Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio PER, Return On Equity OEe Dan Net Profit Margin NPM Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
D. Hubungan Variabel Terhadap Harga Saham 1. Price Earning Ratio PER
Price Earning Ratio PER merupakan cara mengukur seberapa besar investor menilai laba yang dihasilkan perusahaan. Darmadji dan Fakhruddin
2006:198 menyatakan bahwa PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. PER dihitung dalam satuan
kali. PER dihitung dengan rumus: Harga Saham
PER = Earning Per Share
Penilaian saham dengan PER bemsaha membuat analisis harga saham dengan memperhatikan kinerja keuangan perusahaan yang diambil dari komponen-
komponen laporan keuangan yang mempengaruhi harga saham. Dari perhitungan ini investor dapat mengetahui nilai intrinsik perusahaan sehingga dapat
mengambil keputusan investasi secara lebih strategis apakah menjual, membeli, atau mempertahankan saham tertentu untuk mendapatkan keuntungan.
2. Return on Equity ROE
Return on Equity ROE merupakan salah satu dari rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengetahui tingkat pengembalian atas investasi yang
ditanamkan oleh pemegang saham atau investor yang dapat dihitung dengan membagi laba setalah pajak atau Net Income After Tax NIAT terhadap modal
Sendiri yang berasal dari setoran modal pemilik. ROE digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan. ROE dapat dirumuskan sebagai berikut:
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio PER, Return On Equity OEe Dan Net Profit Margin NPM Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Laba Bersih Setelah Pajak ROE =
Total Equity
3. Net Profit Margin NPM
Net Profit margin NPM merupakan salah salah satu rasio Profitabilitas yang digunakan untuk mengukur laba bersih dibandingkan dengan penjualan. Net
Profit margin NPM atau sering juga disebut dengan sales margin digunakan untuk melihat berapa perbandingan laba yang bisa dihasilkan dengan penjualan
yang dimiliki perusahaan. Apabila rasio NPM perusahaan besar maka menunjukan bahwa perusahaan berkinerja dengan baik, karena dapat
menghasilkan laba bersih yang besar melalui aktifitas penjualannya, sehingga digunakan investor dalam mengambil keputusan apakah membeli saham emiten
tersebut. Net Profit margin NPM dapat dirumuskan sebagai berikut: Laba Bersih
NPM = Penjualan
Leonardo Guntur H. Silitonga : Analisis Pengaruh Price Earning Ratio PER, Return On Equity OEe Dan Net Profit Margin NPM Terhadap Harga Saham Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Pasar modal atau Bursa Efek berdiri sejak jaman kolonial belanda pada tahun 1912 didirikan di Batavia , pusat pemerintahan kolonial Belanda dan pada
saat ini dikenal sebagai Jakarta. Pasar modal tersebut didirikan oleh pemerintahan Belanda untuk kepentingan pemerintahan Belanda. Meskipun pasar modal di
Indonesia telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tersebut tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Pasar modal yang awalnya dikenal dengan nama Bursa Batavia ini pernah ditutup selama periode perang dunia pertama pada sekitar tahun 1914 sampai
tahun 1918 kemudian bursa efek ini dibuka lagi pada tahun 1925. selain mengoperasikan bursa Batavia pemerintahan kolonial belanda juga mulai
mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini kembali dihentikan kembali ketika terjadi pendudukan pemerintahan jepang di
Batavia pada saat perang dunia kedua. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan