Jenis Makanan Ikan Tembang

11 Tabel 1. Kondisi fisik lingkungan di sekitar perairan Selat Sunda Parameter Kisaran Keterangan Suhu 27-31 o C Umumnya 29 o C atau lebih Kecepatan arus air 3-25 mmenit Umumnya kurang dari 15 mmenit Salinitas 29-31 o oo Umumnya 30 o oo Kecerahan 3,5-13,0 meter Kedalaman maksimum sechii disk dapat terlihat dari permukaan; Umumnya antara 6-10 meter.

2.4 Jenis Makanan Ikan Tembang

Karakteristik beberapa organisme makanan ikan tembang menurut Nontji 2008 adalah sebagai berikut : 1. Diatom Kelas Bacillariophyceae Diatom merupakan kelompok fitoplankton yang paling umum dijumpai di laut. Diatom terdapat di mana saja, dari tepi pantai hingga tengah samudera. Di dunia, fitoplankton dari kelompok ini diperkirakan ada sekitar 1400 – 1800 jenis, tetapi tidak semua jenis hidup sebagai plankton. Diatom merupakan tumbuhan mikroskopis di laut yang merupakan tumpuan hidup langsung atau tidak langsung bagi sebagian besar biota di laut. Oleh sebab itu, diatom memiliki beberapa julukan, yaitu marine pasture, invisible forest, dan jewel of the sea. Diatom terbagi atas dua ordo, yakni Centrales dan Pennales. Diatom sentrik bercirikan bentuk sel yang mempunyai simetri radial atau konsentrik dengan satu titik pusat. Selnya bisa berbentuk bulat, lonjong, atau silindris dengan penampang bulat, segitiga, atau segi empat. Diatom penat umumnya memanjang atau berbentuk sigmoid seperti huruf “S”. Disepanjang median sel diatom penat terdapat jalur tengah yang disebut rafe raphe. Struktur umum sel diatom dapat dijelaskan secara sederhana dengan model dari diatom sentrik. Sel dengan kerangka silikanya disebut frustul. Di dalam frustul terdapat sitoplasma yang mengandung inti sel dan vakuola yang besar. Di dalam sitoplasma juga terdapat kromatofor yang umumnya berwarna kuning-cokelat karena adanya pigmen karotenoid. Diatom dapat hidup sebagai individu sel tunggalyang soliter, atau terhubung dengan sel lainnya membentuk koloni bagaikan 12 rantai, dengan rangkaian antar selnya bervariasi menurut jenis. Gelombang laut yang kuat dapat membuat rantai yang semula panjang pecah menjadi rantai yang lebih pendek. Ukuran diatom cukup beragam dari 5 µm – 2 mm. Distribusi plankton diatom bervariasi secara temporal dan spasial, yang banyak ditentukan oleh faktor- faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Sebaran horizontal misalnya banyak ditentukan oleh faktor suhu, salinitas, dan arus. Di perairan Ugahari temperate yang mengalami perubahan musim panas dan musim dingin yang nyata, variasi musiman suhu, hara, dan cahaya akan mempengaruhi keberadaan dan suksesi plankton diatom. 2. Dinoflagellata Dinophyceae Dinophyceae merupakan kelas utama dari Dinoflagellata, yang merupakan kelompok fitoplankton yang sangat umum ditemukan di laut setelah diatom. Ciri khas yang terdapat pada kelompok fitoplankton ini adalah kandungan pigmen dalam selnya, yang tidak saja mengandung klorofil-a dan klorofil-c, tetapi yang sangat spesifik adalah kandungan pigmen klorofil-â-carotene. Kehadiran pigmen ini menyebabkan warna fitoplankton dari kelompok ini umumnya coklat kekuningan. Ciri lain dari Dinophyceae adalah adanya organ untuk bergerak berupa flagella yang memiliki bentuk seperti bulu cambuk. Berdasarkan kebiasaan hidupnya dan lokasi flagellanya, Dinophyceae dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yakni Desmokontae dan Dinokontae. Dinding sel pada Dinophyceae ada yang berupa dinding selulosa yang tebal dan kuat ada yang berupa pelat-pelat yang melindungi sel, dan adapula dinophyceae tipe telanjang yang tidak mempunyai pelat perisai. Dinophyceae memiliki ukuran 5 – 200 µm, tetapi beberapa spesies dari kelas ini terkadang tumbuh dalam rantai lebih besar atau pseudocoloni. Dinophyceae mendominasi komunitas fitoplankton di perairan sub tropik dan tropik. Kelompok yang mewakili kelas ini umumnya berasal dari genera peridinales yang meliputi Ceratium, Gonyaulax, dan Peridinium dan dari genera Gymnodiniales yang meliputi Amphidinium, Ptychodiscus dan Gyrodinium. Menurut Kennish 1190 in Sunarto 2008, beberapa fitoplankton dari kelompok spesies Dinophyceae menghasilkan racun. Ketika terjadi blooming 13 dimana kepadatannya dapat mencapai 5 x 10 5 selL, racun yang bertumpuk akan mematikan ikan, kekerangan dan organisme lain. Beberapa jenis fitoplankton dari kelompok Dinophyceae mempunyai kemampuan yang dapat menghasilkan sebuah cahaya antara lain Noctiluca, Gymnodinium dan Pycrocystis. Umumnya Dinophyceae bereproduksi secara aseksual dengan melalui pembelahan sel, meskipun ada beberapa individu bereproduksi secara seksual. 