Kerangka Pikir Perencanaan Kebun Praktek Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Kampus Cibalagung untuk Menunjang Kegiatan Wisata Edukasi

Perencanaan tapak menurut Laurie 1990 dapat dipikirkan sebagai suatu kompromi antara penyesuaian pada tapak untuk mencocokkan dengan program dan adaptasi pada program dikarenakan tapaknya. Marsh 1991 mengungkapkan, perencanaan lanskap merupakan suatu penyesuaian antara lanskap dan program yang akan dikembangkan untuk menjaga kelestarian ekosistem dan pemandangan lanskap sehingga tercapai penggunaan terbaik. Menurut Gold 1980, perencanaan adalah suatu alat yang sistematis, yang digunakan untuk menentukan saat awal suatu keadaan dan cara terbaik untuk pencapaian keadaan tersebut. Perencanaan lanskap dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain: 1. pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe-tipe serta alternatif aktivitas berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya; 2. pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan apa yang dapat disediakan pada masa yang akan datang; 3. pendekatan ekonomi, yaitu penentuan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi; 4. pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan perilaku manusia. Nurisjah dan Pramukanto 1995 mengemukakan, terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perencanaan suatu kawasan, di antaranya: 1. mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan lingkungan sekitar; 2. memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan yang akan direncanakan; 3. menjadikan sebagai obyek yang menarik; 4. merencanakan kawasan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu kawasan yang dapat menampilkan kesan masa lalunya.

2.2 Wisata, Kawasan Wisata, dan Objek Wisata

Wisata merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya berkeliling atau perjalanan, sedangkan pariwisata adalah industri yang berkaitan dengan perjalanan untuk mendapatkan rekreasi. Daya tarik pariwisata atau rekreasi terletak pada keindahan yang dapat dinikmati wisatawan dan tersedianya jenis makanan atau sesuatu yang khas di daerah tujuan wisata Derous, 1990 dalam Bonanza, 2008. Kawasan adalah bentangan permukaan alam dengan batas-batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek fungsional. Wisata berarti perjalanan atau bepergian. Jadi kawasan wisata adalah bentangan permukaan yang dikunjungi atau didatangi oleh banyak orang wisatawan karena kawasan tersebut memiliki objek wisata yang menarik. Objek wisata, menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata yang dikutip dalam Adisasmita 2010 adalah suatu tempat yang menjadi kunjungan wisatawan karena memiliki sumberdaya, baik alamiah, maupun buatan manusia, seperti keindahan alampegunungan, pantai, flora dan fauna, kebun binatang, bangunan kuno bersejarah, monumen-monumen, candi- candi, tari-tarian, atraksi dan kebudayaan khas lainnya, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata menjadi sasaran wisata.

2.3 Wisata Pendidikan Pertanian

Agro-Edu Tourism Wisata Pendidikan Pertanian merupakan gabungan dari Agro Tourism Agrowisata dan Edu Tourism Wisata Pendidikan. Agrowisata adalah salah satu bentuk aktivitas wisata yang dilakukan di kawasan pertanian dan aktivitas di dalamnya seperti persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil panen sampai dalam bentuk siap dipasarkan, dan wisatawan dapat membeli produk pertanian tersebut sebagai oleh-oleh. Agrowisata juga ikut melibatkan wisatawan dalam aktivitas-aktivitas pertanian Arifin, 1992. Pariwisata agro merupakan perjalanan untuk meresapi dan mempelajari kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan. Jenis wisata ini bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk ikut memikirkan sumberdaya alam dan kelestariannya. Wisatawan tinggal bersama keluarga petani atau tinggal di perkebunan untuk ikut merasakan kehidupan dan kegiatannya Adisasmita, 2010. Wisata pendidikan merupakan bentuk kegiatan wisata yang menunjang tujuan studi para pengunjung Arifin, 2005 dalam Dinata 2009. Lebih lanjut, Suwantoro 2002 menyatakan bahwa wisata pendidikan merupakan suatu perjalanan wisata dengan maksud untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjungi. Wisata jenis ini disebut juga perjalanan kunjungan pengetahuan study tour. Wisata pendidikan tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan berkunjung ke tempat-tempat perkebunan atau pertanian. Menurut Direktorat Pengembangan Institusi dan Usaha Penunjang 2004, wisata pendidikan pertanian atau agro edu tourism adalah kegiatan wisata untuk tujuan studi yang dapat memperluas pengalaman, rekreasi, dan pengetahuan tentang alam dan teknologi pertanian melalui ilmu-ilmu pertanian dalam cakupan luas antara lain: pertanian bercocok tanam, peternakan, perikanan, kehutanan, baik kegiatan dalam ruang maupun luar ruanglapang. Kriteria kawasan agrowisata yang dijabarkan oleh Bappenas 2004 adalah sebagai berikut: 1. memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya: a subsistem usaha pertanian primer on farm yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan; b subsistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor; c subsistem pelayanan yang menunjang kesinambungan dan daya dukung kawasan baik terhadap industri dan layanan wisata maupun sektor agro, misalnya transportasi dan akomodasi, penelitian dan pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi, dan infrastruktur; 2. adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan kebergantungan yang cukup tinggi, antara lain kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor pertanian; 3. adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan, antara lain berbagai kegiatan dan produk wisata yang dikembangkan secara berkelanjutan.