kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih
efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin justru sebaliknya. Jenis-jenis rasio aktivitas seperti receivable turnover,
inventory turnover, dan days of inventory.
2.7.4 Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya Husnan dan Pudjiastuti, 1994. Sedangkan menurut Kasmir 2010 rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dbandingkan
dengan aktivanya. Dalam arti yang luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya, baik janka pendek maupun jangka panjang apabila dilikuidasi. Berikut ini adalah beberapa tujuan perusahaan menggunakan rasio
solvabilitas menurut Kasmir 2010, yaitu: 1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lain. 2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap. 3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian tentang privatisasi Badan Usaha Milik Negara BUMN telah banyak dilakukan dari berbagai macam sudut pandang,
contohnya sebagai berikut. Kurniawati dan Lestari 2007 melakukan studi atas kinerja perusahaan setelah privatisasi. Peneliti mencoba menilai kinerja
beberapa BUMN baik kinerja keuangan maupun kinerja sahamnya setalah melakukan privatisasi melalui IPO. Adapun kinerja keuangan yang diukur
antara lain adalah Likuiditas Current Ratio, Cash Ratio, Acid Test Ratio,
Profitabilitas GPM, ROA, ROE dan NPM, Leverage Debt Ratio, Debt to Equity Ratio dan Long Term to Debt Ratio, sedangkan kinerja saham diukur
dengan indikator Abnormal Return AR. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio Likuiditas,
Profitabilitas dan Leverage sesudah privatisasi tidak lebih baik dibanding sebelum privatisasi. Sedangkan kinerja saham BUMN dapat memberikan
pendapatan diatas rata-rata pasar Abnormal Return Psitive. Munggaran 2007 melakukan penelitian tentang analisa perbandingan
kinerja keuangan BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. Penulis mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan aspek keuangan yang terdapat dalam
SK Menteri BUMN No: KEP-100MBU2002 yang terdiri dari delapan indikator yaitu ROE, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period,
Perputaran Persediaan, Perputaran Total Aset, dan Total Modal Sendiri terhadap Total Aset. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat kinerja BUMN sebelum dan sesudah privatisasi.
Antoni dan Hasnawati 2009 melakukan penelitian tentang analisis kinerja keuangan BUMN sebelum dan setelah privatisasi. Data penelitian
yang diambil adalah semua BUMN yang go public selain bank dan lembaga keuangan bukan bank. Penelitian ini menggunakan 3 macam ukuran kinerja
keuangan yaitu rasio Profitabilitas ROS, ROA dan ROE, Efisiensi Ratio Sales Efficiency dan Net Income Efficiency, Investasi Capital Expenditure to
Sales dan Capital Expenditure per Total Asset. Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kineja BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya privatisasi.
Fitrianti dan Wardani 2010 melakukan penelitian mengenai analisis komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran saham perdana.
Data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan PT Adhi Karya persero Tbk tahun 2000-2008. Tujuan penelitian ini adalah melakukan
analisa komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran umum saham perdana initial public offering pada PT Adhi Karya Persero Tbk.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diperoleh kesimpulan bahwa penawaran umum saham perdana atau IPO pada Adhi Karya dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
Setiyowati 2010 melakukan penelitian mengenai pengaruh privatisasi terhadap perbedaan efisiensi, profitabilitas, leverage dan likuiditas
sebelum dan setelah Privatisasi terhadap 10 BUMN non bank yang melakukan
privatisasi melalui
IPO tahun
1995-2007. Peneliti
membandingkan ROA, ROE, ROS, TATO, dan DTA sebelum dan sesudah privatisasi. Berdasarkan paired sample t-Test terdapat peningkatan efisiensi,
likuiditas dan penurulan leverage. Akan tetapi tidak terdapat peningkatan pada profitabilitas peusahaan.
