Kapang Rhizopus sp Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp

commit to user berbahaya digunakan mikroorganisme sepert bakteri dan jamur, yang bisa menjadi strategi remediasi yang atraktif. Menurut Sihaloho 2008: 36, BOD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh populasi mikroorganisme yang berada dalam kondisi aerob untuk menstabilkan materi organik. Semakin besar angka BOD maka derajat pengotoran air limbah semakin besar. Menurut Hariyadi 2004: 2, nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai biodegradable organics yang ada di perairan. Menurut Fatha 2007: 23, COD atau kebutuhan oksigen kimia KOK adalah jumlah oksigen mg O 2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam satu liter sampel air, dimana pengoksidanya adalah K 2 Cr 2 O 7 atau KMnO 4. Menurut Hariyadi 2004: 2, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. COD menggambarkan jumlah total bahan organik yang ada.

b. Kapang Rhizopus sp

Kapang mouldfilamentous fungi menurut Milmi 2008 merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa. Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual. Spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual memiliki ukuran yang kecil diameter 1- ȝPGDQULQJDQ Klasifikasi Rhizopus sp menurut Muzzayinah 2005 adalah sebagai berikut: Kingdom : Fungi Divisio : Zygomycota Class : Zygomycetes Ordo : Mucorales Familia : Mucoraceae Genus : Rhizopus Species : Rhizopus sp commit to user Menurut Muzzayinah 2005: 98, miselium Rhizopus membentuk tiga hifa. Pertama yang disebut dengan rhizoid, yang menetrasi substrat dan bertugas mengabsorbsi makanan. Kedua, stolon yang tumbuh di permukaan substrat. Ketiga adalah sporangiophore yang tumbuh tegak tidak bercabang. Gambar 1. Struktur Tubuh Rhizopus sp Sumber: University of Winnipeg http:kentsimmons.uwinnipeg.ca2006 . Diakses tanggal 12 September 2010 Habitat dari Rhizopus adalah di darat, di tanah yang lembab atau sisa organisme mati. Rhizopus bereproduksi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual adalah dengan spora nonmotil yang dihasilkan oleh sporangium, sedangkan reproduksi seksualnya dengan konjugasi dua hifa - dan hifa +.