3. Tintinid Cilliata Tintinid merupakan hewan yang hidup sebagai plankton yang paling primitif adalah hewan dari filum protozoa. Hewan ini bersel tunggal, yang mempunyai sitoplasma, sitomembran, dan satu atau lebih inti. Salah sau ciri utama tintinid adalah tubuhnya membentuk kantong dari gelatin atau kitinyang disebut lorika. Bentuk lorika masing-masing jenis berbeda sehingga bagian tubuh hewan ini digunakan sebagai ciri utama untuk identifikasi. Tintinid mempunyai banyak jenis yang hidup sebagai plankton. Ukuran tubuh tintinid beragam, yang umumnya berkisar dari 30 – 150 µm. Dari sebaran vertikalnya, tintinid umumnya hidup di lapisan permukaan, tidak lebih dari kedalaman 100 meter. Persebaran tintinid ada juga yang mengalami perubahan musiman. Tintinid mempunyai peran yang penting dalam ekosistem laut sebagai makanan bagi para larva ikan, udang, dan moluska. Oleh karena itu kehadirannya akan sangat menunjang keberhasilan produksi jenis- jenis biota laut yang mempunyai nilai ekonomis penting. 4. Kopepod Crustaceae Kopepod adalah nama umum yang diberikan untuk hewan dari subkelas Copepoda, di bawah kelas Crustaceae, filum Arthropoda. Seperti umumnya warga krustacea, kopepod mempunyai kulit atau kerangka luar yang keras dari bahan kitin. Selain itu, kopepod juga mempunyai dua pasang antena, dan memiliki kaki yang banyak. Di dunia diperkirakan ada sekitar 12.000 jenis kopepod, tetapi tidak semua hidup sebagai plankton. Kopepod hidup diperairan tawar, perairan payau, atau perairan osenik. Ada kopepod yang hidup sebagai parasit pada ikan, ada pula yang hidup sebagai benthos hidup di dasar laut. Kopepod yang paling banyak di laut itu 14 kopepod plankton hampir setiap kali kita mengambil contoh plankton di laut hampir selalu tertangakp pula kopepod plankton. Ukuran kopepod plankton ini memang kecil, sekitar 0,5 – 2 mm. Sebagian besar kopepod plankton hidup sebagai herbivor, yang menyantap tetumbuhan renik. Namun, tidak semua koped plankton itu herbivor. Ada juga beberapa jenis yang hidup sebagai pemangsa plankton, meskipun jenis seperti ini tidak terlalu banyak jumlahnya. Fitoplankton yang dilahap oleh kopepod merupakan sumber energi dan hara yang akan ditransfer ke sebagian besar komponen biota lautt melalui rantai dan jaringan pakan. 5. Chaetognatha Chaetognatha umumnya dikenal sebagai cacing panah karena kemampuan renangnya yang dapat melesat dan bentuk tubuhnya yang umumnya langsing memanjang dan silindris. Chaetognatha merupakan hewan pemangsa yang buas dan rakus. Makanannya termasuk berbagai zooplankton. Tetapi hewan besar, termasuk larva ikan, dapat diserang dan dimakannya. Renangnya bisa melesat cepat dengan daya dorong dari kibasan sirip ekornya, sedangkan sirip-sirip tubuhnya untuk pengendali dan kestabilan. Chaetognatha umunya berukuran sekitar 2 – 3 cm, tetapi ada juga yang bisa mencapai 5 - 10 cm. Di bagian kepalanya ada sepasang matakecil, sedangkan di sepanjang tubuhnya terdapat sirip yang umumnya dua pasang. Diperkirakan di seluruh laut dunia terdapat sekitar 100 jenis Chaetognatha yang berada dibawah 15 marga. Hewan ini dijumpai mulai dari perairan pantai hingga di perairan oseanik. Karena chaetognatha hidup pada kisaran faktor lingkungan yang terbatas, maka jenis-jenis Chaetognatha tertentu juga sering digunakan sebagai indikator massa air atau arus laut. Dari segi perikanan, Chaetognatha mempunyai peranan penting juga karena hewan ini merupakan makanaan bagi banyak jenis ikan dan cumi.tetapi sebaliknya karena Chaetognatha merupakan pemakan telur dan larva ikan ganas, maka jika populasinya besar akan menimbulkan kerugian pula bagi ladang ikan dan upaya budi daya perikanan. 15

3. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret – Oktober 2011 di PPP Labuan Banten. Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan selama pengamatan. Ikan contoh berasal dari hasil tangkapan nelayan di sekitar Perairan Selat Sunda yang telah didaratkan di PPP Labuan, Banten Gambar 2. Pengumpulan data ikan contoh dilakukan di Laboratorium Biologi Perikanan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan tembang Sumber: Fadlian 2012

3.2 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penggaris dengan ketelitian 1 mm, timbangan digital dengan ketelitian 0,0001 gram dan 1 gram, satu set alat bedah, botol film, pipet tetes, gelas ukur, cawan petri, mikroskop, tissue, nampan, kaca preparat, coverglass, kamera digital, dan laptop Lampiran 1. PPP Labuan