tanaman.
Residu pestisida untuk golongan organofosfat profenofos masih diperbolehkan ada di dalam tanaman dalam konsentrasi yang telah ditentukan. Khusus untuk cabai batas
konsentrasi residu yang diperbolehkan yaitu 5 mgkg. Sekitar 40 persen kematian di dunia disebabkan oleh pencemaran lingkungan
termasuk tanaman-tanaman yang dikonsumsi, sementara dari 80 ribu jenis pestisida dan bahan kimia lain yang digunakan saat ini hampir 10 persennya bersifat
karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker. Sebuah penelitian tentang kanker juga
Universitas Sumatera Utara
pernah menyatakan bahwa sekitar 1,4 juta kanker di dunia disebabkan oleh pestisida Unila, 2009.