c. Metode Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp

Menurut Suhendrayatna 2001, metode bioremoval adalah terakumulasi dan terkonsentrasinya zat polusi pollutant dari suatu cairan oleh material biologi, selanjutnya melalui proses rekoveri material ini dapat dibuang dan ramah terhadap lingkungan. Proses bioremoval berpotensi tinggi untuk mengurangi kadar logam berat pada level konsentrasi yang sangat rendah. Bioremoval lebih efektif dibanding dengan dengan ion exchange dan reverse osmosis. Proses bioremoval ion logam berat umumnya terdiri dari dua mekanisme yang melibatkan proses active uptake dan passive uptake. Passive uptake dikenal dengan istilah proses biosorbsi. Proses ini terjadi ketika ion logam berat mengikat dinding sel dengan dua cara yang berbeda. Pertama, pertukaran ion di mana ion monovalen dan divalen seperti Na, Mg, dan Ca pada dinding sel digantikan oleh ion-ion logam berat. Kedua adalah formasi commit to user kompleks antara ion-ion logam berat dengan functional groups seperti carbonyl, amino, thiol, hydroxyl, phosphate yang berada pada dinding sel. Proses biosorbsi ini bersifat bolak-balik dan cepat. Active uptake dapat terjadi pada berbagai tipe sel hidup. Mekanisme ini secara simultan terjadi sejalan dengan konsumsi ion logam untuk pertumbuhan mikroorganisme dan akumulasi intraseluler ion logam tersebut. Proses ini tergantung dari energi yang terkandung dan sensitifitasnya terhadap parameter- parameter yang berbeda seperti pH, suhu, kekuatan ikatan ionik, cahaya, dll. Proses bioremoval merupakan metode yang sangat simpel. Mikroorganisme dimasukkan, ditumbuhkan selanjutnya dikontakkan dengan air yang tercemar. Proses pengontakkan dilakukan dalam jangka waktu tertentu agar biomassa berinteraksi dengan ion-ion logam dan selanjutnya biomassa dipisahkan dari cairan. Penelitian ini dipelajari perubahan kadar Cr, BOD, dan COD pada limbah cair batik melalui metode bioremoval pellet kapang Rhizopus sp dengan variasi pellet dalam limbah 0:10bv, 5:10bv, 10:10bv, 15:10bv, dan 20:10bv dengan waktu retensi selama 7 hari. Menurut Kartasudjana 2001: 3, pellet merupakan bentuk masa bahan- bahan pakan, konsentrat atau ransum yang dibentuk dengan menekan dan memadatkannya melalui lubang cetakan secara mekanis. Komponen yang digunakan dari pellet kapang Rhizopus sp adalah tepung limbah tapioka onggok, tepung kanji, Rhizopus sp, dan air. Spora dari kapang Rhizopus sp ini diisolasi untuk kemudian dibungkus dalam material organik berupa tepung limbah tapioka dan dikemas dalam bentuk pellet. Berdasarkan sifat tepung limbah tapioka sebagai pembungkus yang mudah didegradasi oleh lingkungan, ketersediaan bahan yang cukup melimpah, mudahnya penanganan, kecepatan pertumbuhan kapang, dan kemampuan menyesuaikan diri yang tinggi serta bentuk yang praktis menjadikan pellet kapang Rhizopus sp layak diaplikasikan sebagai solusi alternatif termurah untuk mereduksi logam berat Cr dengan disesuaikan pada fungsi fisiologik, anatomi tubuh kapang serta kemampuan biosorbsi ion logam berat. Menurut penelitian Wignyanto 2006: 6, waktu retensi pellet dalam limbah cair terkait dengan daya serap air pada pellet. Pellet berkonsentrasi tepung commit to user limbah tapioka tinggi namun dengan kandungan air yang sama akan mengurangi kekompakan penyatuan bahan pellet, sehingga air sangat mudah untuk masuk ke dalam pellet. Keadaan tersebut juga berpengaruh pada kehalusan dan homogenitas partikel bahan di samping adanya bahan perekat. Keseluruhan faktor tersebut sangat mempengaruhi daya serap air yang pada akhirnya akan menentukan lamanya waktu mengapung dari pellet. Rhizopus sp dapat dimasukkan dalam adsorben yang baik menurut Iqbal Ahmad, dkk 2005: 125 adalah sebagai berikut: Result from this study showed that the dead biomass of Rhizopus sp. had a higher adsorption capacity as compared Aspergillus sp. biomass. Several authors have also reported the biosorption ability of live biomass of the various filamentous fungi including species of metals like Zn, Ni, Cd, Cu, Co but less commonly to chromium. However certain others authors reported the bioadsorption ability of deadliving biomass of Rhizopus and Aspergillus sp. Gadd., 1990; Fourest et al., 1994; Bai and Abraham., 2001; Teskova and Petrov., 2002 Pengertian di atas menunjukkan bahwa hasil studi menunjukkan bahwa biomassa mati dari Rhizopus sp mempunyai adsorsbsi yang lebih tinggi dibandingkan Aspergillus sp. Beberapa penulis juga melaporkan bahwa kemampuan biosorpsi dari biomassa hidup dari jamur yang mempunyai variasi filamen menyerap logam berat seperti Zn, Ni, Cd, Cu, Co tetapi sedikit pada Cr. Meskipun demikian, penulis lain melaporkan bahwa kemampuan biosorpsi bisa dari biomassa yang mati atau hidup dari Rhizopus dan Aspergillus sp. B. Kerangka Berpikir Pembelajaran di kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta menunjukkan bahwa keaktifan bertanya siswa rendah. Hasil observasi di kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta menunjukkan bahwa 5.71 siswa yang bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami, 14.29 siswa yang menjawab pertanyaan guru, 25.71 melakukan aktivitas sendiri, dan 17.14 siswa yang mencatat penjelasan dari guru. Berdasarkan observasi awal tersebut, dapat dipahami bahwa masalah yang ada pada kelas X.3 SMA Al Islam 1 Surakarta adalah rendahnya keaktifan bertanya siswa. Masalah tersebut diperkirakan karena metode pembelajaran yang commit to user belum berpusat pada aktivitas siswa pembelajaran yang masih berupa buku teks, belum mampu meningkatkan keaktifan siswa.. Modul merupakan paket belajar mandiri yang disusun secara sistematis untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan Modul Pembelajaran dalam proses pembelajaran memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran sebab pada pembelajaran modul guru berperan sebagai fasilitator, sedangkan siswa sebagai pelaku utama. Pembelajaran modul memungkinkan siswa untuk mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas. Penggunaan modul pembelajaran hasil penelitian yang dapat memungkinkan siswa untuk memahami materi sebelum dijelaskan oleh guru, menandai atau mengenali materi yang belum dipahami, dan menanyakan materi tersebut, sehingga dapat menstimulus siswa untuk bertanya. Stimulus untuk bertanya diharapkan dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Modul yang digunakan merupakan hasil penelitian tentang ³3HUXEDKDQ.DGDUU2GDQ2SDGDLPEDKDLUDWLNPHODOXL0HWRGH Bioremoval Pellet Kapang Rhizopus sp ´ Berdasarkan uraian di atas dan untuk mengatasi permasalahan rendahnya keaktifan bertanya siswa, peneliti berkolaborasi dengan guru biologi SMA Al Islam 1 Surakarta untuk melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan menggunakan modul pembelajaran hasil penelitian pada pokok bahasan Limbah. Skema kerangka berpikir dalam pelaksanaan kegiatan penelitian secara sederhana dapat dilihat sebagai berikut: commit to user ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH: Gambar 2. Bagan Kerangka Berpikir Penggunaan Modul Pembelajaran Hasil Penelitian PERMASALAHAN PEMBELAJARAN : Keaktifan bertanya rendah. Modul pembelajaran hasil penelitian ³3HUXEDKDQ .DGDU U 2 GDQ 2 pada Limbah Cair Batik Mealui Metode Pellet Kapang Rhizopus sp ´ sebagai Modul : memungkinkan siswa belajar mandiri TARGET: Keaktifan bertanya siswa meningkat HASIL OBSERVASI: - Siswa kurang aktif dalam bertanya. - Kurangnya keterlibatan peran aktif siswa dalam pembelajaran. - Kurangnya pemahaman siswa terhadap materi biologi. PENYEBAB: - Metode pembelajaran yang belum berpusat pada aktivitas siswa. - Sumber belajar yang berupa buku teks belum mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam bertanya. commit to user

