Karakteristik Responden GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1

48 responden yang mengikuti KRPL adalah 47 tahun dengan umur responden yang paling muda adalah 22 tahun sedangkan yang paling tua mengikuti KRPL adalah 62 tahun. Maka, responden yang mengikuti KRPL di Desa Banjarsari tidak mengenal batasan umur, yaitu dari kalangan muda hingga kalangan tua sekalipun. Pada pelaksanaan KRPL pendidikan responden bervariasi dari SD hingga Perguruan Tinggi. Sebagian besar responden memiliki tingkat pendidikan formal yang rendah. Tabel status pendidikan responden berdasarkan keikutsertaan dalam KRPL di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Tingkat Pendidikan Formal Responden Tingkat Pendidikan Strata 1 Strata 2 Strata 3 Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase SD 13 43,00 11 44,00 7 28,00 SLTP 6 20,00 5 20,00 3 12,00 SLTA 7 23,00 5 20,00 8 32,00 PT 4 14,00 4 16,00 7 28,00 Total 30 100,00 25 100,00 25 100,00 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 11 dapat terlihat bahwa tingkat pendidikan formal antara ketiga strata yang mengikuti KRPL adalah berbeda. Pada strata 1 dan 2, sebagian besar responden berpendidikan SD. Dominasi di strata 3 ditunjukkan oleh responden dengan yang berpendidikan SLTA. Perbedaan ini disebabkan karena strata 1 dan 2 kondisi perekonomian keluarga yang tidak mencukupi untuk melanjutkan jenjang yang lebih tinggi. Tanggungan keluarga merupakan jumlah total anggota keluarga yang menggantungkan kehidupan ekonominya kepada kepala keluarga. Jumlah tersebut juga menggambarkan besarnya potensi tenaga kerja yang dapat tersedia untuk 49 usahatani keluarga. Secara rata-rata jumlah tanggungan keluarga untuk ketiga strata di Desa Banjarsari adalah 4 orang per keluarga. Artinya, seorang responden dalam suatu rumah tangga harus menanggung beban hidup bagi sekitar 4 orang anggota keluarga lainnya. Tabel 12 menunjukkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga untuk tiap strata. Tabel 12. Rata-Rata Tanggungan Keluarga No Kelompok Strata Rata-rata Jumlah Tanggungan Keluarga orang 1 Strata 1 4 2 Strata 2 4 3 Strata 3 4 Total 4 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Kondisi di lapang menyatakan bahwa potensi kerja untuk mengikuti KRPL hanya sebesar dua orang. Hal ini dikarenakan KRPL merupakan kegiatan yang sasarannya adalah ibu rumah tangga. Kepala rumah tangga bapak dan anggota keluarga lainnya sifatnya hanya membantu kegiatan KRPL. Tolak ukur dalam pengembangan KRPL adalah luas pekarangan. Luas pekarangan pada setiap strata bervariasi. Penguasaan luas pekarangan di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 13-15. Tabel 13. Luas Pekarangan Strata 1 No Luas Pekarangan m 2 Jumlah orang Persentase 1 30 19 63,33 2 31-60 8 26,67 3 61-100 3 10,00 Total 30 100,00 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 13 menunjukkan luas pekarangan pada strata 1 yaitu luas pekarangan minimum yang dimiliki responden seluas 7 m 2 sedangkan 50 maksimum yang dimiliki oleh responden seluas 80 m 2 . Rata-rata luas pekarangan yang dimiliki rumah tangga pada strata 1 yaitu seluas 29 m 2 . Tabel 14. Luas Pekarangan Strata 2 No Luas pekarangan m 2 Jumlah orang Persentase 1 101-130 6 24,00 2 131-160 6 24,00 3 161-200 13 52,00 Total 25 100,00 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan luas pekarangan pada strata 2 yaitu luas pekarangan minimum yang dimiliki responden pada strata 2 seluas 104 m 2 sedangkan maksimum yang dimiliki oleh responden seluas 187 m 2 . Rata-rata luas pekarangan yang dimiliki rumah tangga pada strata 2 yaitu seluas 150 m 2 . Tabel 15. Luas Pekarangan Strata 3 No Luas pekarangan m 2 Jumlah orang Persentase 1 201-230 11 44,00 2 231-260 2 8,00 3 260 12 48,00 Total 25 100,00 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan luas pekarangan pada strata 3 yaitu luas pekarangan minimum yang dimiliki responden pada strata 3 seluas 204 m 2 sedangkan maksimum yang dimiliki oleh responden seluas 550 m 2 . Rata-rata luas pekarangan yang dimiliki rumah tangga pada strata 3 yaitu seluas 305 m 2 . 