Variabel pendapatan memiliki nilai signifikan sebesar 0,031 yang berarti variabel ini berpengaruh nyata terhadap jumlah kunjungan pada taraf
5. Nilai koefisien atau elastisitas pendapatan terhadap jumlah kunjungan sebesar
3,494 yang mengindikasikan bahwa jika terjadi perubahan pendapatan sebesar 1 rupiah, maka akan terjadi perubahan jumlah kunjungan sebanyak 3,494.
Sementara itu, tanda positif + mengindikasikan bahwa variabel pendapatan memiliki hubungan yang searah dengan jumlah kunjungan, dimana semakin tinggi
pendapatan maka alokasi waktu untuk kunjungan tempat wisata juga meningkat dan sebaliknya.
Variabel jenis kelamin lebih ke laki-laki memiliki signifikan sebesar 0,048 yang berarti bahwa variabel ini berpengaruh nyata pada taraf
5. Nilai koefisien jenis kelamin terhadap jumlah kunjungan sebesar 0,757 yang memiliki
pengertian bahwa pengunjung laki-laki sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan. Tanda negatif + memberi pengertian bahwa jenis kelamin
mempunyai hubungan searah dengan jumlah kunjungan, dimana jika pengunjung yang
melakukan kunjungan
didominasi oleh
laki-laki dalam
suatu rombongankelompok, maka akan mempengaruhi jumlah pengunjung dalam
berwisata ke Pulau Pombo. Hal ini dikarenakan pengunjung wanita akan merasa aman dan mau melakukan wisata ke Pulau Pombo jika pada rombongankelompok
terdapat laki-laki. Dengan demikian jumlah pengunjung meningkat.
Dari Tabel 20 terihat bahwa tidak terdapat multikorelasi antara variabel, hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF 10. Hasil analisis juga terlihat melalui gambar
normal PP Plot dalam Lampiran 2, bahwa data mendekati sebaran normal dengan data mengikuti diagonal garis. Kemudian hasil olah data juga terlihat bahawa
tidak terjadi heterosidas sebab pada scatterplot Lampiran 2, titik menyebar diatas dan dibawah sumbu y.
7.2.2. Penilaian Surplus Konsumen
Berdasarkan persamaan permintaan rekreasi diatas, maka dapat dihitung besarnya nilai jasa lingkungan dari keberadaan Pulau Pombo. Dari fungsi
permintaan linear sebelumnya, maka nilai Surplus Konsumen SK per kunjungan per individu wisatawan diperoleh dengan rumus Grafton et al, 2004 :
..........................................................................................................7
Sedangkan nilai SK total kunjungan per individu, adalah sebagai berikut :
..............................................................................................................8
Dimana : V : Jumlah Kunjungan
β : Koefisien Biaya Perjalanan Berdasarkan rumus tersebut, dan berdasarkan hasil analisis regresi linear
berganda dengan pendekatan biaya perjalanan dengan jumlah kunjungan dibagi dengan dua kali koefisien biaya perjalanan maka didapat surplus konsumen atau
nilai WTP pengunjung sebesar Rp 12.257.849 per individu per tahun. Nilai SK yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang sebenarnya
masih mau membayar lebih mahal untuk berekreasi atau menikmati pemandangan
alam laut Pulau Pombo. Hal ini tentu harus disertai dengan peningkatan kualitas dari tempat tesebut sehingga manfaat yang dididapat baik bagi pengelolah dan
pengunjung Pulau Pombo tersebut dapat mencapai optimum.
Nilai ekonomi wisata merupakan agregat atau penjumlahan WTP. Untuk itu, nilai tersebut dapat diperoleh dengan mengalikan SK yang telah didapat dengan
total kunjungan tahun tersebut. Untuk mendapatkan total kunjungan tahun tersebut maka jumlah pengunjung yang berkunjung selama seminggu yakni 50
orang dikalikan dengan 49 minggu dan kemudian ditambah dengan rata-rata 300 pengunjung pada puncak liburan hari raya Lebaran, Natal dan Tahun Baru dalam
setahun kemudian hasilnya dikalikan dengan SK. Maka diperoleh nilai manfaat Pulau Pombo adalah sebesar Rp 33.709.084.750. Nilai ini mengindikasikan nilai
atau harga ekosistem yang dirasakan oleh pengunjung.
Nilai ekonomi dari manfaat wisata tersebut menunjukan bahwa Pulau Pombo memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Upaya pencapian nilai
ekonomi Pulau Pombo salah satunya dapat dilakukan dengan pengadaan harga tiket sesuai dengan hasil regresi yang ada dan dengan mengadakan fasilitas-
fasilitas penunjang berdasarkan presepsi pengunjung yang telah dibahas. 7.3. Strategi Kebijakan Pengelolaan Pulau Pombo
Taman Wisata Alam Laut TWAL merupakan salah satu bentuk ekowisata yang saat ini sangat diminati oleh wisatawan lokal yang ada di Provinsi Maluku
dan merupakan salah satu pendukung pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Secara geografis jarak TWAL di provinsi Maluku yang banyak jumlahnya sangat
jauh dari pusat ibu kota provinsi sehingga dibutuhkan biaya yang besar untuk sampai ke sana. Namun, terdapat satu pulau kecil yang lebih efektif dan efisien
dengan ketersediaan pemandangan yang begitu indah serta letaknya sangat strategis dan mudah dijangkau dari pusat kota dengan hanya memerlukan waktu
satu jam untuk sampai ke pulau tersebut. Pulau ini dikenal dengan nama Pulau Pombo yang statusnya sebagai Taman Wisata Alam Laut. Pasca terjadinya konflik
sosial di Provinsi Maluku tahun 1999, tempat ini kehilangan sarana dan prasarana penunjang keberadaan tempat wisata ini sehingga sampai saat ini tempat ini
bersifat open acces bagi pengunjung yang berkunjung ke tempat ini.
Berdasarkan hal tersebut maka penyusunan strategi pengelolaan Pulau Pombo merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan oleh pengelolanya.
Faktor-faktor tersebut diperoleh dari data sekunder maupun data primer serta wawancara dengan responden. Pemilihan prioritas strategi pengelolaan Pulau
Pombo dilakukan dengan menggunakan teknik SWOT. Model SWOT Strategi Pengelolaan Pulau Pombo dapat dilihat di lampiran. Penentuan prioritas strategi
merupakan pendapat gabungan dari 3 responden yang terdiri dari: Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam Propinsi Maluku, Kepala Seksi Program Dinas
Budaya dan Pariwisata Kabupaten Maluku Tengah dan Kepala Kecamatan Salahuttu. Responden dianggap sebagai pihak yang memahami dan
berkepentingan dalam pengelolaan objek wisata ini. 7.3.1. Evaluasi Faktor Internal
Berdasarkan hasil wawancara gabungan melalui kusioner terhadap para aktor pengelola dan pengunjung dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan maka diperoleh informasi yang memberi gambaran umum tentang kondisi internal Pulau Pombo.
a. Evaluasi Kekuatan Strength Faktor Internal