63
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Provinsi Jawa Tengah terletak 5’40 dan 8’30 Lintang Selatan dan antara
108’30 dan 111’30 Bujur Timur. Provinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh dua propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur.
Berdasarkan administrasi wilayah, Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau
sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa 1,70 persen luas Indonesia. Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar 30,80 persen lahan sawah dan 2,25 juta hektar
69,20 persen bukan lahan sawah. Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 33.270.207 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk 1.003 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih bertumpu di Kabupaten Brebes yakni sebesar 5,35 persen dan Kabupaten
Cilacap sebesar 5,1 persen sedangkan yang terendah Kota Magelang sebesar 0,4 persen .
Sementara dilihat dari kepadatan penduduk KabupatenKota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Surakarta yakni sebanyak
11.393 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Blora dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 465 jiwa per Km2.
64 Dari jumlah penduduk ini, 47 persen di antaranya merupakan angkatan kerja.
Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian 42,34 persen, diikuti dengan perdagangan 20,91 persen, industri 15,71 persen, dan jasa 10,98
persen. Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja
terserap. Kawasan hutan meliputi 20 persen wilayah provinsi, terutama di bagian utara
dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah
Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri
semen. Solo, Pekalongan, dan Lasem dikenal sebagai kotaBatik yang kental dengan nuansa klasik.
Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini
sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak.
B. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menganalisis pengaruh foreign direct investment, Infrastruktur dan pengangguran terhadap produk domestik regional bruto propinsi Jawa tengah.
Data yang digunakan dalam menganalisis adalah rentang waktu tahun 2000-2012. Alat pengolahan data yang digunakan adalah perangkat lunak software Eviews
7.0 dengan metode análisis OLS. Maka dari itu, perlu dilihat perkembangan
65 secara umum nilai foreign direct investment, infrastruktur, pengangguran dan
produk domestik regional bruto propinsi JawaTengah.
1.Analisa deskriptif Produk Domestik Regional Bruto PDRB Propinsi Jawa Tengah
Salah satu tujuan penting dari pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam konteks ekonomi regional atau daerah,
pertumbuhan ekonomi juga mejadi target atau tujuan utama setiap pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan baik sosial maupun ekonomi di
daerahnnya. PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai
tambah output baik barang maupun jasa dalam periode waktu tertentu yang biasanya satu tahun. PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu
pendekatan produksi, pengeluaran dan pendapatan. Ketiga pendekatan ini menyajikan komposisi data nilai tambah yang disajikan menurut sektor
ekonomi, komponen penggunaan dan sumber pendapatan. Perhitungan PDRB dari sisi produksi adalah dengan menjumlahkan seluruh
nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi pengeluaran menjelaskan
tentang penggunaan dari nilai tambah tesebut. Berikutnya dari sisi pendapatan PDRB dihitung atas nilai tambah yang merupakan upahgaji, suplus udaha,
penyusutan dan pajak tak langsung netto yang diperoleh. PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.
66 Berikut ini adalah data perkembangan PDRB propinsi Jawa Tengah periode
tahun 2000-2012:
Gambar 4.1 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2012
atas dasar harga konstan
Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah, data diolah
Gambar 4.1 diatas menggambarkan perkembangan PDRB Jawa Tengah dalam kurun waktu 2000-2012 yang memiliki pergerakan yang signifikan dan
positif, dimana nilai PDRB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka PDRB tersebut menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada
tahun 2000 PDRB Jawa tengah yaitu sebesar Rp 114,701,305,000,000 mengalami peningkatan pada tahun 2001 menjadi Rp 118,816,400,000,000.
bagitupun pada tahun tahun berikutnya, PDRB Jawa Tengah selalu meningkat. Pertumbuhan PDRB yang positif ini mencerminkan kondisi pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang baik di Jawa Tengah. Hal ini diharapkan akan
50,000,000 100,000,000
150,000,000 200,000,000
250,000,000
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
PDRB Juta Rupiah
PDRB Juta Rupiah
67 mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sejahtera, serta menjadi
pertimbangan untuk menari para investor untuk berinvestasi di Jawa tengah.
2. Analisa destkriptif Foreign Direct Investment propinsi JawaTengah.
Investasi merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan perekonomian di suatu negaradaerah. Dengan adanya investasi kemampuan suatu daerah dalam
membangun ekonomi akan lebih mudah. Investasi yang ada akan meningkatkan kapasitas produksi barang dan jasa di daerah tersebut serta akan meningkatkan
produktifitas masyarakat yang berujung pada kesejahteraan ekonomi. Investasi dibagi kedalam Investasi domestik dan Foreign direct Investment.
FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Berikut ini adalah
perkembangan realisasi FDI yang masuk di propinsi Jawa Tengah.