5.5. Profil Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL “KEMPLING” Kawasan Rumah Pangan Lestari Rumah Hijau Plus-Plus di Desa Banjarsari merupakan desa percontohan yang pertama yang dilaksanakan secara swadaya. Pengembangan KRPL di Desa Banjarsari bernama KRPL “KEMPLING” dengan singkatan Kawasan Rumah Pangan Lestari Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, dan Lingkungan. 51 Pengembangan KRPL merupakan gerakan dengan partisipasi aktif masyarakat yang dimotori oleh ibu-ibu Tim Penggerak PKK untuk mengefektifkan sumberdaya alam yang belum optimal. Awal pengembangan KRPL melihat dari potensi lahan pekarangan masyarakat yang sangat mendukung untuk dimanfaatkan dan ditanami serta adanya anjuran penganekaragaman sayuran di pekarangan oleh Pemerintah Pacitan yang menjadi salah satu faktor utama berdirinya KRPL di Desa Banjarsari. Perbedaan dengan Desa Kayen yang merupakan desa percontohan Kementerian Pacitan dengan Desa Banjarsari yaitu partisipasi masyarakat Desa Banjarsari lebih tinggi dibandingkan partisipasi Desa Kayen. Hal ini dibuktikan dari perolehan juara dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus bahwa KRPL Dusun Padangan mampu memperoleh: Juara ke-1 KRPL tingkat Kecamatan, Juara ke-1 KRPL tingkat Kabupaten, Juara ke-1 KRPL tingkat Dinas antar PPL, dan Juara ke-2 tingkat Kabupaten posdaya. Pelaksanaan awal KRPL di Desa Banjarsari dimulai dari satu dusun yaitu Dusun Padangan sekitar pada bulan April 2011. Kegiatan di Dusun Padangan diawali dengan satu RT sebesar 21 KK. Sosialisasi dilaksanakan melalui perkumpulan tidak formal untuk mengenalkan penganekaragaman sayuran di pekarangan dengan mengajak perangkat desa dan tokoh masyarakat yang berpengaruh. Hasilnya masyarakat banyak yang merespon dan akhirnya secara swadaya dengan menggunakan iuran melalui kelompok tani atau RT yang dilaksanakan di satu tempat kemudian iuran tersebut digunakan untuk membeli benih sayuran. Benih sayuran ini kemudian disemaikan di KBD sebelum dibagikan kepada masyarakat Desa Banjarsari. Seiring dengan berjalannya waktu, kegiatan tersebut juga mengadopsi dari Desa Kayen sehingga KRPL di Desa 52 Banjarsari muncul. Pelaksanaan KRPL KEMPLING resmi didirikan pada tanggal 3 Desember 2011. Visi KRPL KEMPLING adalah KRPL mencukupi kebutuhan pangan keluarga. Misi KRPL KEMPLING adalah meningkatkan pemanfaatan lahan pekarangan, meningkatkan gerakan polibagisasi, meningkatkan budidaya ikan air tawar, dan meningkatkan budi daya tanaman TOGA. Tujuan KRPL KEMPLING adalah: 1 Meningkatkan ketersediaan cadangan pangan keluarga. 2 Meningkatkan penganekaragaman pangan. 3 Meningkatkan kualitas keluarga. 4 Meningkatkan pendapatan keluarga. 5 Menumbuh kembangkan ekonomi kreativitas disetiap keluarga. Sasaran KRPL KEMPLING adalah: 1 Pemberdayaan Ibu Rumah Tangga yang tergabung dalam PKK Desa dan Dasa Wisma sebagai pelaku dan pengelola pekarangan. 2 Menumbuh kembangkan KBD dan sarana penunjang lainnya. 