Penelitian mengenai dampak privatisasi telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, seperti yang dilakukan oleh Kurniawati dan
Lestari 2007, Munggaran 2007, Antoni dan Hasnawati 2009, Fitrianti dan Wardani 2010, serta Asyikin dan Tanu 2011. Perbedaan penelitian ini
dengan penilitian sebelumnya adalah terletak pada objek penelitian, selain itu periode waktu serta rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan
ini juga berbeda. Penelitian ini menganalisis pengaruh privatisasi yang dilakukan oleh Wijaya Karya dengan membandingkan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah privatisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data laporan keuangan empat tahun sebelum privatisasi dan empat tahun
sesudah privatisasi, yaitu menggunakan data laporan keuangan yang dimulai sejak tahun 2003 hingga tahun 2011.
Tabel 2. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan No
Peneliti Metodologi
Hasil 1
Kurniawati dan
Lestari 2007
Membandingkan 2
tahun kinerja keuangan sebelum dan sesudah
privatisasi BUMN
yang diprivatisasi
melalui IPO hingga
tahun 2006.
Kinerja keuangan yang diukur dengan rasio
Likuiditas, Profitabilitas dan Leverage sesudah
privatisasi tidak lebih baik disbanding sebelum
privatisasi. Serdangkan kinerja saham BUMN
dapat memberikan pendapatan diatas rata-rata
pasar Abnormal Return
Positive.
2
Munggaran
2007
Membandingkan kinerja
2 tahun
sebelum dan sesudah privatisasi
PT. Tambang
Batubara Bukit Asam, Tbk dan
PT. Perusahaan Gas Negara,
Tbk
menggunakan t-test.
Profitabilitas, likuiditas, leverage, dan efisiensi
tidak mengalami perubahan yang
signifikan.
3 Antoni dan
Hasnawati
2009
Membandingkan kinerja keuangan
semua BUMN yang go public selain bank dan
lembaga keuangan bukan bank 3 tahun
sebelum dan sesudah
dipivatisasi.
Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan
menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kineja
BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya
privatisasi.
4 Fitrianti dan
Wardani 2010
Memabandingkan kinerja keuangan
keuangan PT. Adhi Karya persero, Tbk
tahun 2000-2008.
Penawaran umum saham perdana atau IPO pada
Adhi Karya dapat mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan menjadi lebih baik
daripada sebelumnya.
5
Setiyowati
2010
Peneliti membandingkan
ROA,ROE,ROS, TATO, dan DTA
sebelum dan sesudah privatisasi terhadap 10
BUMN non bank yang melakukan privatisasi
melalui IPO tahun
1995-2007.
Berdasarkan paired sample t-Test terdapat
peningkatan efisiensi, likuiditas dan penurulan
leverage. Akan tetapi tidak terdapat
peningkatan pada
profitabilitas perusahaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank Dunia menilai bahwa para birokrat pemerintah tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena tidak
memiliki kompetensi, akan tetapi karena mereka mengahadapi kontradiksi, yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan
publik. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN membolehkan unit usaha BUMN untuk dijual sebagian ataupun seluruh saham yang
dimilikinya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Pemikiran yang mendukung privatisasi melihat bahwa kinerja perusahaan BUMN akan menjadi lebih baik
jika perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi perusahaan publik hal tersebut akan mendorong terciptanya transparansi pada
tata kelola perusahaan BUMN. Selain untuk mendapatkan tambahan modal, hal tersebut menjadikan
alasan bagi Wijaya Karya untuk melakukan privatisasi pada tahun 2007. Privatisasi yang dilakukan perseroan telah sesuai dengan arsitektur strategi
perusahaan untuk mencapai Visi Wijaya Karya pada tahun 2010. Penelitian ini menganalisis dengan membandingkan variabel fundamental kinerja
keuangan sebelum dan sesudah privatisasi. Adapun kinerja keuangan yang diukur menggunakan rasio
profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan solvabilitas sesuai dengan keputusan Menteri BUMN No KEP-100MBU2002 tentang tata cara pengukuran
tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. Rasio profitabilitas diukur menggunakan return on equity dan return on assets. Rasio likuiditas diukur
menggunakan cash ratio dan current ratio. Rasio aktivitas diukur menggunakan total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset.
Sedangkan rasio solvabilitas mengukur seberapa jauh perusahaan