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen yang terkait

PENERAPAN CD PEMBELAJARAN LABORATORIUM MAYA PADA POKOK BAHASAN KELISTRIKAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA N 2 SEMARANG

0 6 60

UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN MODUL PEMBELAJARAN HASIL PENELITIAN PADA POKOK BAHASAN PERUSAKAN DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI

2 20 109

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW DISERTAI MODUL HASIL PENELITIAN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA POKOK BAHASAN LIMBAH SISWA KELAS X.4 SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

0 4 102

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN ANIMASI FLASH UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA PADA POKOK BAHASAN KALOR SISWA KELAS X6 DI SMA AL ISLAM 1

0 2 109

PENDAHULUAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK TALK WRITE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM SISWA SMP AL-ISLAM SURAKARTA.

0 0 7

EFEKTIVITAS STRATEGI ACTIVE LEARNING MODEL PEMBELAJARAN GALLERY OF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN KEANEKARAGAMAN HAYATI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 1 10

Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar biologi siswa kelas X D SMA Negeri Depok Yogyakarta pada pokok bahasan ekosistem melalui pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

0 5 243

PENERAPAN CD PEMBELAJARAN LABORATORIUM MAYA PADA POKOK BAHASAN KELISTRIKAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA N 2 SEMARANG.

0 0 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BERTANYA DAN BERDISKUSI SISWA KELAS X MIA 3 SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015.

0 0 19

PENERAPAN KETERAMPILAN BERTANYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SUB POKOK BAHASAN VERTEBRATA DI SMA KELAS X DARUSSALAM INDRAMAYU ( Penelitian Tindakan Kelas ) SKRIPSI

0 0 12