3 Meningkatkatkan Peran Koperasi Wanita yang ada di Desa Banjarsari. Pelaksanaan Pengembangan KRPL KEMPLING terdiri dari: 1 Sosialisasi mengenai KRPL Sosialisasi dilaksanakan oleh tim PPL Desa Banjarsari, perangkat desa, dan tokoh masyarakat kepada warga untuk menyampaikan maksud dan tujuan pengembangan KRPL. 2 Penyiapan lahan dan media tanam 53 Partisipasi masyarakat saat penyiapan lahan di pekarangan, media tanam, kelengkapan vertikultur sangat menentukan keberhasilan KRPL. 3 Perawatan Tanaman Perawatan tanaman secara rutin oleh masyarakat dengan pemberian pupuk kandang, pemasangan ajir, pemeriksaan dan pengendalian hama, serta pemeliharaan ayamternak, ikan. Ciri khas dalam pengembangan KRPL yaitu setiap desa harus memiliki KBD. Pengembangan KBD merupakan sarana yang paling penting untuk diadakan. Sarana KBD dilakukan secara terpusat di salah satu rumah warga yang tempatnya strategis yaitu sekitar 5-10 m dari jalan utama Desa Banjarsari. Produksi di KBD Banjarsari dengan melakukan persemaian sayuran di nampan kemudian dipindah ke daun pisang atau yang lebih dikenal di Desa Banjarsari adalah “voker”. Pengurus KRPL setelah itu membagikan voker ke masyarakat maupun di jual ke masyarakat desa lain. Penyemaian benih sayur di Desa Banjarsari menggunakan bahan yang mudah diperoleh dan ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan daun pisang. Kelebihan menggunakan daun pisang yaitu saat memindah bibit ke polibag, bibit tanaman yang ada di media semai tidak perlu dibongkar, tetapi bisa langsung dibenam ke dalam tanah. Keuntungan menggunakan media daun pisang yaitu bahan yang mudah di dapat di sekitar lokasi KBD, pengerjaannya mudah, dan benih yang ditanam lebih cepat tumbuh. Daun dari tanaman pisang dapat digunakan untuk menggantikan plastik yang selama ini digunakan untuk wadah media tanam untuk penyemaian benih. Cara pembuatan voker di Desa Banjarsari sangat sederhana, yaitu: 54 1 Menggulung daun pisang hingga membentuk gulungan sebesar ibu jari kaki dan menjepitnya dengan stapler. Kelebihan daun digunting agar gulungan menjadi rapi. 2 Gulungan daun pisang diletakkan di nampan atau pot dengan posisi tegak, diisi tanah, dan disiram agar lembab. Awal pembangunan KBD di Desa Banjarsari terbuat dari kayu dan bambu yang beratapkan jerami kemudian Desa Banjarsari mendapatkan bantuan dari Kecamatan Pacitan oleh masyarakat digunakan untuk renovasi KBD dan membeli kebutuhan KBD yaitu benihbibit. Pengelolaan pada awal pengembangan KBD KEMPLING dengan mengambil benihbibit di voker secara gratis dan pembagian voker untuk tanaman cabai, tomat, dan terong masing-masing sebanyak 5 voker dan untuk bayam, kangkung, sawi sebanyak ½ ons dengan harga Rp 5.000 di pasar. Tanaman bayam, kangkung, dan sawi diasumsikan ½ ons sama dengan 10 voker tiap tanaman karena di lapang untuk ketiga tanaman tersebut masyarakat tidak semuanya ditanam dan keterbatasan ingatan responden. Seiring berjalannya waktu, masyarakat membeli bibit per voker dengan harga Rp 500 sebagai pengganti biaya kemudian hasil dari penjualan KBD masuk ke kas dan uang tersebut diputar untuk membeli perlengkapan KBD serta berakhir untuk memenuhi kebutuhan benihbibit masyarakat Desa Banjarsari di pekarangan. Mayoritas masyarakat mengambil voker secara gratis di KBD. Sebagian masyarakat kadang juga membeli voker secara tunai di KBD sebagai pengganti biaya yang dikeluarkan oleh KBD. Pelaksanaan KRPL KEMPLING mempunyai kepengurusan yang didasarkan oleh inisiatif masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala Desa 55 Banjarsari Kecamatan Pacitan Nomor: 10 Tahun 2011 tentang Penetapan Pengurus KRPL Desa Banjarsari sebagai berikut: 1 Penanggung Jawab 2 Ketua 3 Sekretaris 4 Bendahara 5 Seksi-seksi yang terdiri dari: a Pembibitan b Pemupukan c Pemasaran d Kebersihan e PengolahanPelatihan f Pemberantasan Hama Pelaksanaan KRPL Desa Banjarsari mendapatkan bimbingan dari PPL. Para penyuluh lapang bertindak sebagai jembatan terhadap masyarakat KRPL. Para