Gambar 4.2 Perkembangan Realisasi FDI Propinsi Jawa Tengah
periode Tahun 2000-2012
Sumber: BKPM, data diolah
100,000 200,000
300,000 400,000
500,000 600,000
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
FDI ribu USD
FDI ribu USD
68 Gambar 4.2 tersebut menggambarkan perkembangan nilai realisasi FDI
yang masuk ke propinsi Jawa Tengah. Tahun 2000 total realisasi FDI Jawa tengah sebesar 163.590 ribu US. Tahun 2001-2003 nilainya terus menurun
sebagai dampak dari krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997- 1998 dan imbas itu terorisme di Indonesia sebagai dampak bom Bali 1.
Peningkatan nilai FDI Jawa Tengah yang cukup besar terjadi pada tahun 2004 dan 2005 yang mencapai 550.502,44 ribu US sebagai indikasi bahwa kondisi
perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya dinilai makin kondusif oleh para investor asing. Namun pada tahun 2006 hingga
2008 terjadi penurunan nilai FDI yang drastis sebagai imbas dari situasi politik yang kurang kondusif pasca pemilu tahun 2004 dan juga krisis ekonomi global
yang terjadi pada 2008 yang menyebabkan investor asing kurang berminat untuk berinvestasi di Jawa tengah.
Pada 2009 nilai FDI kembali meningkat menjadi sebesar 83.142,8 ribu US, ini terjadi karena para investor asing melihat kondisi ekonomi Indonesia
yang tidak begitu terpengaruh dan mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global tahun 2008. Namun nilainya kembali menurun pada 2010 menjadi
sebesar 59.100 ribu US. Pada tahun 2011 dan 2012 nilai realisasi FDI Jawa tenga kembali mengalami peningkatan.
3. Analisis deskriptif Infrastruktur Listrik di propinsi Jawa Tengah.
Infrastruktur merupakan salah satu faktor pendukung yang penting dalam kegiatan perekonomian suatu daerah. Tanpa tersedianya infrastruktur yang baik
69 maka kegiatan ekonomi suatu aerah akan mengalami hambatan. Secara mikro,
infastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi memalui peningkatan produktivitas.
Infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. Salah
satu infrastruktur yang paling vital peranya terhadap kegiatan perekonomian adalah infrastruktur penyediaan listrik. Tersediannya jaringan listrik tentu
sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan produksi baik barang maupun jasa. Berikut ini merupakan perkembangan
penjualan energi listrik untuk sektor industri di propinsi Jawa tengah:
Gambar 4.3 Perkembangan penjualan energy listrik untuk sector industri
Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012
Sumber: PT.PLN persero, data diolah Gambar 4.3 menunjukan perkembangan total penggunaan energi listrik
untuk sektor industri di propinsi Jawa Tengah tahun 2000 hingga 2012 secara
1,000,000 2,000,000
3,000,000 4,000,000
5,000,000 6,000,000
7,000,000
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
Penggunaan energi listrik MWH
infrastruktur energi listrik MWH
70 umum terus mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan bahwa pola
penggunaan energi listrik baik itu untuk keperluan produksi barang dan jasa semakin meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi dan penyebaran jaringan
listrik di propinsi Jawa Tengah. Sehingga diharapkan dengan penggunaan energi listrik yang tinggi ditujukan untuk kegiatan yang produktif agar membuat
pertumbuhan ekonomi Jawa tengah kearah yang positif.
4. Analisis deskriptif Pengangguran di propinsi Jawa Tengah.
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau
seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Masyarakat yang mengganggur berarti mereka tidak dapat menghasilkan
produksi atau output baik barang maupun jasa. Hal ini pastinya akan amat sangat mempengaruhi PDRB daerah tersebut. Semakin tinggi atau banyak
masyarakat yang mengganggur di suatu daerah makan akan menyebabkan PDRB semakin kecil. Sebaliknya, semakin sedikit masyarakat yang
menganggur menandakan produktifitas masyarakat daerah tersebut yang tinggi dan otomatis PDRB di daerah tersebut tinggi.
Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah pengangguran propinsi Jawa Tengah:
71
Gambar 4.4 Perkembangan jumlah pengangguran propinsi Jawa Tengah
tahun 2000-2012
Sumber: BPS, Propinsi Jawa tengah
Gambar 4.4 diatas menunjukan perkembangan jumlah penduduk Jawa Tengah yang menganggur pada tahun 2000 hingga 2012. Jumlah pengagguran
cenderung fluktuatif. Pada 2001 jumlah pengagguran 578.190 jiwa menurun dari tahun sebelumnya. Kemudian pada tahun 2002 hingga 2004 jumlah
pengagguran Jawa Tengah mengalami peningkatan. Namun kembali menurun pada tahun 2005 sejumlah 978.952 jiwa. Pada 2007 pengangguran kembali
meningkat menjadi 1.360.219 jiwa. Dan pada tahun 2009 hingga 2012 jumlah pengagguran terus menurun menjadi 962.141 jiwa pada 2012.
200,000 400,000
600,000 800,000
1,000,000 1,200,000
1,400,000 1,600,000
20 00
20 01
20 02
20 03
20 04
20 05
20 06
20 07
20 08
20 09
20 10
20 11
20 12
pengangguran
pengangguran