penyuluh mendekatkan sumber informasi kepada rumah tangga dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh rumah tangga. Penyampaian penyuluhan secara langsung dapat dilakukan melalui tatap muka dengan penyuluh. Penyuluhan secara tidak langsung dengan cara penyampaiannya melalui dari satu orang ke orang lain. Pertemuan rutin PPL di Desa Banjarsari dilaksanakan sebulan sekali yang disampaikan melalui Gapoktan dimana anggota Gapoktan merupakan anggota KRPL. Peran Ibu PKK dalam pelaksanaan KRPL sangat menunjang dalam pengembangan desa. Jadwal khusus untuk KRPL yang diberikan kepada ibu PKK tidak menentu sesuai dengan kepentingan kondisi di lapang. 56

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Rumah Tangga terhadap KRPL KEMPLING

Penilaian masyarakat terhadap kondisi potensi desa khususnya pekarangan setelah pelaksanaan KRPL merupakan hal yang penting. Hal yang menjadi sangat penting untuk keberlangsungan KRPL dengan salah satunya dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap beberapa kriteria. Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pelaksanaan KRPL merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi baik untuk wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi masyarakat tersebut merupakan suatu gambaran dari kondisi yang dirasakan oleh rumah tangga sebagai dampak dari KRPL. Beberapa kriteria penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi respon masyarakat dari KRPL adalah kondisi pekarangan, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari pengembangan KRPL, dan kendala dalam pelaksanaan KRPL. Penentuan kriteria penilaian ini berdasarkan kondisi lingkungan sekitar yang dirasakan oleh masyarakat setempat. Indikator-indakator tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua PPL Desa Banjarsari, Ketua dan Pengurus KRPL KEMPLING di Desa Banjarsari.

6.1.1 Penilaian Rumah Tangga terhadap Kondisi Pekarangan

Pelaksanaan KRPL yang dilaksanakan di Desa Banjarsari memberikan perubahan aktivitas di pekarangan. Responden merasakan perubahan aktivitas dari yang sebelum dan sesudah adanya KRPL khususnya dalam hal pemanfaatan pekarangan. Kondisi pemanfaatan pekarangan sebelum adanya KRPL dapat dilihat pada Tabel 16. 57 Tabel 16. Pemanfaatan Pekarangan Sebelum adanya KRPL KEMPLING Pemanfaatan Pekarangan Strata 1 Strata 2 Strata 3 Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Jumlah orang Persentase Ya 18 60,00 20 80,00 19 76,00 Tidak 12 40,00 5 20,00 6 24,00 Total 30 100,00 25 100,00 25 100,00 Sumber: Data Primer diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 60,00, 80,00, 76,00 responden baik pada strata 1, strata 2, dan strata 3 sudah memanfaatkan pekarangan sebelum adanya KRPL dan sebesar 40,00, 20,00, 24,00 responden sebelum adanya KRPL pekarangan belum dimanfaatkan. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan bercocok tanam, beternak di pekarangan sudah menjadi hal biasa di daerah pedesaan. Tabel 17. Tanaman di Pekarangan Sebelum adanya KRPL KEMPLING Tanaman Buah-buahan Mangga, Nangka, Pepaya, Srikaya, Pisang, Jeruk, Rambutan, Belimbing Tanaman Hias Bunga TOGA Kunyit, Kencur, Laos, Jahe Tamaman Pangan Ganyong, Ketela,Ubi, Kacang Panjang Sumber : Data primer, diolah 2012 Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa pada strata 1, strata 2, dan strata 3 masyarakat menanam beraneka ragam tanaman yaitu buah-buahan, tanaman hias, TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. Tanaman yang ditanam setelah dilaksanakannya KRPL yaitu dengan adanya tambahan tanaman sayuran. Optimalisasi pekarangan dilaksanakan untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dengan melakukan intensifikasi